Jika saat ini jumlah kerusakan hampir mencapai 900 ruang kelas, maka Ami menilai hal itu terlalu dibiarkan terlalu lama.
Seperti tidak ada rehab dan pembangunan ruang kelas baru, hingga akhirnya jumlah kerusakan makin bertumpuk.
“Jika dicicil dalam satu tahun minial 10 ruang kelas saja, tentu tidak akan terlalu berat. Pertanyaannya, apakah ada kemauan dari pemerintah untuk memperbaikinya atau tidak?” tanya dia.
Ami menegaskan, sumber anggaran yang bisa dipakai memang dari DAK (Dana Alokasi Khusus) baik dari Bantuan Provinsi.
Sebagian, walau hanya beberapa ruant kelas bisa dialokasikan oleh APBD murni Kabupaten Tasikmalaya.
"Kami pun pernah menanyakan alokasi anggaran APBD 20 persen untuk pendidikan, namun itu ternyata includ dengan gaji, honor dan lain-lain. Tetapi untuk pembangunan fisiknya masih sangat jauh," terang Ami.
Sehingga Ami menilai, saat ini Pemkab Tasikmalaya loyo dan tidak mempunyai keinginan kuat untuk menuntaskan perbaikan sekolah rusak.
Jika tidak ada niatan untuk memulai mengurangi, kata politisi dari PKB tersebut, tentu akan sangat berat dan kerusakan kelas makin banyak.