KLB Difteri Ditetapkan Sampai Oktober, RSUD dr Slamet Garut Siagakan Ruang Isolasi

- 21 Februari 2023, 18:53 WIB
Petugas RSUD dr Slamet Garut menunjukan ruang isolasi khusus untuk pasien difteri yang dulunya digunakan ruang isolasi pasien Covid-19.
Petugas RSUD dr Slamet Garut menunjukan ruang isolasi khusus untuk pasien difteri yang dulunya digunakan ruang isolasi pasien Covid-19. /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Kemunculan wabah difteri di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Garut yang kasusnya kini telah dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) oleh pemerintah daerah setempat, menjadi pusat perhatian. 

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut pun telah menyiapkan sejumlah langkah antisipasi untuk mencegah dan menanganinya. 

Salah satu langkah antisipasi yang dilakukan Pemkab Garut yakni dengan menyediakan ruangan khusus isolasi bagi para pasien difteri. Hal ini sebagai bentuk kesiap siagaan apabila jumlah warga yang terpapar difteri terus bertambah.

Baca Juga: SMKN 2 Garut Tandatangani MoU Kelas Industri Bidang Otomotif dengan Mitsubishi

"Untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan pasien difteri, kami telah menyiagakan ruangan khusus. Hal ini dikarenakan penanganan pasien difteri tidak boleh disatukan dengan pasien penyakit lainnya tapi harus ditempatkan di ruang isolasi," ujar Wakil Direktur Pelayanan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Slamet Garut, Willy Indrawilis, Selasa, 21 Februari 2023.

Disebutkannya, penyebaran penyakit difteri terbilang cepat dan mudah. Hal inilah yang menyebabkan pasien difteri harus ditempatkan di ruang isoalsi dan terpisah dengan pasien penderita penyakit lainnya.

Untuk saat ini, imbuh Willy, ruang isolasi sudah ditempati tiga orang pasien suspek difteri yang berasal dari Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan. Mereka menjalani isolasi dan pengobatan sejak Sabtu, 18 Februari 2023 lalu dan semuanya masih usia anak-anak. 

Baca Juga: Garut Miliki Dua Sarana Olahraga Bertaraf Internasional

Menurutnya, hingga saat ini petugas Dinas Kesehatan masih melakukan penelusuran di lapangan. Tidak menutup kemungkinan masih ada warga yang harus mendapatkan perawatan mengingat jumlah kontak erat kasus difteri di daerah tersebut yang lumayan banyak.   

Ia menyampaikan, untuk saat ini ada tujuh ruangan di RSUD dr Slamet Garut dengan jumlah tempat tidur 14 yang sudah dipersiapkan untuk menangani pasien difteri. Namun diharapkannya, jumlah pasien difteri tidak mengalami penambahan.  

Diterangkannya, kondisi ketiga anak yang jadi pasien difteri dan dirawat di ruang isolasi mengalami gejala pembengkakan di leher dan selaput putih di tenggorokan. 

Baca Juga: 6 Orang Meninggal Diduga Difteri, Wabup Garut Nyatakan KLB

Namun setelah menjalani perawatan dan pengobatan antidifteri, kini kondisi ketiganya sudah berangsur membaik serta bengkak di lehernya sudah berkurang.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Leli Yuliani, menyatakan, jumlah warga yang sebelumnya meninggal di Desa Sukahurip ada tujuh orang. Berdasarkan keterangan keluarga, mereka mengalami gejala seperti penyakit difteri akan tetapi sayangnya mereka belum sempat diperiksa.

"Ketujuh orang yang sebelumnya meninggal dunia itu enam di antaranya anak-anak dan satu berusia 19 tahun," kata Leli.  

Diungkapkannya, dari data terakhir yang diterimanya, di Sukahurip terdapat 72 kasus difteri yang kebanyakan anak-anak. 

Baca Juga: Peringati Satu Abad Harlah NU, Ribuan Nahdliyin Berkumpul di SOR Adiwijaya Garut

Namun jumlahnya bisa saja mengalami perubahan mengingat saat ini petugas masih melakukan penelusuran di lapangan.  

Dari total kasus sebanyak 72 itu, tuturnya, empat orang di antaranya masuk dalam kategori kasus observasi difteri, empat suspek difteri, dua kasus 

konfirmasi positif difteri, 55 kontak erat, dan tujuh orang meninggal dunia tanpa ada catatan medis yang lengkap (link epidemiologi). 

Baca Juga: Job Fair di Garut Buka 2.700 Lowongan Kerja dari 32 Perusahaan

Sedangkan tiga di antaranya saat ini masih menjalani perawatan di RSUD dr Slamet Garut, serta ada delapan orang yang menjalani isolasi mandiri.

Lebih jauh Leli menyatakan jika penetapan KLB atas kasus wabah difteri di Desa Sukahurip ini akan berlangsung cukup lama, yakni hingga Oktober 2023. 

Hal ini dikarenakan akan dilakukannya outbreak response imunization (ORI) sebanyak tiga kali dengan jarak 0 bulan, 1 bulan, dan 6 bulan.***

 

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x