Baca Juga: Seorang Dokter Influencer Tanggapi Siswa Harus Upload Saat MPLS. Begini Menurut Permendikbud
Saat itu, saya bersama dua orang teman setengah dipaksa naik ke mobil bak Misubishi T 120 SS untuk mencari tempat aman. Namun karena situasi yang panik, saya berpisah dengan ibu dan ayah. Saya kan diajak dan dipaksa para tetangga ya ikut saja, namanya anak-anak yang masih polos, ya. Sedangkan orangtua saya saat kejadian sedang berada di rumah.
Di mobil itu ada sekitar 15 orang berbagai usia. Bahkan tepat di depan saya ada anak kecil usia empat tahunan terus menangis karena kakinya terijak oleh ibu-ibu gemuk. Situasi saat itu sangat panik. Bahkan jalan di dekat Pasar Legokjawa yang berjarak 2 km dari Pantai Legokjawa sempat macet. Apalagi ada juga isu MI Legokjawa sudah terkena tsunami.
Berpisah dengan Orangtua
Saya berpisah dengan kedua orangtua dan dua saudara saya sampai semalaman karena waktu itu saya ikut mengungsinya dengan tetangga ke tempat yang jaraknya 10 kilometer dari rumah. Tidur bersama para tetangga di atas tikar dengan tenda seadanya yang dibuat mendadak, makanan juga seadanya. Untungnya tak terjadi hujan malam itu. Saat akan tidur, sempat terpikir bagaimana nasib orangtua saya.
Baca Juga: Lee Jong Suk Akui Kelezatan Makanan Khas Indonesia, Ini Dua Masakan yang Dicobanya
Alhamdulillah, keesokan harinya sekira pukul 10.00 saya bertemu orangtua. Ayah dan ibu datang mencari-cari saya ke pengungsian. Rupanya ketika mendengar tsunami datang, orangtua dan kakak-kakak saya juga ikut mengungsi bersama tetangga lainnya. Namun mereka mengungsinya ke bukit terdekat dari rumah, sedangkan saya ikut mengungsi ke bukit yang lokasinya jauh.
Ayah dan ibu sangat terharu sampai menangis terisak, saya diciumnya berulang-ulang karena bisa bertemu lagi dan mengetahui saya dalam selamat tak kurang apa pun kecuali pakaian yang belum diganti. Dua saudara saya yang sedang berada di rumah juga selamat.