Inovasi Eiger dalam Dunia Petualangan Alam Bebas di Indonesia, Kian Ramah Lingkungan dengan Produk Ecosavior

- 29 Agustus 2023, 19:51 WIB
Oki Lutfi Nurdin (kedua dari kanan) dari PT Eigerindo Multi Produk Industri memperhatikan Galih Donikara yang menggendong Tama Randy saat Journalist Camp PRMN Eiger 2023 di Sari Ater CamperVan Park, Ciater, Kabupaten Subang, Kamis 24 Agustus 2023.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil
Oki Lutfi Nurdin (kedua dari kanan) dari PT Eigerindo Multi Produk Industri memperhatikan Galih Donikara yang menggendong Tama Randy saat Journalist Camp PRMN Eiger 2023 di Sari Ater CamperVan Park, Ciater, Kabupaten Subang, Kamis 24 Agustus 2023.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil /

KABAR PRIANGAN - Kang Galih menyodorkan punggungnya. Pegiat alam berusia 58 tahun yang bernama lengkap Galih Donikara tersebut mempersilahkan Tama Randy untuk digendong olehnya saat acara Journalist Camp PRMN Eiger 2023. Hup! Setelah permisi meminta izin, Tama pun naik ke punggung Galih dengan bokong dalam posisi duduk di alas berbahan alumunium.

Kemudian Galih berjalan beberapa langkah, sedangkan tangan Tama berpegangan pada bahu Galih. "Kapan lagi digendong oleh Kang Galih begini, ha ha," ujar Tama yang dalam acara kolaborasi Pikiran Rakyat Media Network dan Eiger itu menjadi pembawa acara (MC) bersama Kuns Kurniawan, diiringin tawa lepas hadirin.

Alas tempat Tama duduk tersebut merupakan bagian bawah frame tas ransel unik yang sengaja dihadirkan di hadapan 41 jurnalis oleh Oki Lutfi Nurdin dari Product Research & Development PT Eigerindo Multi Produk Industri. Dalam kegiatan yang digelar di area Sari Ater CamperVan Park, Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis 24 Agustus 2023, Oki menyampaikan materi bertajuk Dunia Petualangan Alam Bebas di Indonesia.

Baca Juga: Dari Journalist Camp PRMN Eiger 2023, Galih Donikara: Alam Mengandung Bahaya, Kita Mengundang Bahaya

Rangka tas ransel alumium itu multifungsi. Jika kain ranselnya dilepas, frame bisa dipakai untuk menggendong berbagai barang bahkan orang. Tas berbobot 2,5 kg tersebut bisa untuk mengevakuasi orang yang cedera saat mendaki atau turun gunung. Tama Randy sendiri mengaku berat badannya 52 kg. Tas tak tembus air (waterproof).

Menurut Oki, ide dan konsep tas tersebut berasal dari Keba, alat multifungsi yang bisa membawa apa saja dan biasa digunakan oleh suku Dayak di Kalimantan. Ide didapat saat Tim Eiger melakukan Black Borneo Expedition 1 dan 2 di Kalimantan Timur tahun 2015 dan 2016.
Eiger melakukan ekspedisi sekaligus untuk riset dan mencari gagasan.

"Kami menemukan alat angkut masyarakat Dayak yang terbuat dari rotan namun sangat fungsional bisa membawa apa saja, genset dan drum juga bisa dibawa. Sehari-harinya alat tersebut dipakai untuk membawa hasil hutan, misalnya babi hasil berburu dibawanya memakai Keba," ujar pria yang mendapatkan sejumlah penghargaan bergengsi di Indonesia maupun mancanegara dalam bidang desain itu.

Baca Juga: Kisah Khansa Syahla Pendaki Gunung Perempuan Termuda Indonesia, Usia 17 Tahun Telah Mendaki 83 Gunung

Pihaknya kemudian bekerja sama dengan warga setempat. "Kami melakukan riset dan alat tersebut bisa diterapkan secara modern sehingga dapat diterima oleh market masa kini. Namun frame-nya dibuat dari alumunium dan bisa dilepas sehingga dapat mengangkut orang," ucap Oki seraya menyebutkan terdapat dua seri warna jenis tas tersebut yakni oranye dan hijau tentara.

Produk Tas Ransel dari Bahan Daur Ulang

Di samping Keba, produk Eiger yang unik dan multifungsi lainnya dalam acara tersebut adalah tas Eiger Ecosavior yang rangkanya terbuat dari rotan. Bahan kain tas terbuat dari polyester recycle yakni botol-botol plastik yang diolah kembali jadi kain dan dipintal menjadi benang. Karena itulah tas berbahan daur ulang tersebut menjadi unik yang berkaitan dengan kampanye ramah lingkungan. "Namun recycle ini menjadi lucu juga. Karena di negara kita pengelolaan sampahnya belum baik, jadi kadang pabrik-pabrik kita mengimpor botol-botol bekas dari luar negeri," ucap pria kelahiran Bandung, 11 Oktober 1977, yang selain menggeluti desain juga punya sederet pengalaman di bidang ekspedisi alam.

Pegiat alam Galih Donikara menggendong Tama Randy saat acara Journalist Camp PRMN Eiger 2023 di Sari Ater CamperVan Park, Ciater, Kabupaten Subang, Kamis 24 Agustus 2023.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil
Pegiat alam Galih Donikara menggendong Tama Randy saat acara Journalist Camp PRMN Eiger 2023 di Sari Ater CamperVan Park, Ciater, Kabupaten Subang, Kamis 24 Agustus 2023.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil

Selain bahan kainnya dari daur ulang, inovasi yang berwujud tas Ecosavior tersebut adalah rangkanya berbahan bambu, sedangkan tas biasanya menggunakan logam. Fungsi frame untuk menyebarkan beban barang bawaan supaya merata ke seluruh bagian ransel. Jika tak ada frame-nya otomatis bebannya ke bawah semua. "Meskipun bambu, berdasar hasil pengujian yang disamakan perlakuaannya dengan bahan kogam, tas ini lolos tes atau quality control. Lebih ramah lingkungan tapi kekuatannya tetap," ujar Oki.

Baca Juga: Ini Formasi Seleksi CASN 2023 untuk Kabupaten Garut, Sekda: Rekrutmen Prioritaskan Honorer Lama

Dalam proses produksi tas tersebut melibatkan juga produsen lokal dari pengrajin-pengrajin bambu yang biasanya mengerjakan peralatan makan. Hal itu bisa meningkatkan nilai ekonomi para pengrajin. "Sebelumnya misalnya membuat boboko, harganya kan berapa. Tetapi kini bambu tersebut diberi sentuhan yang kami ulik teknologinya lalu diterapkan pada desain ini, jadi nilai ekonomisnya naik juga," ucap  Oki.

Keunikan lain tas Ecosavior yakni di bagian bawahnya ada tempat untuk menyimpan sampah, sehingga sampah yang dihasilkan pendaki dibawa turun lagi. "Produk ini hasil observasi kami kepada pengguna juga karena melihat kebiasaan pendaki yang sering membuang sampah sembarangan. Dengan tas ini sampah tak harus disimpan di kantong keresek yang diikat ke tas," ucap Oky.

Terus Berinovasi

Ditampilkannya dua produk sebagai contoh tersebut menunjukkan Eiger selalu berinovasi. Wujud inovasi Eiger sebagai produk Indonesia yang mempunyai alam tropis, terutama sejak tahun 2015. Ketika itu tagline-nya berubah menjadi Tropical Adventure. "Karena kami menyadari bahwa medan kita di Indonesia berbeda dengan medan di luar negeri. Misalnya medan becek dengan tanah bebatuan dan rerumputan itu khas tropis yang tak semua ada di medan luar. Kami sudah concern ke sana dengam membuat desain-desain produk untuk alam tropis, salah satunya dengan melakukan Ekspedisi Black Borneo," kata Oki.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Tasikmalaya Spot Foto Banyak dengan Latar Alam!

 

Inovasi produk untuk alam tropis dari perusahaan yang berpusat di Bandung itu misalnya produk sepatu, outfit seperti kaos yang untuk alam tropis lebih lembab sehingga harus bisa cepat menyerap keringat. "Salah satu tantangan di alam tropis adalah serangga. Binatang-binatang besar saat kita naik gunung jarang bertemu karena mereka takut dengan manusia, justru yang datang itu binatang-binatang kecil seperti nyamuk dan lintah," tutur peraih Penghargaan Winner Golden Bauhinia Cup of China-ASEAN Industrial Design Competition 2020 dan 2022 itu.

"Hal itu yang ditakuti oleh orang-orang luar. Mereka takut berpetualang di Indonesia karena khawatir terkena malaria, DBD. Kondisi seperti itulah menjadi sumber gagasan juga bagi kami untuk menciptakan produk yang cocok dengan alam kita, sehingga kami membuat produk yang
antiserangga," kata anggota ekspedisi Climbing Mount Eiger Swiss 2011 itu.

Mengaplikasikan Program Ramah Lingkungan dalam Produk

Pun ketika kini ramai isu lingkungan, Eiger menerapkan inovasi terhadap produknya. Oki menyebutkan, isu lingkungan sudah terdengar gaungnya sejak lama, sejak dirinya masuk Eiger pada tahun 2022 juga sudah terdengar jargon internasional bahwa suatu produk harus ramah lingkungan. Namun dulu gaungnya tak terlalu kencang karena teknologinya belum mendukung.

"Misalnya, bahan-bahan dari daur ulang dulu juga sudah ada namun prosesnya lebih rumit sehingga menjadi mahal yang perbandingan harganya bisa 2-3 kali lipat daripada bahan-bahan yang dipakai reguler. Otomatis kalau dulu mamakai hal itu lalu dilempar ke market maka harganya menjadi malah," ucap Oki yang meraih Grand Award Indonesia Good Design Selection 2019 serta Best Winner Good Design Indonesia 2017 dan 2021.

Baca Juga: Desa di Pamulihan Sumedang Diberikan Alat Mesin untuk Tangani Persoalan Sampah

Adapun kini teknologi semakin berkembang dan yang menyediakannya kian massal atau banyak, serta harganya semakin turun. "Sekarang sudah mulai mudah diaplikasikan kepada produk-produk material yang ramah lingkungan karena hampir semua industri outdoor di dunia teknologinya sudah bergerak di sana. Ke depannya pun produk Eiger mengutamakan suistainability. Karena proses tersebut panjang danperlu step by step, harapannya tahun 2025 sekitar 30 persen produk Eiger sudah suistainable," tutur Oki.***

 

 

 

 

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah