Ibu dan Bayi Meninggal, Begini Tanggapan RSUD Sumedang

- 3 Oktober 2023, 16:49 WIB
Plt Direktur RSUD  Kabupaten Sumedang dr. H. Enceng mengatakan, penanganan pasien Mamay Meida yang meninggal saat proses melahirkan sudah sesuai SOP.
Plt Direktur RSUD Kabupaten Sumedang dr. H. Enceng mengatakan, penanganan pasien Mamay Meida yang meninggal saat proses melahirkan sudah sesuai SOP. /kabar-priangan.com/Devi Supriyadi /

KABAR PRIANGAN - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sumedang buka suara soal adanya dugaan kelalaian tim medisnya yang mengakibatkan seorang ibu hamil asal Cibugel dan bayi meninggal dunia saat akan melahirkan.

Sebelumnya, seorang pasien bernama Mamay Maida (30) yang berstatus ASN diketahui meninggal dunia bersama bayi yang dikandungnya di RSUD Kabupaten Sumedang, Minggu 1 Oktober 2023.

Plt Direktur RSUD Kabupaten Sumedang dr. H. Enceng mengatakan, pasien Mamay Meida datang ke rumah sakit, dikirim oleh dokter spesialis kebidanan dan kandungan dikarenakan hamil 9 bulan lebih atau masa kandungannya sudah 40 atau 41 minggu. Namun belum ada tanda-tanda akan melahirkan. 

Baca Juga: Pemkab Sumedang Siapkan Ikhtiar Fisik dan Spiritual untuk Antisipasi Dampak Musim Kemarau

"Pasien masuk ke IGD Kebidanan RSUD Sumedang pada hari Sabtu 30 September 2023 pukul 20.00 WIB. Dengan didiagnosa G2P1A0 hamil 40-41 minggu lebih kalsifikasi plasenta dan direncanakan akan diakhiri masa kehamilannya," ucapnya saat memberikan keterangan terkait kejadian tersebut, 3 Oktober 2023.

Menurutnya, penanganan pasien sudah dilakukan sesuai prosedur, dimana pasien direncanakan melahirkan pervaginam dengan tindakan induksi (merangsang timbulnya reaksi kontraksi) agar timbul kontraksi (mules) tanda kelahiran. 

Besoknya, lanjut dr. Enceng, pada hari Minggu proses persalinan mengalami kemajuan ditandai dengan pembukaan sudah lengkap. Sehingga pasien dipimpin proses persalinan. Dan dalam perjalanannya, pasien mengalami penurunan kondisi fisik yang dicurigai disebabkan oleh emboli air ketuban.

Baca Juga: Ini 5 Sosok yang Digadang-gadang Maju di Pilkada Sumedang 2024

"Perlu diketahui bila emboli air ketuban merupakan sindrom katastrofik yang terjadi selama kehamilan dan persalinan atau segera setelah melahirkan. Emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban yang mengandung sel-sel janin dan material debris lainnya kedalam sirkulasi maternal yang menyebabkan kolaps kardio respirasi," ujarnya.

Patofisiologinya sampai saat ini, kata dia belum jelas. Ada tiga faktor utama yang menyebabkan masuknya air ketuban ke dalam sirkulasi ibu yaitu robekan amnion dan korion, terbukanya vena ibu baik melalui vena-venia endoserviks, sinus venosus subplasenta atau akibat laserasi segmen bawah rahim serta adanya tekanan yang mendesak masuknya air ketuban kedalam sirkulasi ibu. Gambaran klinisnya sesak yang tiba-tiba, gagal nafas dan hipotensi yang diikuti oleh kolaps kardiovaskuler, DIC dan kematian.

Baca Juga: Kasatlantas Imbau Warga Sumedang Waspada Modus Penipuan Surat Tilang Elektronik Format APK

dr. Enceng menyampaikan, kejadian ini diakibatkan adanya risiko medis yang bisa muncul kapan saja walaupun sudah dilakukan tatalaksana sesuai dengan prosedur penanganan pasien yang berlaku. 

Ia mengaku bila dengan kejadian ini sudah ditindaklanjuti dengan langkah-langkah evaluasi di bidang pelayanan medik, meliputi, SOP dan indikasi persalinan dari awal masuk sampai pasien meninggal.

"Pihak rumah sakit sudah bertemu, menyampaikan rasa belasungkawa, dan berkomunikasi dengan pihak keluarga sehingga kejadian ini diharapkan tidak terulang dan menjadi bahan perbaikan dalam pelayanan RSUD Sumedang demikian untuk dimaklumi," katanya.

Baca Juga: Wisata Kuliner di Sekitar Tol Cisumdawu Sumedang. Ini 4 Tempat Makan Dekat Exit Tol yang Viral di Medsos

Kejadian ini juga, tambah dr. Enceng tentunya menjadi konsen bagi RSUD Sumedang untuk terus memperbaiki kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

"Kami juga saat ini sedang giat-giatnya menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Sumedang. Jadi kejadian ini juga akan terus ditindaklanjuti untuk terus memperbaiki pelayanan di RSUD Sumedang," ungkapnya.

Sementara itu diperoleh informasi dari suami korban Ardiansyah Apandi (30), bahwa istrinya mulai terasa mau lahiran pada Sabtu 30 September 2023 pagi, kemudian dibawa ke Puskesmas Cibugel sekira Jam 08.00 Wib. Oleh pihak Puskesmas, Mamay disarankan untuk pergi ke dokter kandungan.

Baca Juga: Berkah Tol Cisumdawu, Anda Bisa Cicipi 8 Mie Ayam Enak di Sumedang yang Lokasinya tak Jauh dari Exit Tol

“Kata bidan yang di Puskesmas itu harus ke dokter kandungan cek dulu,” ucapnya.

Kemudian, korban dibawa ke dr. Dani Setiawan, yang ada di Kecamatan Ganeas, menggunakan mobil pribadi dari rumahnya.

“Setelah dari Puskesmas, sebelum ke dr. Dani, saya pulang dulu ke rumah untuk bersiap-siap dulu. Takutnya ada apa-apa siap-siap dulu, bawa pakaian, dan lain-lain,” ujarnya.

Baca Juga: Erwan Optimistis Jadi Sumedang 1 di Pilkada 2024, Ini Syaratnya

Oleh dr. Dani, korban dirujuk ke RSUD Sumedang sekira Jam 18.00 Wib.

“Sekitar pukul 19.30 Wib masuk ke ruang bidan, jam 20.00 Wib di ruang bidan, diberi penjelasan sama bidan, harus diinduksi dulu,” jelasnya.

Mendengar harus diinduksi, Ardiansyah memohon kepada bidan kalau misalkan induksinya 10 jam tidak ada reaksi, bayinya tidak juga kunjung keluar, ia meminta tindakan yang terbaik untuk ibu dan bayinya.

Baca Juga: Kepulan Asap Ganggu Arus Lalu-lintas di Tol Cisumdawu KM 181 Sumedang

“Mau sesar atau mau vakum, yang penting selamat dua-duanya. Soalnya saya trauma kejadian anak pertama,” katanya.

Setelah malamnya diinduksi, Minggu 1 Oktober 2023 sekitar pukul 09.00 korban masuk ruang bersalin.

“Pagi itu saya nanya, bu, istri saya gimana? sudah masuk ruang bersalin. Ya sudah Alhamdulillah lah, masih kuat istri saya waktu itu. Masih bisa makan dan ngobrol biasa,” katanya.

Sekira pukul 10.30, ucap Ardiansyah, istrinya itu sudah mulai sakit-sakitan, tidak tahan.

Baca Juga: Di Situraja, Erwan Blak-blakan akan Maju di Pilkada Sumedang 2024

“Puncaknya itu sekitar pukul 11.00, karena nggak keluar lagi, harus dikasih obat induksi lagi ke 4 kali, kata saya teh jangan dikasih-kasih obat induksi, udah tindakan aja, sesar aja atau gimana yang pentingkan, ada yang selamat, soalnya jam 11.00 kurang itu si bayi itu kepalanya sudah kelihatan, cuma ke dalam lagi gitu,” katanya.

Peristiwa tersebut terjadi ketika dirinya sudah berkali-kali meminta dilakukan tindakan, pihak medis yang menangani istrinya beralasan bahwa dokternya sedang menangani pasien lain dan hendak makan istirahat.

“Sampai Jam 12.30, belum diapa-apain. Ketika istri saya sudah gak bergerak, sudah kehabisan tenaga, baru dimasukin ke ruang operasi. Jam 12.30 kurang lebih masuk ruang operasi, udah ke sana, bolak balik dokter itu, saya juga udah pasrah disana, karena kan kelihatan istri dah gimana gitu ya,” katanya.

Baca Juga: Rekomendasi Tempat Wisata Alam Hits di Sumedang yang Ciamik Banget, Ada Waduk Terbesar Kedua di Indonesia!

Hingga pada akhirnya, istri saya (Mamay) dinyatakan meninggal dunia sekira Jam 13.14, dengan kondisi bayi masih di dalam kandungan.

“Bayi belum keluar, yang saya sangat sakit hati itu bayi belum keluar masih dalam kandungan. Nggak dikeluarin anak saya juga. saya belum tahu muka anak saya kayak gimana gitu, belum di foto,” ungkap Ardiansyah dengan nada sedih.***

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah