Leukemia Granulositik Kronik: Ini Cara Diagnosa dan Penanganan yang Sebaiknya Anda Ketahui

22 September 2023, 18:54 WIB
Ilustrasi pengambilan sampel darah untuk tes BCR-Abl kualitatif Leukemia Granulositik Kronik.*/ freepik/stefamerpik /

KABAR PRIANGAN - Gejala Leukemia Granulositik Kronik (LGK) atau Chronic Myelogenous Leukemia (CML) yang terlihat secara fisik sulit dibedakan dengan gejala penyakit lain, sehingga untuk memastikan apakah seseorang mengidap LGK adalah dengan melakukan serangkaian tes. Berikut cara mendiagnosa LGK dan penanganannya.

Cara Mendiagnosa Leukemia Granulositik Kronik:

Pada umumnya, ada tiga cara untuk mendiagnosa Leukemia Granulositik Kronik, yaitu:

1. Hitung Darah Lengkap

Hitung darah lengkap adalah suatu tes dengan mengambil sampel darah melalui vena pasien yang bertujuan memeriksa jumlah setiap jenis sel darah dalam tubuh.
Jumlah sel darah yang dibawah atau diatas batas normal dapat menjadi tanda awal untuk pemeriksaan lebih lanjut.

2. Tes BCR-Abl Kualitatif (Reverse Transcription Multiplex PCR)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan sampel darah yang diambil dari pembuluh darah vena di lengan. Tujuan dari pemeriksaan lab ini adalah mendeteksi adanya protein tirosin kinase akibat kromosom Philadelphia (penempelan kromosom 22 yang biasa disebut BCR dengan kromosom 9 yang biasa disebut Abl).

Baca Juga: Sejarah Penemuan Translokasi Kromosom pada Leukemia Granulositik Kronik, Era Baru dalam Penelitian Kanker

Hasil yang akan tertera jika seseorang memiliki protein tirosin kinase pada lembar pemeriksaan laboratorium adalah positif, atau terdeteksi transkrip BCR-Abl.

3. Aspirasi dan Biopsi Sumsum Tulang

Kedua tes yang dilakukan bersamaan ini berguna memeriksa kelainan pada sel-sel sumsum tulang. Sampel biasanya diambil dari tulang pinggul pasien setelah pasien diberikan anestesi lokal.
Untuk aspirasi sumsum tulang, jarum berongga dimasukkan melalui tulang pinggul dan masuk ke dalam sumsum tulang untuk mengambil sampel cairan sel.

Sementara untuk biopsi sumsum tulang digunakan jarum yang lebih lebar untuk mengambil sepotong kecil tulang yang mengandung sumsum. Kedua sampel diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari perubahan kromosom dan perubahan sel lainnya.

Fase Leukemia Granulositik Kronik

Berbeda dengan kanker lainnya yang umumnya disebut stadium 1,2,3 dan 4. Pada Leukemia Granulositik Kronik terdapat 3 fase: Kronis, akselerasi dan blast, berikut perbedaannya:

Baca Juga: Akan Ada Fenomena Equinox di Indonesia Besok, Benarkah Posisi Matahari Lebih Dekat dengan Bumi? Ini Faktanya!

1. Fase kronis - Pada fase ini, LGK mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun dan umumnya tubuh pasien dapat merespons pengobatan dengan baik.
2. Fase akselerasi - Pada fase ini, LGK lebih mungkin menimbulkan gejala dan bisa jadi kondisinya tidak dapat dikendalikan dengan baik oleh pengobatan.
3. Fase blast (atau blast crisis) - Fase ini sering kali menyebabkan gejala yang lebih parah dan lebih sulit diobati.

Untuk menetapkan fase-fase ini, umumnya dokter memerlukan tes diagnostik tertentu. Fase yang berbeda dapat diobati dengan terapi yang berbeda dan dengan respon tubuh yang berbeda pula.

Pengobatan Leukemia Granulositik Kronik

Rencana pengobatan pasien LGK seringkali didasarkan pada beberapa faktor, termasuk usia, kesehatan secara keseluruhan, tingkat sel blast, dan fase LGK. Berikut beberapa pengobatan yang dapat ditempuh pasien LGK:

1. Mengonsumsi obat Tirosin Kinase Inhibitor

Karena hingga saat ini belum ada obat minum yang sepenuhnya dapat mengobati LGK, maka pengobatan difokuskan pada terapi target dengan BCR-Abl Inhibitor atau yang juga disebut Tirosin Kinase Inhibitor (TKI). Terdapat beberapa jenis TKI yang saat ini beredar, yaitu imatinib mesylate, bosutinib, ponatinib, dasatinib, nilotinib.

Baca Juga: Prediksi Skor Arsenal vs Tottenham di Premier League: Link Live Streaming, Line Up Pemain, dan Head to Head

Pemberian TKI ini adalah untuk menghentikan sementara produksi protein tirosin kinase akibat fusi BCR-Abl agar munculnya sel leukemia dapat ditekan dan kondisi pasien membaik.

2. Kemoterapi

Obat TKI umumnya mendapatkan direspon dengan baik oleh tubuh pasien Namun, dalam beberapa kasus, pilihan pengobatan lain diperlukan, yaitu ketika pasien LGK refrakter (resisten) terhadap obat TKI.

Untuk pasien yang resisten, dokter biasanya memberikan obat kemoterapi yang disebut omacetaxine mepesuccinate

3. Transplantasi Sel Punca Alogenik

Dalam kasus yang sangat jarang terjadi, seseorang dengan LGK memerlukan transplantasi sel punca alogenik. Selama prosedur ini, penderita LGK menjalani kemoterapi dosis tinggi atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel sumsum tulang untuk kemudian menerima sel sumsum tulang baru dari donor. Sel-sel baru ini dapat membuat sel darah sehat yang dapat menggantikan sel yang hilang selama pengobatan dosis tinggi.***

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler