Sejarah Berdirinya Ponpes Gontor yang Sedang Viral di Media Sosial

7 September 2022, 12:01 WIB
Bangunan Ponpes Modern Gontor. /Facebook/pondok modern darussalam gontor/

KABAR PRIANGAN - Berikut ini adalah sejarah berdirinya Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.

Pesantren Gontor kini tengah viral karena kasus dugaan salah satu santrinya tewas karena dianiaya.

Pondok Gontor berdiri pada abad ke-18. Sebelum menjadi Pondok Gontor, Pondok Tegalsari merupakan cikal bakal berdirinya.

Baca Juga: Sebanyak 23 Klub Ikuti Kompetisi Liga 3 Seri 1 Jawa Barat, Kick Off 24 September 2022

Dikutip oleh kabar-priangan.com dari laman Gontor, pondok ini didirikan oleh Kyai Ageng Hasan Bashari atau Besari di desa Tegalsari.

Akhirnya, ribuan orang/santri berduyun-duyun untuk menuntut ilmu di pondok ini yang berasal dari Jawa dan sekitarnya.

Ketika pondok tersebut dipimpin oleh Kyai Khalifah, terdapat seorang santri yang sangat menonjol dalam berbagai bidang. Namanya Sulaiman Jamaluddin.

Baca Juga: Jadwal Laga Pekan ke 9 BRI Liga 1 2022/2023: Ada Big Match Arema FC vs Persib dan PSM vs Persebaya di Indosiar

Sulaiman Jamaluddin merupakan putera Panghulu Jamaluddin dan cucu Pangeran Hadiraja, Sultan Kasepuhan Cirebon.

Ia sangat dekat dengan kyai-kyainya, maka setelah lulus dirinya dinikahkan dengan Putri Kyai dan diberikan kepercayaan untuk mendirikan pesantren di desa Gontor.

Gontor adalah sebuah tempat yang terletak lebih kurang 3 km sebelah timur Tegalsari dan 11 km ke arah tenggara dari kota Ponorogo.

Baca Juga: Hari Ini, Presiden Jokowi Lantik Azwar Anas sebagai MenPAN RB Gantikan Tjahjo Kumolo. Simak Track Recordnya

Pondok Gontor yang didirikan oleh Kyai Sulaiman Jamaluddin ini terus berkembang pesat dan dipimpin secara turun temurun hingga tiga generasi.

Pada generasi ketiga, pesantren Gontor dipimpin oleh Kyai Santoso dan mengalami sedikit kemunduran tidak seperti waktu-waktu sebelumnya.

Sepeninggal Kyai Santoso dengan seiring runtuhnya kejayaan Pondok Gontor Lama, masyarakat desa Gontor kehilangan pegangan, dari yang tadinya taat agama menjadi anti agama.

Baca Juga: Sumedang Terus Berkembang dan Maju Dalam Transformasi Digital

Mereka berubah menjadi masyarakat yang meninggalkan agama dan bahkan anti agama. Kehidupan mo-limo: maling (mencuri), madon (main perempuan), madat (menghisap seret), mabuk, dan main (berjudi) telah menjadi kebiasaan sehari-hari. Ini ditambah lagi dengan mewabahnya tradisi gemblakan di kalangan para warok.

Demikian sejarah Pondok Gontor dan suasana kehidupan masyarakat setelah pudarnya Pondok Gontor lama.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler