Legenda Asal Usul Nama Kota Surabaya Yang Mendapat Julukan Kota Pahlawan

9 November 2022, 23:53 WIB
Legenda Asal Usul Nama Kota Surabaya Yang Mendapat Julukan Kota Pahlawan /Pixabay/ignartonosbg/

KABAR PRIANGAN – Jika di Jakarta dikenal nama Jabodetabek yang merupakan kepanjangan dari Jakarta, Bogor,Tangerang dan Bekasi, maka di Jawa Timur ada Gerbangkertosusila, yang juga merupakan singkatan dari nama beberapa kota.

Adapun kepanjangan dari Gerbangkertosusila yaitu, Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan.

Kota Surabaya yang menjadi ibukota provinsi Jawa Timur termasuk salah satu kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta.

Baca Juga: Penyaluran BSU 2022 Ditargetkan Akan Rampung pada akhir Tahun, Saat ini Sudah tersalurkan 80,30 Persen

Seperti juga kota Bandung yang memiliki julukan "Kota Kembang", maka julukan kota Surabaya adalah “Kota Pahlawan”.

Alasannya mengapa disebut “Kota Pahlawan” karena banyaknya dukungan dari warga masyarakat Surabaya dalam telah berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Sedangkan untuk nama Surabaya, kabarnya diambil dari cerita rakyat Jawa Timur yang terkenal hingga menjadi legenda.

Baca Juga: Persib kembali menggelar latihan di Stadion Siliwangi Bandung Bersama Pelatih Luis Milla

Adapun kisah cerita rakyat hingga menjadi legenda adalah sebagai berikut:

Pada zaman dahulu kala, terdapat dua makhluk air yang saling bermusuhan di Laut Jawa sebelah timur dekat Pulau Madura. Mereka adalah ikan hiu Sura dan Buaya Baya.

Alasan perseteruan mereka lantaran berebut mangsa yaitu si ikan topo.

Baca Juga: Bareskrim Polri Usut Dugaan Korupsi Atas Penjualan BBM Pertamina Kepada PT Asmin Koalindo Tuhup

Kedua makhluk tersebut sama-sama kuat, cerdik, dan ganas. Setiap kali bertemu pasti keduanya bertarung mati-matian hingga air laut bergolak, namun berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun kalah.

Akhirnya kedua makhluk ganas itu pun membuat kesepakatan membagi wilayah kekuasaan.

Kesepakatan awal, Hiu sepenuhnya berkuasa di air dan mencari makanan di air, sedangkan buaya berkuasa di daratan, dan makanannya pun harus yang ada di daratan.

Baca Juga: Indonesia Pastikan Kesiapan Sebagai Tuan Rumah Konferensi Tingkat Tinggi G20

Adapun, garis batas daratan dan air, yaitu tempat yang dicapai air laut pada saat pasang surut.

Buaya baya menyetujui kesepakatan tersebut. Dengan adanya pembagian wilayah yang disepakati kedua makhluk buas itu, menjadikan perdamaian hingga tidak akan ada lagi perkelahian diantara keduanya.

Akan tetapi, suatu hari ikan hiu Sura mencari makanannya ke sungai. Hal tersebut diketahui buaya Baya hingga membuatnya marah.

Baca Juga: Arahan Kakorlantas Untuk Tugas Pamwal Rolakir Pada Pelaksanaan Presidensi KTT G20 di Bali

Keduanya berdebat tak kunjung usai itu, sampai terjadi kembali perkelahian.

Mereka saling menyerang, hingga air disekitarnya menjadi merah darah dari luka-luka mereka.

Dalam pertarungan tersebut, buaya Baya mendapat gigitan di pangkal ekor hingga membuatnya sakit bila ingin membelok.

Dan hiu Sura, terkena gigitan juga di ekornya hingga membuat ekornya hampir putus.

Baca Juga: Sebanyak 69 Produk Obat Sirup Dari 3 Perusahaan Farmasi Dicabut Izin Edarnya Oleh BPOM

Akhirnya, hiu Sara kembali ke lautan, dan membuat buaya Baya merasa puas dapat mempertahankan wilayah kekuasaannya.

Sejak itulah, wilayah tersebut dinamakan Surabaya, diambil dari kata Sura dan Baya.

Akhirnya, ikan hiu Sura dan buaya Baya dijadikan sebagai lambang kota tersebut.

Cerita asal usul Surabaya tersebut di adaptasi dalam buku berjudul “Dongeng Nusantara" yang terdiri dari cerita mengenai Asal-Usul Surabaya, Situ Bagendit, Selat Bali.

Baca Juga: Hasil Drawing 16 Besar Liga Champions 2022-2023, Banyak Laga Kelas Berat Yang Menciptakan Adu Adrenalin

Buku tersebut disusun oleh Bambang Joko Susilo dan diterbitkan pada Desember 2019 oleh Penerbit Bestari (anggota IKAPI).

Akan tetapi, sebagian pendapat mengatakan bahwa asal usul Surabaya berasal dari kata Sura yang berarti selamat atau jaya, dan Baya berarti bahaya. Jadi bila disatukan Surabaya berarti “Selamat menghadapi bahaya”.

Bahaya yang dimasud merupakan serangan dari tentara Tar-tar yang hendak menghukum Raja Jawa.

Seharusnya yang dihukum adalah Kartanegara, namun Kartanegara sudah tewas terbunuh, maka jayakatwang yang disebut oleh tentara Tar-tar.

Baca Juga: Tokoh Sunda Lintas Etnis, Negawaran Segala Zaman, Tjetje Hidayat Padmadinata Meninggal Dunia

Setelah Jayakatwang dikalahkan, tentara Tar-tar merampas harta benda untuk dibawa ke Tiongkok, namun Raden Wijaya menyerang tentara Tar-tar di pelabuhan Ujung Galuh hingga mereka kembali ke Tiongkok tanpa membawa rampasannya.

Diketahui, peristiwa tersebut terjadi pada tahun 1293.

Untuk Hari ulang tahun Kota Surabaya (HJKS) pernah diperingati setiap tanggal 1 April, namun versi tersebut merupakan peninggalan Belanda.

Pada tahun 1975, Pemkot Surabaya merevisi HJKS ke tanggal 31 Mei dan dipakai hingga sekarang.

Baca Juga: Tinggal Sumpah WNI, Jordi Amat dan Sandy Walsh Selangkah Lagi Resmi Bergabung dengan Timnas Indonesia

Pada tanggal 10 November 1945, menjadi bukti jati diri warga Surabaya yang berani menghadapi bahaya serangan Belanda dan Inggris.

Disclaimer:Artikel ini sudah terbit melalui media pikiran-rakyat.com dengan judul:"Asal-usul Nama Surabaya, Kini Berjuluk Kota Pahlawan".***

 

 

 

Editor: Chaidir Primananda

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler