Harlah NU Satu Abad dari Kacamata Acep Zamzam Noor: Generasi Sekarang Harus Melek Tradisi

6 Februari 2023, 23:12 WIB
Seniman dan Budayawan NU, Acep Zamzam Noor.* /Facebook/Acep Zamzam Noor/

KABAR PRIANGAN - Peringatan Hari Lahir Satu Abad Nahdlatul Ulama/ Harlah NU merupakan salah satu momen perayaan yang dinantikan oleh kaum Nahdliyin untuk menyongsong abad kedua.

Menyambut Harlah NU Satu Abad atau 100 tahun hari jadi berdirinya organisasi NU yang dalam perkembangannya menjadi organisasi massa Islam terbesar di Indonesia ini, Nahdliyin tetap semangat menjaga kebesaran dan merawat keislaman di Indonesia.

Ada tema khusus yang dibuat Nahdliyin untuk menyambut Satu Abad Harlah NU ini yakni "Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru". Tema itu juga berdasar pada pandangan hadits Rasulullah SAW tentang lahirnya pembaharu di setiap satu abad.

Baca Juga: Peringatan 1 Abad Harlah NU, Sejumlah Nahdliyin Ciamis Berangkat ke Sidoarjo, Di Banjar Digelar Acara Sepekan

Salah seorang seniman dan budayawan yang juga putra tokoh NU Tasikmalaya, Acep Zamzam Noor, menyebutlan, satu abad bukan waktu yang sebentar dan ini merupakan proses yang sangat lama. Ia berharap pada Harlah NU Satu Abad ini ke depan NU bisa semakin bisa melaksanakan visi misinya.

Menurutnya, sekarang juga sebenarnya sudah mulai berlangsung bagaimana menjaga keindonesiaan, bagaimana menjaga kebersamaan kita.

"Saya pikir Indonesia ini tanpa NU akan kacau, jadi NU salah satu yang membuat Indonesia bisa merekat kebersamaan. Dari ribuan pulau, dari suku bangsa, dari ribuan tradisi dan menurut saya yang paling depan adalah NU yang bisa menyatukan itu," kata Acep bertemu Kabar-Priangan.com/ Harian Umum Kabar Priangan, baru-baru ini.

Mengenai generasi milenial yang cenderung lebih menonjolkan kemajuan zaman dan teknologi saat ini, menurut Acep, NU itu tradisi. Sehingga para generasi sekarang itu harus tetap merawat tradisi NU yang masih terlelihara.

"Menurut saya, generasi sekarang itu harus melek pada tradisi bagaimana tradisi NU ini masih kita perlihara. Tradisi spiritnya dan praktiknya," katanya.

Baca Juga: Pembangunan Sarana Prasarana untuk Relokasi Pasar dan Terminal Singaparna, DitargetkanTahun Ini

"Juga, bahwa kemajuan teknologi silahkan diikuti dan itu suatu keharusan, tapi juga jangan melupakan tradisi karena tradisi ini ruh-nya dari NU," ucap Acep menambahkan.

Disinggung generasi muda saat ini terlebih para milenial yang sudah mulai luntur terhadap tradisi yang turun-temurun dipegang teguh para leluhur NU, Acep menyebutkan hal itu perlu strategi. Sebab menghadapi derasnya budaya asing pada era kini sangat berat dan sulit dibendung.

"Nah ini harus ada stategi, dan saya pikir juga ini mungkin agak berat. Tapi barangkali mayoritas NU itu ada di kampung-kampung, di pesantren-pesantren, di masjid-masjid dan itulah yang sebenarnya masih bisa kita harapkan, dan itulah sebenarnya medan NU," ujarnya.

Baca Juga: Begini Kondisi Bupati Garut Rudy Gunawan usai Operasi Jantung

Sementara ketika memegang teguh tradisi para leluhur, maka kerap terlontar sebutan kiai kobong atau ajengan kampung. Sehingga ada upaya bahwa ajengan yang sukses itu harus hijrah ke kota.

"Ya itu sebenarnya jangan di kota kan, mereka tetap dengan karakternya, yang kampung itulah justru yang jadi kekuatan NU. Ketika di kota kan atau menjadi orang kota, ya itu malah berubah mereka," ujarnya.

"Jadi bukan kita menolak kemajuan, tapi bagaimana itu menjadi spirit, menjadi ruh. Bangsa-bangsa yang maju yaitu bangsa yang memegang dan mempraktikkan tradisinya, menjaga tradisinya," kata putra tokoh NU di Cipasung, (Alm) KH Ilyas Ruchiat itu.*

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler