Status Gunung Karangetang Sulawesi Utara Naik Menjadi Level III, PVMBG: Waspadai Bencana Sekunder Aliran Lahar

8 Februari 2023, 23:25 WIB
Gunung Karangetang di Sulawesi Utara dinaikkan statusnya dari Waspada ke Siaga mulai hari ini, Rabu 8 Februari 2023. /PVMBG/

KABAR PRIANGAN-Gunung Karangetang yang berada di Pulau Siau, Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara dinaikkan statusnya dari Level II atau Waspada menjadi Level III atau Siaga. Kenaikan status Gunung Karangetang ini dikarenakan terjadinya peningkatan tingkat aktivitas yang terjadi di gunung dengan ketinggian 1784 mdpl ini.

Hal ini diungkapkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dalam keterangan resminya pada hari ini, Rabu 8 Februari 2023.

Berdasarkan pengamatan secara visual dan instrumental Gunung Karangetang dari Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) yang berlokasi di Desa Salili Kabupaten Sitaro Sulawesi Utara dalam periodei 1 Januari 2023-6 Februari 2023 terlihat adanya pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah.

Baca Juga: Sambut HPN 2023, Jurnalis Singaparna Tasikmalaya Edukasi Mahasiswa tentang Jurnalistik di Era Digital

Plt Kepala Badan Geologi, Muhammad Wafid mengatakan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Karangetang dicirikan oleh pertumbuhan kubah lava yang terus bertambah.

“Umumnya terjadi pada kawah Utama (bagian selatan). Karakteristik erupsi Gunung Karangetang adalah erupsi efusif (leleran lava),” ungkap Wafid.

Untuk diketahui, Gunung Karangetang sejak 9 Februari 2021 berada di Level II atau Waspada. Namun berdasarkan hasil evaluasi aktivitas vulkanik secara visual dan juga kegempaan menunjukan di gunung berapi ini terjadi peningkatan aktivitas.

Baca Juga: Jadwal Sholat dan Imsak di Kota Bandung dan Sekitarnya, Kamis 9 Februari 2023

PMVBG menilai tingkat aktivitas Gunung Karangetang ini sehingga mulai hari ini, Rabu 8 Februari 2023 pukul 16.00 wib, status Gunung Karangetang dinaikkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga).

Dengan naiknya tingkat aktivitas gunung berapi ini menjadi Level III (Siaga), PVMBG meminta agar masyarakat maupun pengunjung, wisatawan, ataupun pendaki tidak diperbolehkan beraktivitas dan mendekati area dalam radius 2,5 km dari kawah Utama serta 3.5 km  pada sektor selatan dan tenggara.

Namun PVMBG juga meminta agar masyarakat di sekitar Gunung Karangetang tetap tenang tidak terpancing isu-isu tentang erupsi gunung ini, dan untuk senantiasa mengikuti arahan dari BPBD Provinsi Sulawesi Utara dan BPBD Kabupaten Sitaro.

Baca Juga: Lowongan Kerja PT Freeport Indonesia Bulan Februari 2023 Ditempatkan di Jakarta dan Gresik, Cek Persyaratannya

Bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai yang berhulu dari puncak Gunung Karangetang ini, selama musim hujan untuk mewaspadai bahaya sekunder berupa ancaman aliran lahar.

Wafid juga menjelaskan bahwa pemantauan secara intensif yang dilakukan oleh PVMBG tetap dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan Gunung Karangetang.

Wafid juga meminta agar Pemerintah Daerah senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Karangetang di Desa Salili, Kecamatan Siau Tengah, Kabupaten Sitaro atau dengan PVMBG.

Baca Juga: Pameran dan Kontes Bonsai Digelar di Cimerak Pangandaran, Ratusan Penggemar dari Berbagai Daerah Hadir

Untuk diketahui, Gunung Karangetang sejak 25 November 2018,  pusat erupsi berada di Kawah II (Kawah Utara) dam menghasilkan endapan lava di sepanjang Sungai Malebuhe hingga mencapai laut. Aktivitas erupsi di kawah Utara tampak mulai berhenti pada Maret 2019.

Kemudian pada 20 Juli 2019 erupsi efusif terjadi lagi namun pusat aktivitas berpindah ke Kawah Utama (Kawah Selatan), erupsi ditandai dengan terjadinya luncuran lava pijar umumnya ke bagian barat, meluncur maksimum sejauh 1800 meter, serta luncuran ke arah tenggara, selatan dan barat daya maksimum meluncur jarak sejauh 2200 meter, dari pusat kegiatan.

Selama periode 1 Januari 2023, Gunung Karangetang pada malam hari teramati api diam hanya di tubuh kubah Kawah Utara. Terjadi guguran namun secara visual jarak dan arah luncuran tidak teramati. Kemudian pada periode 1-7 Februari 2023, api diam pada tubuh kubah masih terjadi. Guguran terjadi dari kawah Utama meluncur ke kali Batuawang dan kali Batang sejauh 800 meter serta ke kali Beha barat sejauh sekitar 1000 meter dari puncak. 

Baca Juga: Dugaan Pelecehan Seksual Mahasiswi di Kampus Unsil Tasikmalaya, Seorang Dosen Dinonaktifkan

Berdasarkan pengamatan visual dari Pos PGA terhadap tinggi kolom asap masih belum menunjukan adanya perubahan yang signifikan. Tinggi kolom asap umumnya masih berkisar antara 50-150 meter diatas puncak.

Namun kejadian guguran pada Kawah Utama semakin meningkat sejak 4 Februari 2023. Guguran lava meluncur ke arah kali Batang, kali Batuawang serta kali Beha barat sejauh sekitar 1.000 meter dari puncak, sinar api masih belum tampak, suara gemuruh guguran lava kadang terdengar di Pos.

Kondisi Kawah Utara sendiri terlihat masih tampak adanya api diam pada tubuh kubah lava, asap kawah belum mengalami perubahan yang signifikan.

Baca Juga: Peringatan Hari Pers Nasional Setiap Tanggal 9 Februari, Begini Sejarah Singkatnya

Berdasarkan data instrumental, gempa guguran menunjukan peningkatan sejak 18 Januari 2023, dan semakin meningkat pada 6 Februari 2023 sehingga terekam sebanyak 43 kejadian dan pada 7 Februari 2023 gempa guguran meningkat menjadi 62 kejadian per hari.

Kondisi terjadinya guguran yang meningkat ini menunjukan peningkatan suplai magma ke permukaan sehingga menyebabkan penambahan material kubah dan juga ketidakstabilan pada kubah lava. Pergerakan magma kepermukaan dalam laju rendah ini juga kemungkinan akan diikuti dengan terjadinya erupsi efusif.

Termasuk kedalam gunungapi paling aktif di Indonesia, Gunung Karangetang sering mengalami kejadian erupsi hampir setiap tahun. Karakteristik erupsinya berupa erupsi eksplosif tipe strombolian serta pertumbuhan kubah lava yang sering diikuti oleh kejadian guguran lava.

Baca Juga: Sebulan Lebih Setelah Kebakaran, Pasar Besi Cikurubuk Belum Disentuh, Pedagang Menunggu Janji Pemerintah

Bahaya dari gunung api ini umumnya diakibatkan oleh guguran lava dari kubah lava dan bahaya sekunder berupa lahar. Risiko bahaya ini semakin tinggi karena daerah di sekitar Gunung Karangetang memiliki jarak antara batas pantai dengan pusat erupsi hanya lebih kurang 4 km dan di dalamnya terdapat banyak pemukiman.***

Editor: Helma Apriyanti

Tags

Terkini

Terpopuler