Sejarah Hari Buruh yang Diperingati Tiap 1 Mei, Pasang Surut Sejak Zaman Hindia Belanda

28 April 2023, 09:01 WIB
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperingati Hari Buruh Internasional atau May Day dengan memberikan apresiasi atas peran yang dilakukan buruh /Pixabay/satheeshsankaran/

KABAR PRIANGAN - Tiap 1 Mei, buruh di seluruh dunia memperingati Hari Buruh Internasional, di Indonesia sendiri, peringatan ini mengalami pasang surut sejak zaman Hindia Belanda sampai reformasi.

Dilansir  dari portal sejarah Historia pada 28 April 2023, 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional pada Kongres Sosialis II, Juli 1889 di Paris. Kongres menetapkan tanggal tersebut sebagai hari libur bagi para buruh.

Hari Buruh Internasional merupakan simbol peringatan, kaum buruh mengibarkan bendera merah yang identik dengan simbol keberanian dan pengobanan kaum buruh dalam memperjuangkan hak-haknya.

Baca Juga: Melly Goeslaw Lakukan Bariatric Surgery, Apakah Itu? Simak Penjelasan dan Biayanya di Sini

Tangal itu dipilih karena merupakan momen bersejarah bagi kaum buruh khususnya di Amerika Serikat (AS). Pada 1 Mei 1886, 30 ribu buruh di Chicago melakukan mogok kerja. Bersama anak dan istrinya, mereka turun ke jalan menyuarakan sejumlah tuntutan. Hal ini membuat kota mengalami kelumpuhan.

Atas pengorganisasian oleh Federasi Buruh Amerika, di seluruh AS sendiri sekitar 350 ribu buruh melakukan mogok kerja. Sebelum bulan Mei, gelombang mogok kerja telah berlangsung dengan melibatkan puluhan ribu pekerja di seluruh AS.

Sejak 1 Mei 1886 pemogokan terus terjadi sampai berhari-hari. Tanggal 3 Mei, polisi turun ke jalan untuk mengamankan aksi buruh di pabrik McCormick. Akibat tindakan represif aparat keamanan, 4 orang dilaporkan tewas dan banyak buruh mengalami luka-luka.

Baca Juga: Dadang Buaya, Pelaku Premanisme di Garut Akhirnya Menyerahkan Diri ke Polisi

Bukannya mundur, kaum buruh justru makin marah dan merencakan aksi yang lebih besar. Sehari kemudian, 4 Mei 1886, para buruh melakukan aksi yang lebih keras di Lapangan Haymarket. Hari itu cuaca buruk sehingga hanya sedikit demonstran yang bertahan.

Pada saat itulah, 180 polisi membubarkan paksa aksi tersebut. Di tengah kekacauan itu, sebuah bom meledak di barisan polisi ketika orator terakhir hendak turun dari mimbar. 70 orang dilaporkan terluka dan satu orang tewas.

Polisi membalas hal tersebut dengan menembaki para pendemo dan menyebabkan banyaknya jatuh korban baik yang tewas maupun terluka.

Baca Juga: Motor Wisatawan Terperosok di Turunan Gunung Galunggung, Korban Sekeluarga Mengalami Kecelakaan

Tidak ada pihak yang menyatakan bertanggung jawab atas peledakan tersebut. Namun, polisi dan sejumlah politisi Paman Sam menuduh kaum sosialis dan anarkis sebagai dalang dibalik kejadian tersebut.

Akibat dari tuduhan tersebut, banyak tempat pertemuan mereka digrebek dan tokoh-tokohnya di tangkapi. Delapan tokoh anarkis yang aktiv di Chicago divonis bersalah dan dijatuhi hukuman mati dengan cara digantung.

Tragedi 1 Mei 1886 ini dikenang sebagai salah satu perjuangan kaum buruh paling monumental sehingga ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional sejak 1889.

Baca Juga: Libur Lebaran, Banjar Hanya Jadi Perlintasan Wisatawan Menuju Pangandaran, Pembangunan The Mummy Baru 75%

Di Hindia Belanda sendiri, Hari Buruh Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1918 oleh Serikat Buruh Kung Tang Hwee di Surabaya.

Pada peringatan itu hadir Sneesliet dan Baars dari Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda (ISDV). Peringatan tersebut diklaim merupakan yang pertama di Asia.

Tiga tahun kemudian, tepatnya 1921, H.O.S. Cokroaminoto datang pada peringatan Hari Buruh Internasional dan memberikan orasinya di atas panggung. Kala itu Cokroaminoto ditemani oleh seorang muridnya yang kelak menjadi Proklamator Indonesia, Ir. Sukarno.***

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler