KABAR PRIANGAN - Berita tutupnya lima gerai Toko Gunung Agung yang tersisa cukup mengejutkan banyak kalangan. Bagaimana tidak, toko berlokasi di Jalan Kwitang, Jakarta Pusat, yang berdiri sejak usia Indonesia masih amat muda itu, tentunya membuat banyak pihak menyayangkan keputusan penutupan.
Banyak juga netizen (warganet) yang baper membagikan nostalgia saat mereka berkunjung dan berbelanja di Toko Gunung Agung. Seperti akun Mikael Dewabrata yang menulis pada thread Twitter: “Kalau kenangan gue pribadi sih pas kecil suka ke GA yang di Kwitang ini karena nyokap kerja deket situ. Jadi, sekalian nunggu pulang pas bokap jemput, sekalian liat-liat buku.”
Cikal bakal Toko Agung Agung berawal pada tahun 1953 ketika almarhum Tjio Wie Tay (1927-1990), membuka sebuah kios sederhana yang menjual buku, koran, dan majalah dengan nama Thay San Kongsie di Kwitang, Jakarta Pusat.
Seiring dengan pertumbuhan bisnis yang semakin besar dan kompleks di tahun-tahun awal pasca-kemerdekaan, Tjio Wie Tay yang kemudian dikenal sebagai Haji Masagung mendirikan sebuah perusahaan baru yang menerbitkan dan mengimpor buku, bernama Firma Gunung Agung.
Di tengah semua kesulitan yang dihadapi oleh Indonesia masa itu, serta adanya dukungan dari para penyair, penulis, cendekiawan, dan wartawan, Haji Masagung mampu memelopori upaya untuk membuka mata bangsa melalui buku.