Banyak ABK di Kota Tasikmalaya Tak Bersekolah, Kendalanya Mulai Keterbatasan Jumlah SLB hingga Faktor Ekonomi

28 Juni 2022, 23:21 WIB
Salah satu kegiatan di lingkungan SLB ABC Lestari, Kelurahan Argasari, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Hal terpenting dalam pendidikan inklusi adalah spirit kasih sayang.* /Kabar-Priangan.com/Istimewa

KABAR PRIANGAN - Upaya mendorong supaya anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat mengenyam pendidikan harus terus dilakukan. Sebab dengan bekal pendidikan yang dimiliki, semangat dan harapan para ABK agar tidak jadi beban keluarganya bisa lebih terbuka.

Di luar itu, dengan modal pendidikan dan ilmu pengetahuan yang diserapnya diyakini membuat kepercayaan diri ABK juga semakin tumbuh. "Penyandang disabilitas terdidik juga tidak akan minder malah lebih percaya diri serta cenderung humoris ketika berdiskusi atau berinteraksi,"

kata Dr. Shima Mulyadi, Praktisi Pendidikan dari Pascasarjana PGSD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Tasikmalaya di Kampus UPI Tasikmalaya, Jalan Lingkar Dadaha, Cihideung, Kota Tasikmalaya, saat membahas pentingnya pendidikan ABK, baru-baru ini.

Baca Juga: Uang Rp320 Juta di Dalam Pajero Sport Raib Digondol Maling di Jalan Otista Kota Tasikmalaya. Modus Pecah Kaca

Karena itu, Shima mengajak agar kampanye supaya penyandang disabilitas dapat bersekolah terus dilakukan. Apalagi Jawa Barat telah mendeklarasikan sebagai provinsi inklusi pada tahun 2006 silam.

Shima mengatakan hal terpenting dalam pendidikan inklusi adalah harus ada spirit kasih sayang. Sebab, dengan kasih sayang maka kebahagiaan dan kekayaan juga akan datang. Kemudian pendidikan inklusi ini mengangkat kepercayaan diri semua anak untuk tumbuh dan berkembang.

"Namun hal itu tak akan bergerak kalau tak ada empati dan konsistensi semua stakeholder. Ini kemanusiaan, masalah hak anak yang harus diberikan," katanya.

Baca Juga: HOROR, Avanza Putih dengan Kaca Pecah Ditinggalkan Pemiliknya. Tape Mobil Tiba-tiba Nyala Sendiri

Adapun berdasarkan rumus atau patokan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, (UNESCO), lembaga PBB yang mengurusi pendidikan, minimal ada 1 persen ABK dari jumlah usia pendidikan (5-14 tahun) yang ada di setiap wilayah.

Artinya, jika di Kota Tasikmalaya ada sekitar 17.000-an orang berada pada usia itu, maka minimal ada 1.000 sampai 1.700 orang ABK.

Sementara, seperti diungkapkan Kepala SLB ABC Lestari Kota Tasikmalaya Aris Rahman SPd, jumlah ABK yang tercatat bersekolah di enam SLB yang ada di Kota Tasikmalaya baru mencapai 686 orang.

Baca Juga: Sidang Isbat Penentuan Idul Adha Digelar Kemenag 29 Juni 2022, BMKG Siarkan Rukyat Live di Link Berikut Ini

"Jadi berdasarkan rumus UNESCO, ABK di Kota Tasikmalaya yang bersekolah baru sekitar 30 persennya. Itu artinya lebih dari 60 persen lainnya boleh jadi masuk sekolah umum dan tidak bersekolah sama sekali," ujar Aris.

Aris yakin masih banyak ABK yang tidak bersekolah karena keterbatasan jumlah SLB dan faktor lain, termasuk lemahnya faktor ekonomi orangtua mereka. Apalagi lokasi SLB di wilayah Kecamatan Cibeureum, Mangkubumi, Bungursari, Purbaratu dan Cipedes belum ada.

Selain itu, ia memprediksi orangtua enggan mengantar anaknya yang ABK untuk bersekolah karena alasan ekonomi. "Memang, biaya sekolah tak dibebankan alias gratis. Namun ada kalanya atau malah kebanyakan para orangtua ABK harus menunggu di sekolah," ujarnya.

Baca Juga: Jelang Idul Adha Vaksinasi PMK Hewan Ternak di Ciamis Dimulai, Target Awal 800 Ekor Sapi

"Otomatis hal itu menjadi persoalan karena selain ada pengeluaran saat menunggu, waktu produktifnya tersita di sekolah hingga berpikir ulang untuk menyekolahkan anaknya," kata Aris.

Meski demikian, Aris mengaku akan tetap berupaya "merayu" dan menyisir keluarga yang memiliki ABK agar mau bersekolah. Terlebih kini perusahaan pun punya berkewajiban menerima pekerja dari kalangan disabilitas dengan keahlian tertentu.

Artinya ada kesempatan bagi kaum disabilitas untuk mandiri ketika mereka telah terlatih dan punya kecakapan tertentu yang dibutuhkan dunia kerja.

Baca Juga: DJ Joice Ditetapkan Menjadi Tersangka Kasus Penyalahgunaan Narkotika, Ini Profilnya

Namun ia beserta guru yang lainnya mendapatkan kesulitan karena saat ini belum ada data anak penyandang disabilitas yang ada di wilayah area kerjanya. "Jika ada data siswa disabilitas atau ABK yang tidak bersekolah pasti akan sangat membantu kampanye itu," ucap Aris.*

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler