Teh Ucu bersyukur bisa menemukan layanan JNE Trucking pada masa sulit tersebut. Panggilan Ksatria dan Srikandi untuk para pekerja JNE memang sesuai dengan kenyataan. Mereka mau bertaruh nyawa untuk mempertemukan pedagang dan pembeli dan meringkas jarak, di tengah intaian virus berbentuk mahkota itu.
Teh Ucu dan para pekerja Pabrik Tahu Bulat Melati pun bisa sedikit tersenyum di tengah gempuran ekonomi pada masa pandemi Covid 19. Meski omset menurun drastis, setidaknya pabrik itu tidak berhenti total dan bisa memberi rezeki bagi masyarakat sekitarnya.
Baca Juga: Praja IPDN Ikuti Latihan Integrasi Taruna Wreda Nusantara ke XLIII di Sumbar
Dengan JNE, Teh Ucu dan pabrik Tahu Bulat Melati bertahan dan bangkit. Kini setelah WHO atau Badan Kesehatan Dunia resmi mencopot status pandemi Covid 19, Teh Ucu berharap pabrik tahunya akan kembali berjaya dan mendapat order yang banyak, jika bisa lebih dari sebelum pandemi.
Meski nampaknya hal itu akan sulit, karena harga bahan baku yang naik, dan banyaknya pesaing baru yang bermunculan. Tapi Teh Ucu yakin Allah Swt akan memberikan rezeki bagi orang-orang yang mau berusaha dan berdoa, apalagi di pabrik itu ada banyak orang yang mengantungkan nasibnya.
Ia pun melakukan beberapa usaha ekstra agar kembali bangkit dan mampu bersaing. Diantaranya dengan menjaga kualitas tahu bulat buatanya, menyesuaikan ukuran tahu dengan daya beli masyarakat. Hal ini berkaitan dengan harga bahan baku yang naik, tapi ia tidak menaikkan harga jual.
Menambah jumlah kerja sama dan jangkauan mitra atau agen. Di daerah Jabodetabek, kini tahu bulat tak hanya dijajakan dengan mobil pickap, tapi juga gerobak dorong yang bisa masuk ke dalam gang-gang. Sehingga jangkauan pasar lebih luas. Beberapa agen juga memasarkan tahu bulat ke pasar, meski tak sebanyak jumlah pasokan ke agen atau mitra yang berjualan langsung, setidaknya sistem pemasaran ini bisa menambah pemasukan.