Pada puncak keterpurukan usahanya, tahun 2011 ia memutuskan merantau ke Jakarta menjadi juru masak di sebuah warteg dengan tujuan untuk mencari modal membuka kembali usahanya.
“Keadaan warung sudah tidak mungkin untuk buka. Ada dua anak yang masih sekolah dan membutuhkan biaya. Jadi, terpaksa ke Jakarta, tapi warung tidak dibongkar karena niat dagang lagi setelah dapat modal,” kata Icih saat diwawancara pada Sabtu, 13 Mei 2023 lalu.
Setelah empat tahun merantau dan mengumpulkan modal yang cukup untuk kembali membuka usahanya, ibu tiga anak itu pun pulang ke kampung halaman dan giat membuat aneka makanan kering yang pernah dibuatnya dahulu, yaitu sistik dan jinten.
Selain itu, ia kembali menambah daftar makanan hasil olahannya, yaitu kentang mustofa. Sistiknya pun ia buat dengan beragam variasi rasa.
Berkat kegigihannya sebagai pelaku UMKM, usaha makanan kering yang dibuatnya sendiri kini berhasil dan banyak disukai. Bahkan, ketika pandemi Covid-19 melanda Indonesia, meskipun mengalami sedikit penurunan, usahanya tetap mampu bertahan.
Adapun makanan ringan yang Ia produksi selain dijual di warungnya, Icih juga mendistribusikannya ke toko-toko di pasar, warteg dan pedangan lainnya yang meminta untuk diisi.
Tidak jarang juga pelanggan yang memesan untuk dikirim ke luar kota. Selain itu, pada saat Ramadan, pesanan makanan akan meningkat pesat.