Dibelenggu Keadaan, Dua Dekade Posstheatron Garut Dirayakan dengan Permenungan

30 Agustus 2021, 20:49 WIB
Seusai acara kaul dua dekade komunitas budaya Posstheatron Garut dilanjutkan foto bersama. /kabar-priangan.com/ Dindin Herdiana/

KABAR PRIANGAN - Perayaan dua dekade komunitas budaya Posstheatron Garut dirayakan sederhana mengingat masih dalam pandemi Covid-19. Dilaksanakan dengan permenungan, khidmat, dan penuh makna.

Sesepuh Posstheatron Garut, Fachroe mengatakan, sudah 18 bulan hidup berdampingan dengan pandemi dan dibiasakan hidup dengan pola disiplin yang baru.

"Kita dibiasakan juga dengan bahasa dan istilah baru, yakni rapid test, swab antigen, vaksin, PCR, sosial distancing, hand sanitizer, disinfektan, suspect, tracing, lockdown, psbb, new normal, ppkm darurat, ppkm berlevel, face shield, wajib masker, dan lainnya. Makanya memperingati dua dekade ini juga dilakukan sederhana karena pandemi," kata Fachroe, Senin 30 Agustus 2021.

Baca Juga: 90 Desa dan Kelurahan di Garut Deklarasikan Stop BAB Sembarangan, Bupati Garut: Saya Malu....

Ia menuturkan, selama 18 bulan dibelenggu, Komunitas Budaya Posstheatron masih sempat pertunjukan Comblang di Agustus 2020, setelah kebijakan lockdown melonggar tentu saja pada saat itu beradaptasi dengan kebiasaan baru, apresiator wajib masker dan dibatasi, duduk dijaraki, ruangan di semprot disinfektan, cek suhu tubuh dan dilarang bergerombol dan e-tiket.

Menurut Fachroe, untuk pertunjukan yang tahun 2020 lalu dan yang sekarang pun persiapannya panjang berliku, dan tak pasti, urus surat izin ke banyak pihak, RT,RW, Desa, Kecamatan, Polsek, Koramil, Satgas Covid 19 melalui Puskesmas terdekat, sampai mendapat izin dari BPBD, dan sangat panjang rantai birokrasinya itupun bukan suatu jaminan kelancaran, karena sewaktu-waktu mungkin saja dibubarkan atau dibatalkan tergantung perkembangan situasi mutakhir.

"Alhamdulillah pertunjukan tahun 2020 dan yang sekarang terlaksana dengan baik meski serba terbatas. Tahun 2020 kami pertunjukan Hutbah Munggaran di Pajajaran, Murak Manggoe namun kondisi memburuk lagi sehingga pertunjukan itu di rekam saja kemudian di unggah di chanel Youtube," ucapnya.

Baca Juga: Anggota DPR RI Jenguk Anak Kembar Siam 2 Al Putri di Garut, Ferdiansyah: Sebagai Bentuk 'Nyaah ka Wargi'

Fachroe menyebutkan, pertunjukan 2 dekade yang semula direncanakan dihadiri banyak pihak ahirnya sangat terbatas.

Di acara sederhana ini ada tampilan Longser yang merupakan teater tradisonal Jawa Barat, Tari tradisional, Musik Kolaborasi, Pameran Lukisan, Lapak buku sastra, dan Monolog dari Ngaos Art Tasikmalaya.

Pertunjukan terakhir, lanjut Fachroe, yakni kaul dan orasi tokoh seniman Garut, kang Darpan Ariawinangun, yang menekankan bahwa komunitas, komunitas budaya terutama harus mengedepankan atau memelihara nilai-nilai kemanusiaan dan menjaga atau menjadi motor penggerak sikap toleran.

Karena dua hal di atas semakin hari semakin pudar nilainya. "Kami kira tidak akan pernah selesai kalau kita senantiasa menginventarisir keluhan, sekarang ini persoalan bagi kami adalah bagaimana agar tetap produktif dengan situasi dan keadaan serta sumber daya yang masih ada disebutkeun hese bakal tambah hese, disebutkeun babari bakal aya solusi. Keep on rolling saja baby, everything will gonna be jongjon," katanya.***

 

Editor: Sep Sobar

Tags

Terkini

Terpopuler