Menelisik Menara Loji yang Jadi Saksi Bisu Perkembangan Wilayah Jatinangor

8 September 2021, 13:18 WIB
Menara Loji di wilayah Kecamatan Jatinangor /kabar-priangan.com/DOK/

KABAR PRIANGAN - Sebelum menjadi kawasan pendidikan seperti sekarang, wilayah Jatinangor Kabupaten Sumedang ini, dulunya ternyata merupakan sebuah daerah yang pernah dijadikan area perkebunan karet oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Keberadaan kebun karet di kawasan Bandung Raya Jatinangor ini, dibuktikan dengan adanya sebuah Menara Jam yang kini dikenal dengan sebutan Menara Loji.

Salah seorang budayawan asal Sumedang Tatang Sobana, menyebutkan, Menara Loji yang masih berdiri kokoh di sekitar Kampus ITB Jatinangor (dulunya bekas Kampus Unwim) itu, merupakan saksi bisu perkembangan peradaban di wilayah Jatinangor.

Baca Juga: Pelaku Penusukan Satpam Berhasil Diamankan Satreskrim Polres Sumedang 

"Menara Loji ini, merupakan bukti kalau di Jatinangor ini dulunya pernah ada perkebunan karet," kata Apih Tatang (panggilan akrab Tatang Sobana), Rabu 8 September 2021.

Apih Tatang yang juga merupakan Ketua Dewan Kebudayaan Sumedang (DKS) ini pun, sempat menceritakan tentang sejah singkat mengenai keberadaan Menara Loji tersebut.

Menurut dia, pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, kawasan pendidikan Jatinangor ini dulunya merupakan sebuah kawan perkebunan karet terluas di wilayah Kabupaten Sumedang.

Baca Juga: Jadi Pondasi Ekonomi, Pelaku Ekonomi Kreatif di Sumedang Diajak Lebih Inovatif

Masa kejayaan perkebunan karet milik W. A. Baud ini, lanjut dia, kini hanya tinggal menyisakan kenangan, dan yang tersisa hanya tinggal bangunan Menara Loji di bekas area perkebunan.

Menara Loji itu sendiri, menurut Apih Tatang, dibangun sekitar tahun 1800-an, untuk penanda bagi para buruh perkebunan dalam melakukan aktivitas pengambilan getah karet.

"Pada mulanya, Menara Loji ini memang berfungsi sebagai sirine yang berbunyi pada waktu-waktu tertentu sebagai penanda waktu kegiatan yang berlangsung di perkebunan karet milik W. A. Baud," tuturnya.

Baca Juga: Bupati Sebut Dampak Tol Cisumdawu dan Bendungan Jatigede Masih Berpotensi Konflik

Menurutnya, bangunan menara yang bergaya
neo-gothic ini, dulunya selalu berbunyi tiga kali dalam sehari. Bunyi sirine pertama biasanya dibunyikan pukul 05.00 WIB sebagai penanda untuk mulai menyadap karet.

Bunyi kedua berdering pukul 10.00 WIB sebagai penanda untuk mengumpulkan mangkok-mangkok getah karet. Dan bunyi terakhir biasa terdengar pukul 14.00 sebagai penanda berakhirnya kegiatan produksi karet.

Namun sayangnya, bangun menara yang menjadi salah satu cagar budaya itu, kini hanya tinggal bangunannya saja. Karena seiring berjalannya waktu, bukti sejarah peradaban masa penjajahan Belanda di wilayah Jatinangor itu, sekarang sudah lagi tidak dalam kondisi utuh.

Baca Juga: Harga Emas Hari Ini, 8 September 2021 Terjun Rp12 Ribu dari Harga Terakhir

"Soalnya sekitar tahun 1980-an, lonceng pada Menara Loji tersebut, tiba-tiba malah hilang dicuri oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Sampai saat ini, kami sendiri belum memperoleh jejak keberadaan benda bersejarah tersebut," ujar Apih Tatang.

Padahal menurut dia, bukti-bukti sejarah seperti itu harusnya dilindungi dan dijaga oleh semua pihak, supaya dapat terus dikenang oleh para penerus bangsa.***

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler