KABAR PRIANGAN - Berita tentang perilaku biadab oknum guru di salah satu pesantren di kawasan Bandung yang telah memperkosa 12 santriwati, saat ini menjadi perhatian publik.
Dari 12 santriwati yang menjadi korban perkosaan oknum guru pesantren itu, 11 di antaranya ternyata merupakan warga Kabupaten Garut.
Kepastian 11 dari 12 korban cabul oknum guru pesantren di Bandung itu merupakan warga Garut, diungkapkan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Garut, Diah Kurniasari.
Hal ini tentu sangat mengejutkan sekaligus membuatnya sangat prihatin.
"Sejak awal, berita kasus pencabulan yang menimpa 12 santri wanita oleh seorang oknum guru di salah satu pesantren di wilayah Bandung itu telah membuat kami kaget sekaligus prihatin,” ujar Diah, Kamis 9 Desember 2021.
Terlebih lagi, kata dia, pihaknya mendapatkan informasi jika 11 di antara santri perempuan yang menjadi korban pemerkosaan itu ternyata warga Garut.
Baca Juga: Sidang Lanjutan Kasus Kace di PN Ciamis, Jaksa Pilih Menjawab Eksepsi Besok Jumat. Ini Alasannya
Dikatakannya, dari 11 korban itu, ada di antaranya yang sedang dalam kondisi hamil bahkan ada juga yang sudah melahirkan akibat perbuatan bejad pelaku.
Kini, ke-11 korban kebejdan oknum guru pesantren itu sudah berada di rumahnya masing-masing di Kabupaten Garut.
Dia menyebutkan, begitu mendengar laporan adanya 11 anak santri dari Garut yang menjadi korban rudapaksa oleh oknum guru sebuah pesantren di Bandung, pihaknya langsung melakukan komunikasi dengan para orang tua korban.
Baca Juga: Mengungkap Ramalan Jayabaya Tentang Kondisi Nusantara, Beberapa Sudah Terjadi!
Mirisnya, saat itu sebagian orangtua korban malah belum mengetahui nasib naas yang telah menimpa anaknya.
"Para orangtua dari korban, langsung shock begitu mengetahui jika anak mereka telah menjadi korban rudapaksa. Kami terus memberikan pemahaman dan pendampingan hingga akhirnya mereka bisa menerima hal ini sebagai musibah," katanya.
Menurut Diah, P2TP2A Garut saat ini fokus melakukan pendampingan terhadap para korban.
Setelah para korban kembali ke rumahnya di Garut, mereka langsung menjalani terapi psikologi.
Selain memberikan terapi psikologi terhadap para korban, disampaikan Diah, pihaknya juga melakukan upaya-upaya reintegrasi melalui upaya pendekatan ke aparat pemerintahan desa dan tokoh masyarakat sekitar tempat tinggal korban.
Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap warga agar bisa menerima dan memperlakukan para korban dengan baik agar mereka bisa nyaman saat tinggal di rumahnya.
"Kami juga tengah melakukan pendampingan kepada para korban yang sedang menghadapi proses persidangan. Tak hanya itu, kami juga pastikan kondisi kesehatan para korban tetap terjaga," ucap isteri Bupati Garut Ryudy Gunawan ini.
Baca Juga: Hasil Liga Champion, 15 Klub Lolos ke Babak 16 Besar, Satu Lagi Belum Dipastikan
Lebih jauh dikatakannya, yang tak kalah pentingnya adalah pendampingan yang dilakukan terhadap korban yang tengah hamil dan menunggu proses melahirkan. Sebelumnya, ada juga seorang korban yang telah selesai menjalani proses kelahiran anaknya yang juga terus dilakukan pendampingan.***