Seorang Mahasiswi Garut dan Ibunya Jadi Korban Kekerasan Tiga Pria, Aksinya Viral di Medsos

24 Maret 2022, 21:17 WIB
Rifda Abidah (19) dan ibunya, Solihati Nurzanah (42), warga Kampung Bongkor, Desa Cintarakyat, Kecamatan Samarang yang telah menjadi korban penganiayaan yang dilakukan tiga pria yang secara paksa masuk ke dalam rumahnya. /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Nasib nahas dialami seorang mahasiswi bernama Rifda Abidah (19) dan ibunya, Solihati Nurzanah (42). Warga Kampung Bongkor, Desa Cintarakyat, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut, ini menjadi korban serangkaian kekerasan yang dilakukan tiga pria pada Selasa, 22 Maret 2022 dini hari lalu.

Untungnya, peristiwa kekerasan yang dialaminya itu sempat direkamnya dan kemudian ia sebarkan di media sosial. Hingga akhirnya, aksi kekerasan yang dilakukan tiga pria terhadap mahasiswi yang dikenal dengan panggilan Abid dan ibunya ini tersebar luas dan viral di media sosial.

Ibunda korban, Solihati Nurzanah (42), menerangkan kronologis peristiwa kekerasan yang dialami dirinya putrinya. Hal itu bermula saat mereka tengah tertidur lelap di kamarnya masing-masing. Sekitar pukul 01.00 dinihari, tiba-tiba ia mendengar suara ribut-ribut di luar rumah yang kemudian diikuti suara yang mendobrak pintu dan memecahkan kaca.

Baca Juga: Tarif KA Cikuray, Garut–Pasar Senen Rp45.000. KA Garut-Cibatuan Rp6.000-Rp14.000. Ini Jadwal Pemberangkatannya

"Setelah itu, saya mendengar suara mereka telah berada di dalam rumah. Tak lama kemudian, lampu di dalam rumah pun padam sehingga keadaan menjadi gelap gulita dan suasana semakin mencekam," ujar Solihati saat ditemui di Mapolsek Samarang, Kamis, 24 Maret 2022.

Di dalam rumah pun menurut Solihat saat itu kian mencekam karena terdengar suara barang-barang yang pecah karena dirusak oleh para pelaku.

Karena takut, saat itu Solihat pun memutuskan untuk bersembunyi sehingga ketika para pelaku mencarinya ke dalam kamar, mereka tak berhasil menemukannya.

Baca Juga: Diskominfo Garut Usulkan 119 Ribu Bantuan STB Bagi Warga Kurang Mampu

Diduga kesal karena tak berhasil menemukan dirinya, tutur Solihati, para pelaku pun kian membabi buta. Mereka terus memukuli barang-barang yang ada di dalam rumah dan kemudian mengancam akan membawa anaknya jika dirinya tak segera keluar dari tempat persembunyian.

Kahawatir terjadi sesuatu yang tak diharapkan terhadap anaknya, tutur Solihati, ia pun kemudian memutuskan keluar dari dalam persembunyian dan menemui para pelaku.

Begitu mereka bertemu, salah seorang dari pelaku langsung menjambak rambutnya kemudian menyeret dan memukulinya.  

Baca Juga: Jalur KA Cibatu-Garut Resmi Dibuka Menhub, Ini Rincian Jadwal dan Rute Keberangkatan KA Cikuray

"Melihat mereka melakukan kekerasan terhadap saya, anak saya pun kemudian berusaha menolong saya. Namun ia malah menjadi sasaran kemarahan mereka dan ia pun ikut dipukuli," katanya. 

Saat itu, Solihati pun berusaha mengajak bicara pada salah seorang dari tiga pelaku yang ternyata dikenalnya. Ia berusaha membujuk pelaku agar tak menganiaya anaknya dengan menjanjikan akan segera memberikannya uang sebagaimana yang diinginkannya.

Diceritakannya, pancinganya itu ternyata berhasil karena setelah mendengarkan perkataannya itu, mereka pun melepaskan Ibad.

Baca Juga: Yati Menitikkan Air Mata di Stasiun Garut, Tiga Tahun Menunggu Kepastian

Sikap mereka yang semula sangat beringas pun pada akhirnya melunak dan kesempatan ini kemudian digunakan Ibad untuk melarikan diri dan meminta pertolongan sedangkan dirinya saat itu disandera para pelaku. 

Solihati mengakui jika dirinya ada urusan masalah keuangan dengan salah seorang pelaku bernama Yandi. Namun menurutnya, ini bukan masalah utang piutang tapi murni masalah bisnis.

"Saya kenal dengan salah seorang dari pelaku karena pernah sama-sama menjalankan salah satu bisnis. Namun bisnis yang saya jalankan dengan pelaku mengalami kerugian sehingga akhirnya saya harus menanggung hutang piutang sebesar Rp50 juta kepada pelaku," ucap Solihati.

Baca Juga: Mulai Besok Stasiun Garut Layani KA Cikuray dan KA Garut Cibatuan. Ini Tarif dan Jadwal Keberangkatan

Beruntung, tak lama kemudian ke rumahnya datang sejumlah anggota polisi dari Polsek Samarang. Pada akhirnya para pelaku pun tak bisa berbuat banyak setelah polisi datang dan mengamnakan para pelaku. 

Sementara itu, Rifda atau yang akrab disapa Ibad menyampikan jika dirinya merupakan mahasiswi semester empat Fakultas Komunikasi dan Informasi di Universitas Garut (Uniga).

Meski kaget dengan keributan yang terjadi di rumahnya, ia masih sempat merekamnya dengan menggunakan ponsel saat para pelaku berusaha membobol dan melakukan pengruskan di rumahnya.

Baca Juga: KA Cikuray Resmi Beroperasi Besok, Layani Relasi Garut-Pasar Senen. Ini Besaran Tarifnya

"Saat itu saya sangat takut dan sempat tak percaya dengan apa yang tengah terjadi. Saya sempat disekap dan dianiaya dengan cara dipukuli dan kepala saya dibeturkan ke lemari," kata Ibad.

Bahkan diungkapkannya, ia merasa saat itulah ia dan ibunya akan mengalami kematian. Namun demikian ia tetap masih berani melakukan perlawanan saat melihat para pelaku menganiaya ibunya, bahkan saat itu Ibad sempat menendang salah seorang pelaku meski akibatnya ia mendapat balasan yang sangat kejam dengan ditonjok, ditendang, dan digusur bahkan ponselnya pun dirampas dan dilemparkan hingga pecah. 

"Untungnya meski pecah, ponsel saya masih bisa nyala dan rekaman itu masih bisa dibuka. Inilah yang kjemudian kami jadikan bukti untuk melaporkan para pelaku yang telah berbuat sangat biadab terhadap saya dan ibu saya," ujar Ibad.

Baca Juga: Hari Ini, Stasiun Kereta Api Garut Akhirnya Diresmikan oleh Dua Menteri Langsung, Erick Thohir dan Budi Karya

Ia pun menceritakan kronologis dirinya sampai bisa meminta bantuan hingga akhirnya anggota polisi datang ke rumahnya.

Setelah ibunya berjanji untuk memberikan uang dan tindakan para pelaku menjadi tak begitu kasar, maka ibunya pun menyuruhkan ke luar dengan alasan mengambil uang.

Kesempatan ini ia gunakan untuk meminta bantuan santri karena rumahnya berada tak begitu jauh dari pondok pesantren. Dengan diantar santri menggunakan sepeda motor, ia pun pergi ke Mapolsek Samarang. 

Baca Juga: Aksi Pencurian Kerbau Dengan Cara Unik Terjadi Lagi di Wilayah Garut Selatan

Kapolsek Samarang, Kompol Jajang, menyatakan pihaknya telah mengamankan para pelaku penganiayaan terhadap seorang mahasiswi dan ibu rumah tangga di wilayah hukumnya. Pelaku berjumlah tiga orang yang berinisial YM (37), DCF (45) dan A (35).

"Kasus ini masih dalam pengembangan penyelidikan. Hanya untuk sementara, mereka diduga telah melanggar KUHP pasal 170 sub 351, sub 406 dengan ancaman hukuman maksimal tujuh tahun penjara," kata Jajang.***

 

Editor: Nanang Sutisna

Tags

Terkini

Terpopuler