KABAR PRIANGAN - Akses dunia kerja terhadap penyandang thalasemia di wilayah Tasikmalaya hingga kini masih sangat minim.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang diperoleh dari bangku kuliah sebesar apa pun belum menjadi jaminan bagi penyandang thalasemia untuk diterima di dunia kerja, sehingga hal itu membuat Perhimpunan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia (POPTI) Tasikmalaya prihatin.
Sekretaris POPTI Tasikmalaya Nurul Fajriah meminta kalangan dunia usaha perlu memahami bahwa penyandang penyakit thalasemia bukanlah disabilitas atau difabel. Sebab, kemampuan dan semangat para penyandang thalasemia untuk memperoleh pendapatan sendiri sangat besar.
"Mereka menyadari perlu bekerja untuk berbakti kepada orangtua yang selama ini bekerja keras untuk merawat dan membiayai mereka selama ini. Apalagi sebagian besar kondisi ekonomi keluarga mereka tergolong di bawah garis kemiskinan," ujar Nurul, baru-baru ini.
Ditegaskan Nurul, anak yang menyandang thalasemia normal baik fisik maupun mentalnya. Thalasemia juga bukan jenis penyakit menular, bukan pula penyakit kanker darah. Penyakit ini muncul karena faktor genetik. Penyakit ini diturunkan oleh kedua orangtuanya kepada anak.
"Jadi kalangan usaha tak perlu khawatir untuk menerima pekerja dari penyandang thalasemia," kata Nurul.
Menurutnya, warga yang positif menderita thalasemia seumur hidupnya memang amat bergantung pada transfusi darah secara berkala. Artinya, hanya tersita waktunya pada saat transfusi darah saja alias tidak akan terlalu menyita waktu.
Untuk itu dia berharap, semua pihak untuk mengerti situasi penyandang thalasemia ini. "Saat ini, jumlah penyandang thalasemia di Tasikmalaya mencapai 279 orang," ucap Nurul.
Sementara itu, Dede dan Hilmi, dua orang penyandang thalasemia yang tengah menimba ilmu di dua perguruan tinggi di Tasikmalaya berharap kelak setelah lulus bisa diterima bekerja di bursa kerja.
Baca Juga: Menghadapi Duel Klasik Persib vs Persija di BRI Liga 1, Erwin Ramdani Minta Dukungan Bobotoh
Kalaupun kalangan usaha keukeuh tak mau membuka hati untuk mereka berkarier, ia berharap setiap stakeholder termasuk pemerintah berperan mendorong skil para penyandang thalasemia.
"Sehingga membuka celah bagi kami kalangan thalasemia di Tasikmalaya bisa bekerja mandiri tanpa harus bergantung pada kalangan usaha," ucap Dede.*