Mengenal Lebih Jauh Hutan Lindung Ranca Upas, Ada Alasan Kenapa Motor Trail Bisa Tenggelam

11 Maret 2023, 08:05 WIB
Pepep DW menjadi narasumber dalam salah satu diskusi tentang Sadar Kawasan. /Tangkapan layar Facebook/Pepep DW/

KABAR PRIANGAN - Event dengan tajuk Ranca Upas 2023 Camping Adventure Explore yang diselenggarakan pada Minggu, 5 Maret 2023 lalu menuai banyak kontroversi.

Apalagi setelah video dari akun Tiktok @mang_uprit_mangprang79 yang kecewa karena rusaknya bunga rawa menjadi viral di media sosial.

Kabar-Priangan.com telah berbincang-bincang tentang peristiwa yang terjadi di Ranca Upas dengan aktivis lingkungan, Pepep DW, Jumat 10 Maret 2023.

Baca Juga: Dibagi Dua Tahap, Berikut Skema Baru Penyaluran Dana BOSP

Pepep adalah penulis buku ‘Sadar Kawasan’, buku yang diterbitkan oleh Penerbit BRIN pada tahun 2022, kini dia juga aktif di Lembaga Gunung Insitut.

Lanjut Pepep kejadian di Ranca Upas beberapa hari yang lalu itu bukan hanya sekadar kerusakan lingkungan saja, melainkan erat kaitannya dengan pelanggaran aturan kawasan.

Ujar dia, perlu diketahui  bahwa Ranca Upas itu kawasan hutan lindung yang peruntukannya bukan untuk area offroad, jadi berangkat dari hal itu saja sudah melanggar aturan kawasan.

Baca Juga: Kapulaga yang Ditanam di Pangandaran Belum Jelas Asal-usulnya, Tapi Jadi Salah Satu Sentra Produksi di Jabar

“Ranca Upas itu kawasan hutan lindung, yang peruntukannya bukan untuk area offroad, jadi dari situ saja udah melanggar aturan kawasan. Kalau kita pakai UU 41 Kehutanan dan UU pembaharunya, kemudian pakai UU 18 Tahun 2013 tentang pemberantasan kerusakan hutan," ujarnya.

"Apalagi kalau pakai UU KSDAE atau konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, meskipun itu bukan kawasan konservasi tapi di sana ada satwa dan biodiversity (keanekaragaman hayati) yang dilindungi,” ucap Pepep.

Pepep mengatakan bahwa Ranca Upas itu terdiri dari banyak titik yang memiliki keanekaragaman hayati yang unik, dan tinggi, dan sangat dilindungi.

Baca Juga: Libur Akhir Pekan Ini Pangandaran Akan Diguncang Artis Ibu Kota, Dua Hari Berturut-turut Digelar Karnaval SCTV

Termasuk kekayaan ekologi, salah satunya adalah bunga rawa yang ada di Rawa Gunung sangat dilindungi secara ekologis.

“Nah, Rawa Gunung itu sendiri sangat dilindungi secara ekologis. Karena satu-satunya hanya ada, kalau gak salah di pulau Jawa, hanya ada di Ranca Upas. Bahkan di Indonesia untuk ketinggian tertentu,” jelas Pepep.

Menurut Pepep, dampak kerusakan lingkungan yang paling parah itu sebenarnya terjadi di hutannya.

Hutan lindung di Ranca Upas ada yang namanya Leuweung Tengah, yang dijadikan lokasi kegiatan off road.

Baca Juga: Kenali Orang dengan Karakter Introvert Ketika Sedang Berbicara, Berikut 5 Ciri-cirinya

“Nah, Leuweung Tengah yang dijadikan lokasi juga kemarin, di samping aturannya dilanggar, ada
pelanggaran hukum di sana. Bisa pidana sebetulnya mah. Nah,di sana juga terjadi kerusakan yang
lebih massif. Di hutan lindung ini. Hutan lindung Leuweung Tengah, dia salah satu hutan yang sudah berusia lampau banget lah gitu, bisa dibilang ratusan sampai ribuan tahun," katanya.

"Karena itu, kondisi lapisan tanah paling atasnya itu dia memiliki ketebalan yang rapuh gitu. Unsur haranya tinggi sekali, kenapa? Karena memang hutannya hutan asli ya, sudah banyak sekali proses pelapisan alami di sana. Nah tiba-tiba hari ini dijadikan jalur motor trail. Makanya kalau lihat beberapa video, banyak sekali di video tersebut motor-motor yang tenggelam, karena memang tanahnya sangat labil. Labil dalam artian dia mudah sekali rusak,” ujarnya.

Baca Juga: Patungan Beli Sepatu untuk Bantu Temannya, Sikap Siswa Kelas VIII B SMPN 3 Kota Tasikmalaya Viral di Medsos

Menurut Pepep, di samping kerusakan di rawanya, kerusakan yang terjadi di hutannya juga penting untuk diangkat.

Kerusakan yang terjadi saat event kemarin itu bukan hanya sekadar bunga rawa, tapi lebih parahnya lagi adalah kerusakan rawa gunung dan Leuweung Tengah.

Aktivitas offroad telah menyebabkan kerusakan tanah paling tinggi, dari kerusakan ini akan memproduksi sedimen.

“Kita semua tahu, ban motor trail itu sifatnya menggaruk tanah, kalau di kemiringan tertentu dia bisa jauh lebih parah. Dan kita sama-sama lihat kemarin. Nah, celakanya semua sedimentasi yang tergerus oleh motor trail tadi itu akan berakhir minimal di dua tempat, yang pertama di rawanya itu sendiri, yang notabene dilindungi. Dan yang kedua adalah di sungai Ranca Upas yang memiliki kekhasan tinggi juga,” kata Pepep.

Baca Juga: Mengenal Hutan Geger Omas, Tempat Wisata Religi untuk Bersihkan Diri Jelang Ramadhan

Kerusakan bunga rawa hanya salah satun dampaknya saja, lainnya adalah kerusakan habitat hutan lindung itu sendiri.

Pepep juga menceritakan tentang sungai purba yang berada di Leuweung Tengah yang juga memiliki kekhasan yang sangat tinggi nilai ekologinya.

Oleh para pecinta alam dilindungi sejak lama, tidak ada yang berani mengeruk, apalagi dijadikan jalur lintasan off road.

“Saat event kemarin itu, sungai ini dipakai lintasan sama motor. Padahal sungai purba ini dia sudah memiliki nilai ekologi yang tinggi juga nilai geologis yang tinggi, sehingga sekarang akibat aktivitas tersebut terjadi kerusakan," lanjutnya.

Baca Juga: Laga Tunda Persib vs Persija Digelar 31 Maret 2023. Kesempatan Maung Bandung untuk Kejar PSM Makassar


"Nah, yang lebih parahnya lagi, kegiatan kemarin itu seolah-olah melegitimasi bahwa hutan lindung bisa digunakan rekreasi yang sifatnya merusak, padahal itu tidak boleh,” ujarnya.

Di akhir wawancara, Pepep juga menceritakan bahwa peristiwa ini bukan kejadian pertama, “Bulan Februari tahun 2022, ada kegiatan serupa yang lebih parah berupa offroad roda empat, lucunya justru diresmikan oleh Bupati Kabupaten Bandung. Sementara sekarang Bupati Bandung seolah mengecam, padahal dia juga melakukan kegiatan serupa di Hutan Lindung,” ucap Pepep menutup perbincangan dengan Kabar-Priangan.com sore tadi, Jumat, 10 Maret 2023.***

 

Editor: Dede Nurhidayat

Tags

Terkini

Terpopuler