Petani di Sumedang Mulai Tanam Cabai Rawit, Diharapkan Produksi Meningkat - Harga Bisa Ditekan

- 4 April 2021, 20:41 WIB
Petani di sejumlah sentra pertanian di wilayah Sumedang kini kembali bersiap menanam kembali komoditas cabai rawit
Petani di sejumlah sentra pertanian di wilayah Sumedang kini kembali bersiap menanam kembali komoditas cabai rawit /kabar-priangan.com/ Nanang Sutisna/

KABAR PRIANGAN- Petani di sejumlah sentra pertanian di wilayah Sumedang kini kembali bersiap menanam kembali komoditas cabai rawit.

Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Sumedang, baru-baru ini telah meninjau langsung ke sejumlah petani yang bersiap menanam cabai rawit, antara lain di wilayah perkebunan Gunung Sindulang, Cimanggung, dan wilayah perkebunan Pamulihan serta di sejumlah perkebunan wilayah Wado.

Kepala Bidang Tanaman Pangan pada DPKP Kabupaten Sumedang, Ir. Nunung Satya, M.M., menyebutkan, pada bulan Desember 2020 hingga Maret 2021 terjadi penurunan produksi cabai rawit.

Baca Juga: Antisipasi Mobilitas Warga Saat Long Week End, Polres Sumedang siapkan Pos Pam

Sebab para petani lebih memilih menanam komoditas lain dari pada menanam cabai rawit. Dengan pertimbangan saat musim hujan biasanya kualitas cabai tidak maksimal.

"Kami telah menanyakan kepada para petani (cabai rawit) di sejumlah wilayah, ternyata mereka siap menanam (cabai) kembali," ujar dia, Minggu 4 April 2021.

Ia mengatakan, dengan dimulainya petani menanam cabai rawit di sejumlah wilayah, diharapkan produksi bisa meningkat sehingga tidak terjadi kelangkaan komoditas cabai rawit. "Kalau produksi melimpah akan bisa menekan harga," ucapnya.

Baca Juga: Wabup Sumedang Hadiri Pencanangan Zona Integritas Wilayah Bebas Korupsi di PN Sumedang

Ia mengulas, harga cabai rawit sejak awal Januari 2021 memang terjadi lonjakan harga di pasar di angka Rp.80 ribu hingga Rp. 100 ribu per kilogram. Lonjakan harga ini malah bertahan hingga Maret akhir.

Berdasar pengakuan petani, kata Nunung penyebab kenaikan harga cabai dipicu adanya pandemi covid-19. Dimana saat itu harga cabai rawit anjlok dan mengakibatkan kerugian bagi petani. Sehingga para petani memilih tidak menanam cabai rawit.

Kondisi itu membuat komoditas cabai rawit terjadi penurunan produksi. Sehingga ketersedian cabai rawit di pasaran sedikit langka dan mengakibatkan adanya lonjakan harga sepanjang masa pandemi. "Saat itu petani yang menanam cabai hanya yang memiliki modal saja," katanya.

Baca Juga: Selayang Pandang Tentang Program Guru Penggerak Muqoddimah

Selain faktor pandemi, cuaca juga sangat berpengaruh pada produksi cabai. Intensitas hujan tinggi berpengaruh besar pada kualitas cabai rawit.

Salah satu kelompok tani cabai rawit di Ciwaru, Desa Cimanintin, Kecamatan Jatinunggal mengaku tidak menanam cabai rawit saat memasuki bulan Januari 2021. Intensitas hujan yang tinggi menjadi alasan petani untuk menghentikan budidaya cabai rawit, kareena akan mempengaruhi kualitas tanaman. Tapi ada juga beberapa petani yang memaksakan nanam cabai dan hasilnya ternyata gagal.

"Baru sekarang pada awal April ini kami bersiap menanam cabai rawit kembali. Sekarang lagi tahap pembibitan," kata Asep Dendra petani Ciwaru.***

Editor: Sep Sobar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah