Mudik Dilarang, Pendapatan Setahun Sekali Hilang

- 3 Mei 2021, 09:29 WIB
Terminal Pangandaran di Kecamatan Pangandaran sepi pemudik. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia melarang mudik menjelang Lebaran 1442 Hijriah berpengaruh besar terhadap pendapatan para awak angkutan bus antarkota.
Terminal Pangandaran di Kecamatan Pangandaran sepi pemudik. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia melarang mudik menjelang Lebaran 1442 Hijriah berpengaruh besar terhadap pendapatan para awak angkutan bus antarkota. /kabar-priangan.com/Agus K/

KABAR PRIANGAN - Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia melarang mudik Lebaran 1442 Hijriah mendatang tentu berpengaruh besar terhadap pendapatan para awak angkutan bus antarkota.

Larangan mudik pada 6-17 Mei 2021 itu praktis membuat penghasilan mereka hilang. Padahal momen Hari Raya Idulfitri biasanya masa panen bagi para awak angkutan tersebut.

Beragam kisah diungkapkan para awak angkutan terkait pahitnya kebijakan itu. Apalagi larangan "ritual" tahunan tersebut merupakan tahun kedua.

Baca Juga: Persediaan BBM dan LPG 3 Kg di Wilayah Priangan Timur Menjelang Lebaran Aman

"Tahun lalu saya sampai menggadaikan sepeda motor untuk menutup kebutuhan Lebaran, beli baju anak-anak dan kebutuhan lainnya," kata Dasep Supriatna (45), sopir bus Pangandaran-Bandung di Terminal Pangandaran, Kecamatan Pangandaran, beberapa waktu lalu.

Adapun tahun ini dia mengaku masih kebingungan untuk menutup kebutuhan Lebaran keluarganya. "Bingung mau menjual apa lagi, motor yang digadai tahun lalu juga belum ditebus," ujar Dasep.

Namun demikian dia berharap sisa waktu sebelum pelarangan operasional bus berlaku, bisa memberinya rejeki yang cukup. "Ya kan mulai liburnya tanggal 6 Mei nanti, masih ada waktu mudah-mudahan saja ada rejekinya," kata Dasep.

Baca Juga: Kontrak Kerja 244 Pegawai Non ASN Pemkab Pangandaran Diputus. Alasannya, Beban APBD Berat

Lain lagi cerita Juanda (62), sopir bus Banjar-Jakarta warga Kecamatan Cidolog Kabupaten Ciamis. Dia mengaku mendapatkan hikmah di balik kebijakan yang dianggap menyengsarakan awak angkutan umum itu.

"Puluhan tahun jadi sopir bus, selama itu juga saya Lebaran di jalan. Nah sekarang bersyukur, bisa Lebaran di rumah berkumpul bersama keluarga," kata Juanda.

Juanda menyebutkan, sebelum pandemi Corona, masa mudik Lebaran adalah saat yang sibuk. Bahkan pada malam Takbiran biasanya dia masih dalam perjalanan menuju Jakarta. Baru pada siang harinya, Juanda bisa pulang ke rumah.

Baca Juga: Sosok Herdy Mulyana, Guru Penggerak Nasional Yang Berjuang Mendirikan Sekolah di Kampungnya

Pada masa H-7 sampai H+7 itu, Juanda bisa membawa pulang uang sekitar Rp 400.000 per hari. Pendapatan itu terdiri dari upah sopir dan bonus.

Namun dengan adanya kebijakan larangan mudik yang sudah dua Lebaran ini, semua penghasilan itu hilang. "Ya, sekarang mah tidak ada, jalan juga enggak," kata Juanda.

Juanda hanya bisa pasrah. Dia mengaku masih bisa bertahan hidup dengan mengisi hari-hari libur panjangnya dengan bertani di kampungnya.

Baca Juga: Harga Daging Ayam dan Sapi di Kabupaten Tasikmalaya Masih Stabil

"Sekarang juga sedang libur, ini baru pulang dari ladang memanen pisang. Sebagian akan dijual, sebagian akan dibuat sale pisang buat nanti Lebaran," tuturnya.

Dia bersyukur dengan kehidupannya karena tinggal di kampung. "Kalau di kampung mah, kita bisa menahan pengeluaran. Masih bisa tak mengeluarkan uang dua hari. Makan seadanya, asal ada beras, makan dengan lalap sambal pun jadi. Disyukuri saja, kan zamannya sedang susah begini," ucap Juanda.

Lain lagi cerita Yudi, kondektur bus Banjar-Jakarta yang merupakan warga Kota Banjar. Dia mengaku sudah sejak Lebaran tahun lalu tidak bekerja.

Baca Juga: Tiga Hari Menghilang Korban Mengambang di Sungai Cikembang

"Keluar dari perusahaan tidak, tapi jalan juga tidak. Mungkin karena efisiensi jadi kondektur tidak dipekerjakan," katanya.

Untuk menyiasati kondisi itu, Yudi memilih membantu istri membuka warung kecil-kecilan di rumahnya.

"Sekarang mah bantu istri jualan, daripada menganggur. Mudah-mudahan nanti kalau situasi normal saya bisa jalan lagi," ucap Yudi.

Baca Juga: Diduga Mengantuk, Mobil Truk Hantam Palang Pintu dan Gerbong Kereta

Sementara itu Kepala Pool Bus Budiman Pangandaran Ajat Hidayat mengatakan ada sekitar 200 awak angkutan di perusahaannya yang terdampak oleh kebijakan larangan mudik.

"Jumlah sopir dan kondektur ada sekitar 200 orang. Mereka bekerja di enam trayek yakni Pangandaran-Serang, Pangandaran-Tangerang, Pangandaran-Depok, Pangandaran-Cikarang, Pangandaran-Bandung dan Pangandaran-Bekasi," kata Ajat.

Ajat mengatakan pada 6-17 Mei 2021, armada bus perusahaannya berhenti berkaitan dengan kebijakan larangan mudik.

Baca Juga: Soal Gaji Relawan Covid, Kadinkes Uus : Honor dan Insentif Dicairkan Senin Depan

"Sekarang bantuan pun tak ada, kalau tahun lalu ada kan bantuan dari Korlantas (Polri) atau bantuan lainnya. Nah sekarang kan tidak ada," tuturnya.

Ajat mengakui situasi ini membuat para awak angkutan kelabakan karena mereka kehilangan penghasilan justru pada waktu yang sudah dinantikan.

"Ya kami juga tak bisa berbuat banyak karena itu sudah menjadi kebijakan pemerintah," ucapnya.

Baca Juga: Relawan Covid Kota Tasik 9 Bulan tak Gajian Bahkan Angkat Kaki dari Hotel

Namun demikian untuk sedikit mengurangi beban awak angkutan, Ajar mengatakan pihak perusahaan tengah mengupayakan pemberiaan Tunjangan Hari Raya (THR).

"Pemberiaan THR sedang diusahakan, Insya Allah untuk awak angkutan kami ada," kata Ajat. (Agus Kusnadi)***

Editor: Dede Nurhidayat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah