Dua Kali Rayakan Idul Fitri di Tengah Pandemi, Hikmah dan Hakikatnya Tetap Sama

- 13 Mei 2021, 17:40 WIB
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir didampingi Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan dan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang Herman Suryatman melaksanakan Salat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H di Masjid Agung Sumedang, Kamis 13 Mei 2021.*
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir didampingi Wakil Bupati Sumedang Erwan Setiawan dan Sekretaris Daerah Kabupaten Sumedang Herman Suryatman melaksanakan Salat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H di Masjid Agung Sumedang, Kamis 13 Mei 2021.* /Kabar-Priangan.com/Devi Supriyadi/

KABAR PRIANGAN - Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir didampingi Wakil Bupati Erwan Setiawan dan Sekda Herman Suryatman melaksanakan Salat Idul Fitri 1 Syawal 1442 H di Masjid Agung Sumedang, Kamis, 13 Mei 2021.

Bupati menyampaikan, tahun ini merupakan kedua kalinya bagi umat Islam di Indonesia merayakan Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19. Namun demikian, kata Bupati, hikmah dan hakikat perayaan tetap sama seperti tahun sebelumnya.

"Berbagai peraturan yang membatasi gerak sosial kita membuat ramadan dan Idul Fitri tidak seperti tahun sebelumnya. Namun, hikmah dan hakikatnya tetap sama. Semoga wabah Covid-19 ini segera hilang dari kehidupan kita," tuturnya.

Baca Juga: Tak Ada Kendaraan, Bambang Nekat Mudik dengan Jalan Kaki dari Ciamis Menuju Sumedang

Ia mengatakan, Islam mengajarkan umatnya untuk tetap menjaga keyakinan dan berprasangka baik kepada Allah SWT ketika menghadapi ujian kehidupan, baik dalam bentuk bencana maupun wabah penyakit.

Menurutnya, dengan kedua sikap seperti itu, maka akan terbangun rasa optimisme dalam menghadapi ujian.

"Dengan keyakinan dan berprasangka baik kepada Allah, akan terbangun optimisme. Perasaan tersebut kemudian akan menciptakan pikiran yang positif untuk melewati bencana atau wabah penyakit," ucapnya.

Baca Juga: Pusat Observasi Bintang Lapas Banjar, Layak Dijadikan POB Jawa Barat

Dikatakan Bupati Dony, selain membangun pikiran yang positif, syariat islam juga telah mengajarkan langkah dan upaya mitigasi wabah penyakit, dimana kemaslahatan umat sangat diutamakan untuk menjaga unsur-unsur maqashidus syari'ah.

Unsur-unsur maqashidus syariah tersebut, kata bupati, terdiri dari lima hal yang meliputi, menjaga agama (hifdzud din), menjaga jiwa (hifdzun nafs), menjaga akal (hifdzul'aql), menjaga keturunan (hifdzun nasl), dan menjaga harta (hidzul mal).

"Dengan menjaga unsur-unsur maqashidus syari'ah, kemaslahatan hidup umat dapat tercapai dan mewujudkan Islam yang rahmatan lil alamin serta mencegah timbulnya kesulitan-kesulitan lainnya yang dapat terjadi di masa depan," tuturnya.

Baca Juga: Keluarga Pasien Cabut Gugatan Sekaligus Islah dengan RSJK, dr. Faid : RSJK Siap Tingkatkan Pelayanan

Ia menambahkan, meluasnya penyebaran covid yang sangat mematikan, mengharuskan penjagaan terhadap agama (hifdz al-din) tidak boleh bertentangan dengan tujuan-tujuan syariat yang lainnya termasuk salahsatunya adalah menjaga jiwa (hifdzun nafs).

Dengan kata lain, sambung bupati, pembatasan sosial yang dimaksudkan agar kontak fisik terbatasi sehingga penyebaran virus bisa diantisipasi dan ikhtiar protokol kesehatan melalui penerapan 5 M merupakan bentuk ibadah yang dianjurkan.

"Upaya pembatasan sosial dan protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan dan lain sebagainya merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT," ungkapnya.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah