Ruhimat, Sosok Kepala Desa Bugel yang Nyambi Sebagai Peternak Bebek Petelur

- 15 Juli 2021, 06:08 WIB
Ruhimat, seorang Kepala Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Dia menjadikan berternak ternak bebek petelur sebagai usaha sampingan.
Ruhimat, seorang Kepala Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Dia menjadikan berternak ternak bebek petelur sebagai usaha sampingan. /kabar-priangan.com/Ema Rohima/

KABAR PRIANGAN - Di tengah situasi Pandemi Covid-19, sangat berpengaruh terhadap semua sektor khususnya perekonomian. Tak sedikit, usaha-usaha yang merosot bahkan bangkrut akibat kondisi tersebut.

Namun ternyata, usaha peternakan dianggap yang mampu bertahan di kondisi Pandemi Covid-19. Contohnya, budidaya bebek petelur yang mampu bertahan di tengah situasi Pandemi Covid-19.

Seperti halnya usaha yang dilakukan oleh Ruhimat, seorang Kepala Desa Bugel, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Tasikmalaya. Dia menjadikan berternak ternak bebek petelur sebagai usaha sampingan.

Namun siapa sangka bisnisnya di bidang perternakan yang dirintisnya kini bisa bertahan di tengah Pandemi Covid-19, bahkan semakin berkembang.

Baca Juga: Belasan Warga Terpapar Covid-19, Satu Kampung di Sukaresik di 'Lockdown' dan Dijaga Ketat

Ruhimat yang kini menjabat Kepala Desa Bugel yang kedua periodenya ini, secara perlahan terus menambah populasi bebek di peternakannya yang berlokasi di Dusun Cipulus, Desa Bugel.

Dari bebek yang dipeliharanya, tidak hanya menjual telurnya saja, karena dia juga menjual bebek yang sudah ditetaskan. Awalnya, hanya memiliki 50 ekor bebek, tapi kini populasinya sudah bertambah menjadi sekitar 500 ekor.

"Awalnya, hanya memanfaatkan waktu luang sekalipun tidak memiliki pengetahuan cara berternak. Namun terus belajar," kata Ruhimat kepada kabar-priangan.com, Rabu 14 Juli 2021.

Menurutnya, orang tua memang berprofesi sebagai petani termasuk berternak bebek. Namun dirinya, tidak pernah tahu tentang peternakan. Akan tetapi selalu terus belajar agar bisa dan terpikir untuk langsung usaha beternak sebagai sampingan.

Baca Juga: Langgar PPKM Darurat, Toko Pakaian dan Sanggar Senam di Garut Ditutup Satgas Covid-19

"Sebenarnya, kalau bertani sudah sejak kecil bersama orang tua. Namun berternak sendiri baru dimulai sejak menjadi kepala desa," ucapnya.

Peluang Usaha

Usaha ternak bebek relatif aman. Bukan hanya permintaan telur bebek yang semakin tinggi, namun permintaan anak bebek juga semakin naik.

Tak heran jika warganya rajin menggeluti usaha beternak bebek, termasuk dirinya. Dari bebek sebanyak 100 ekor, setiap hari bisa bertelur sebanyak 70 persennya.

Jika dijual telurnya, rata-rata harga Rp 2.000 per butir. Dari harga tersebut, 40 persen digunakan untuk biaya pakan dan sisanya sebagai keuntungan. Namun jika ditetaskan, harganya lebih tinggi yakni Rp 7.000 hingga Rp 9.000 per ekor.

Baca Juga: Waspadai Tanda Bahaya Saat Anak Isolasi Mandiri. Ini 7 Syarat Isoman untuk Anak-anak

Kalau bebeknya sudah tidak produktif dan menginginkan diremajakan, maka bebek bisa cepat dijual dengan harga Rp 50.000 hingga Rp. 60.000 per ekor jantan. Namun kalau betina, bisa laku dijual Rp 70.000 hingga Rp. 85.000 per ekor.

"Beternak bebek terbukti sangat menguntungkan. Perawatan tidak sulit, namun tetap harus serius melakukannya," tuturnya.

Dijelaskan Ruhimat, menjalankan usaha beternak relatif aman tak terdampak Pandemi Covid-19. Meskipun tidak ada lahan luas untuk angon atau menggembala, bisa dilakukan dengan sistem kandang.

Baca Juga: 33 Nakes RS SMC Tasikmalaya Terpapar Korona, BOR Rumah Sakit Penuh

Hanya saja, karena posisinya menjabat sebagai kepala desa, membuat dirinya harus mempekerjakan satu orang untuk membantu memelihara bebek miliknya. Alasannya, supaya tetap fokus menjalankan tugas di pemerintah desa. Meski demikian, selalu diusahakan untuk mengunjungi dan mengontrol peternakan setiap hari.

"Dari beternak bebek, Alhamdulillah saya bisa mendapat uang tambahan," ucapnya.

Ruhimat berharap warganya jika beternak jangan hanya dijadikan untuk nyambung hidup. Sehingga tidak pernah menghitung berapa keuntungan yang didapat secara rinci. Untuk itu dirinya berniat untuk mengadakan pelatihan manajemen beternak untuk generasi miilenial.

Baca Juga: Tabung Oksigen di Garut Langka dan Harganya Melonjak 150 Persen

Hal ini sekaligus mendukung program petani milenial, sehingga akan bekerjasama dengan karang taruna desa.

"Saya merencanakan program pelatihan ternak bebek. Kegiatan itu untuk mendukung pengembangan wirausaha pemuda milenial di bidang pertanian," ungkapnya.

Sementara itu peternak lainnya, Endang mengakui sektor peternakan dinilai paling mampu bertahan. Kegiatan bisnis peternakan ini optimis akan mampu melewati di tengah krisis ekonomi akibat Pandemi Covid-19, ungkapnya.***

Editor: Teguh Arifianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah