Dijelaskan dia, aturan yang diberlakukan untuk belajar di pesantren dan sekolah itu ada perbedaan, walaupun sama-sama diharuskan menaati prokes dan menjalani vaksinasi Covid-19.
Uu juga berharap, ketika proses pendidikan tidak berjalan dengan normal akibat pandemi, diharapkan akhlak dan moral pelajar atau santri tak mengalami kemunduran.
Baca Juga: Soal Gibran Pendaki yang Hilang, AOPGI Desak BKSD Terapkan Standardisasi Naik Gunung
Kekhawatiran itu muncul, kata Uu, karena saat ini proses pendidikan tidak berjalan normal, sehingga pendidikan karakter terhadap siswa tak bisa dilaksanakan secara maksimal.
“Saya berpesan kepada seluruh guru agar mampu meluangkan waktu untuk selalu menanamkan pendidikan religius dan akhlakul karimah, serta menanamkan jiwa nasionalisme kepada siswa,” katanya.
Lebih lanjut mengaku khawatir kecerdasan anak muda sekarang ini, melupakan rasa hormat kepada orang tua dan jasa para pahlawan bangsa dan negara.
Baca Juga: Jadwal SIM Keliling Polres Tasikmalaya Kota Jumat 24 September 2021
"Saat usia puber itu, kecintaan terhadap tanah air dan rasa hormat kepada orang tua, jangan sampai dilupakan. Atau, beralih terlalu cinta kepada duit, hape baru dan barang lainnya," ujarnya.
Kepala SMAN 1 Banjar, H. Barnas dan Plt. Kepala SMAN 3 Banjar, Noor Rahmawati menjelaskan bahwa pelaksaan Pembelajaran Tatap Muka di sekolah, dilakukan dengan protokol kesehatan yang ketat.
Baik terkait ketaatan pelaksanaan prokes pencegahan Covid-19, maupun vaksinasi Covid-19 terhadap guru dan pelajar.