Terkait bau akibat penggunaan bahan pakan tersebut, diakui Rian memang ada tapi hanya sebatas bau amis.
Sedangkan bau yang disebut warga menyengat dan menimbulkan ketidaknyamanan, menurutnya hal itu sama sekali tidak ada.
Baca Juga: 124 Sekolah di Jabar Terpapar Virus Corona, 14 Diantaranya di Kota Tasikmalaya
Penggunaan limbah daging ayam yang dicampur dengan pelet menurut Rian memang sengaja dilakukan untuk menekan biaya pakan agar tak terklalu mahal.
Karena jika pakan hanya menggunakan pelet saja, biayanya akan sangat mahal dn tentu tidak akan terjangkau.
Ia menyampaikan, limbah daging ayam tersebut dibelinya dari Charoen Pokphand Indonesia. Limbah yang digunakan pun yang kondisinya masih segar dan belum menimbulkan bau tak sedap.
Baca Juga: SAH! PSIS Semarang Lepas Pratama Arhan ke Tokyo Verdy Secara Gratis
Rian menyebutkan, penggunaan pakan lele seperti itu sudah umum dilakukan oleh para peternak lele di daerah manapun.
Oleh karenanya ia mengaku sangat heran kenapa sampai muncul permasalahan pada tempat peternakan lele yang dikelolanya karena menggunakan pakan tersebut.
"Bau sih memang ada yang namanya dari limbah tapi hanya bau anyir saja, bukan bau menyengat. Lagi pula jangkauan baunya pun tidak terlalu jauh, paling hanya beberapa meter saja," katanya.