Pengelola Peternakan Lele Bantah Gunakan Bangkai Ayam untuk Pakan, Namun Akui Hal Ini

- 16 Februari 2022, 21:09 WIB
Pengelola perusahaan peternakan Lele Mandiri Farm, memperlihatkan kolam yang digunakan untuk peternakan lele di Kampung Buleud, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut.*
Pengelola perusahaan peternakan Lele Mandiri Farm, memperlihatkan kolam yang digunakan untuk peternakan lele di Kampung Buleud, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut.* /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN - Pihak pengelola tempat peternakan lele di Kampung Buleud, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler Garut dengan tegas membantah telah menggunakan bangkai ayam untuk pakan lelenya.

Selain itu, pihak pengelola juga membantah jika pakan lele yang mereka gunakan menimbulkan bau tak sedap yang bisa mengganggu kenyamanan warga.

"Tak benar jika ada yang mengatakan kami menggunakan bangkai ayam untuk bahan pakan lele," ujar pemilik perusahaan peternakan Lele Mandiri Farm, Rian Revi Fauzi, Selasa, 16 Februari 2022.

Baca Juga: Vonis Herry Wirawan Sang Predator Seks Dianggap Terlalu Ringan, Ketua P2TP2A Garut Berharap JPU Ajukan Banding

Saat itu Rian juga membantah jika selama ini dari tempat peternakan lele yang dikelolanya menimbulkan bau tak sedap yang mengganggu kenyamanan warga sekitar.

Kalaupun ada bau, tak separah seperti yang sebelumnya muncul tapi masih terbilang normal.

Menurutnya, pihaknya memang menggunakan limbah dari pabrik sosis berupa kepala, ceker, dan usus ayam yang sudah tak mungkin untuk dijual ke pasaran.

Baca Juga: Kuota Penerimaan Mahasiswa Baru Unsil Tasikmalaya Sekitar 3.200 Orang, Bisa Melalui Tiga Jalur

Limbah tersebut dicampur dengan pelet dan kemudian dijadikan sebagai pakan lele.

Terkait bau akibat penggunaan bahan pakan tersebut, diakui Rian memang ada tapi hanya sebatas bau amis.

Sedangkan bau yang disebut warga menyengat dan menimbulkan ketidaknyamanan, menurutnya hal itu sama sekali tidak ada.

Baca Juga: 124 Sekolah di Jabar Terpapar Virus Corona, 14 Diantaranya di Kota Tasikmalaya

Penggunaan limbah daging ayam yang dicampur dengan pelet menurut Rian memang sengaja dilakukan untuk menekan biaya pakan agar tak terklalu mahal.

Karena jika pakan hanya menggunakan pelet saja, biayanya akan sangat mahal dn tentu tidak akan terjangkau.

Ia menyampaikan, limbah daging ayam tersebut dibelinya dari Charoen Pokphand Indonesia. Limbah yang digunakan pun yang kondisinya masih segar dan belum menimbulkan bau tak sedap.

Baca Juga: SAH! PSIS Semarang Lepas Pratama Arhan ke Tokyo Verdy Secara Gratis

Rian menyebutkan, penggunaan pakan lele seperti itu sudah umum dilakukan oleh para peternak lele di daerah manapun.

Oleh karenanya ia mengaku sangat heran kenapa sampai muncul permasalahan pada tempat peternakan lele yang dikelolanya karena menggunakan pakan tersebut.

"Bau sih memang ada yang namanya dari limbah tapi hanya bau anyir saja, bukan bau menyengat. Lagi pula jangkauan baunya pun tidak terlalu jauh, paling hanya beberapa meter saja," katanya. 

Baca Juga: Misteri Batu Taman di Gunung Geulis Sumedang, Banyak Pemilik Kuda Balap Datang ke Sana. Konon Airnya Bertuah

Tempat peternakan lele yang dikelolanya di daerah Kampung Buleud tersebut, tambah Rian, bukan seperti tempat peternakan pada umumnya yang mengelola dari awal sampai akhir pemeliharaan lele.

Kolam tersebut hanya digunakan sebagai tempat pengepulan dimana lele dari para petani ditampung di tempat tersebut untuk kemudian dijual lagi. 

Dengan demikian, kolam yang ada di tempat tersebut seringkali kosong sehingga pemberian pakan pun tidak dilakukan tiap hari.

Baca Juga: Harga Kacang Kedelai Naik 40 Persen, Pabrik Tahu Tempe di Tasikmalaya Terpaksa Potong Upah Pegawai

“Ini juga bisa meminimalisir tingkat pencemaran mengingat pakan yang diberikan tidak terlalu banyak,” katanya.

Di sisi lain Rian mengakui jika sampai saat ini pihaknya belum mengantongi perizinan untuk tempat pengelolaan ternah lele itu.

Alasannya, pihaknya membuka usaha di tempat tersebut belum terlalu lama, baru berjalan sekitar 8 bulanan.

Baca Juga: Misteri Ular Raksasa di Gunung Geulis Sumedang, Pernah Terlihat Berubah Jadi Selendang

"Untuk perizinan memang belum kami kantongi karena memang belum terlalu lama. Saat ini masih dalam proses pengajuan ke pihak Pemerintah Desa Jati," ucap Rian.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah