Rakernas PBNU 2022 di Cipasung Tasikmalaya, Momentum Menyambut Abad Kedua NU Sekaligus Nostalgia Muktamar1994

- 26 Maret 2022, 18:31 WIB
Wakil Sekjen PBNU, Najib Azca.*
Wakil Sekjen PBNU, Najib Azca.* /Kabar-Priangan.com/Arief Farihan Kamil

KABAR PRIANGAN - Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmah 2022-2027 digelar di Pondok Pesantren Cipasung, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.

Event strategis PBNU yang dibuka Kamis 24 Maret 2022 malam dan berlangsung hingga Sabtu 26 Maret 2022 itu, melahirkan keputusan-keputusan strategis untuk perjalanan NU lima tahun ke depan.

Bagi Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU Muhammad Najib Azca, MA, PhD, digelarnya Rakernas PBNU 2022 di Cipasung mempunyai arti tersendiri baik bagi dirinya secara pribadi maupun kelembagaan. Pondok Pesantren Cipasung adalah lokasi Muktamar ke-29 NU Tahun 1994.

Baca Juga: Rakernas PBNU di Cipasung Tasikmalaya, KH Abun: Teringat Ketika Muktamar ke-29 NU yang Sangat Menegangkan

"Pertama, bagi saya pribadi Rakernas PBNU 2022 ini momentum yang sangat penting, punya nilai historis mungkin romantik karena ini seperti mengulangi tempat yang pernah saya kunjungi pada 28 tahun lalu,"

ujar Najib yang saat hadir dalam Muktamar NU 1994 berstatus sebagai wartawan terbreidel karena medianya, Tabloid Berita Mingguan Detik, baru dibreidel oleh Orde Baru.

Muktamar NU Cipasung 1994 tersebut merupakan momentum yang sangat penting karena merupakan muktamar terakhir sebelum era reformasi. "Mengapa Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid, Ketua Umum PBNU saat itu) tidak mundur dan mengajukan diri untuk periode ketiga,

Baca Juga: Kisah Najib Azca Jadi Wasekjen PBNU, Merasa Hanya 'Bolo Dupak' dan Sekrup Kecil di 'Mabes Kramat'

saat itu Gus Dur mengatakan NU akan menghadapi badai yang sangat besar, gelombang perubahan politik yang besar sehingga NU memerlukan nakhoda yang handal. Itu seperti yang disampaikan Gus Dur seperti yang ditulis dalam buku Greg Burton," ucap Najib.

Karena itulah, lanjut Najib, kehadiran dirinya di Cipasung menjadi nostalgia mengunjungi tempat yang sangat penting ketika negara pada tahun 1994 silam mengintervensi NU.

"Intervensi itu kemudian gagal karena kekuatan warga Nahdliyin yang saya kira independen, tak takut kepada negara, meskipun pada waktu itu Gus Dur sebagai ketua umum tidak diberikan kesempatan memberikan kata sambutan dalam pembukaan muktamar," ujarnya.

Baca Juga: Ketua Umum PBNU Lantik PCNU Kabupaten Tasikmalaya, Mengimbau Bekerja dan Bantu Masyarakat Pelosok

"Dalam konteks budaya Jawa kelihatan betul bahwa ini Gus Dur tidak direstui oleh Soeharto (Presiden RI saat itu), tetapi Gus Dur tetap melakukan penggalangan kekuatan dan berhasil," ujar Najib kepada Kabar-Priangan.com/Harian Umum Kabar Priangan, Kamis 24 Maret 2022.

Adapun Rakernas PBNU 2022 di Cipasung sekarang sangat penting dalam rangka menyambut Abad Kedua NU. "PBNU sekarang ini kan salah satu kredonya menyongsong Abad Kedua NU. Tahun ini kalau dihitung secara hijriyah, NU masuk 100 tahun tepatnya bulan Rajab kemarin.

Tahun kemarin kan waktu peringatan di Madura itu mengikuti kalender hijriyah 99 tahun. Jadi Rajab mendatang itu tahun ke-100," ujar Najib yang juga Dosen Fisipol Universitas Gadjah Mada itu saat diwawancara di tempatnya menginap di salah satu hotel di Kota Tasikmalaya.

Baca Juga: Sudah Mau Ramadhan Lagi, Tapi Belum Qadha, Apa Jawaban Ustadz Abdul Somad?

Selain itu, lanjut Najib, Rakernas PBNU 2022 kali ini sesuatu yang sangat penting karena merupakan momentum transformasi zaman. "Alhamdulillah ternyata NU memilih generasi baru untuk memimpin. Kemarin kan terjadi kontestasi yang menarik antara generasi lama

diwakili KH Said Aqil Siradj dengan KH Yahya Cholil Staquf. Pak Said waktu itu sudah dua periode masuk periode ketiga, dan Gus Yahya periode pertama. Jadi bagi saya ini pilihan yang tepat dari NU untuk memilih kepemimpinan baru yang segar menyongsong Abad Kedua NU," ujarnya.

Ditambahkannya, meski kepemimpinan baru dan lebih muda, tapi Gus Yahya punya kultural yang sangat kuat di dalam NU, baik secara genealogis maupun kapasitas keilmuannya. "Kita tahu Gus Yahya itu anaknya KH Cholil Bisri,

Baca Juga: Enam Cara Menghindari Sihir. Awas! Nomor Tiga Paling Sering Ditemui di Setiap Rumah

cucunya KH Bisri Mustofa yang sangat terkenal dalam terjemah Al-Qur'an dalam bahasa Jawa,
Kitab Al-Ibriiz. Saya kira selain visioners, Gus Yahya sudah menorehkan catatan-catatan penting terutama dalam konteks peranan di dunia global," ujar pria asal Pekalongan, Jawa Tengah itu.*

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah