"Oleh karenanya, kita berlakukan kewaspadaan dini dan deteksi awal sebagai upaya pencegahan terus menyebarnya difteri. Setiap faskes, klinik dan Puskesmas harus melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang mengeluhkan sakit saat menelan dengan membuka mulutnya dan memeriksa tenggorokannya atau istilah kita screening," katanya.
Baca Juga: Kasus Pernikahan Dini dan Kekerasan Seksual di Garut Masih Tinggi
Disampaikan Asep, jika ditemukan adanya dugaan difteri, maka petugas harus secepatnya melakukan tindakan dengan merujuknya ke rumah sakit. Tindakan cepat terhadap pasien diudga terserang difteri sangat penting agar pasien bisa secepatnya mendapatkan penanganan sehingga nyawanya tidak terancam.
Meski saat ini terjadi kasus difteri di wilayah Kecamatan Tarogong Kidul dan Cisurupan, namun diakui Asep hingga saat ini belum ditemukan adanya keterkaitan dengan kasus penyebaran difteri di Pangatikan.
Terkait cakupan vaksinasi pada program ORI yang dilaksankan di wilayah Kecamatan Pangatikan, Asep mengungkapkan saat ini masih berkangsung dan cakupannya baru memcapai 60 persen. Diharapkannya, pelaksanaan ORI di daerah terpapar difteri itu akan berlangsung hingga satu bulan ke depan dengan target 90 persen.
Baca Juga: SMAN 8 Garut Terdampak Pembangunan Tol Getaci, Guru dan Orang Tua Siswa Resah
"Setelah selesai pemberian vaksin dosis 1, nantinya akan kita teruskan dengan pemberian vaksin dosis 2. Memang cukup waktu juga untuk bisa mengumpulkan warga di daerah tersebut untuk menjalani vaksinasi," ujar Asep.
Selain ORI, Asep juga menyebutkan pihaknya melakukan sejumlah langkah penting lainnya guna mencegah terus menyebarnya wabah difteri. Seluruh kontak erat telah menjalani pemeriksaan, swab, serta diberi obat.***