Dari Journalist Camp PRMN Eiger 2023, Galih Donikara: Alam Mengandung Bahaya, Kita Mengundang Bahaya

- 29 Agustus 2023, 05:00 WIB
Pegiat alam Wanadri, Galih Donikara, menyampaikan materi saat kegiatan Journalist Camp PRMN Eiger 2023 di area Sari Ater CamperVan Park, Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis 24 Agustus 2023.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil
Pegiat alam Wanadri, Galih Donikara, menyampaikan materi saat kegiatan Journalist Camp PRMN Eiger 2023 di area Sari Ater CamperVan Park, Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis 24 Agustus 2023.*/kabar-priangan.com/Arief Farihan Kamil /

"Pertanyaannya, setelah kita usia seperti sekarang gratis menghirup oksigen, sudahkan kita berterima kasih kepada alam dengan menanam pohon? Jangan hanya pohon kecil seperti cengek karena itu oksigennya kecil tapi tanam pohon yang bisa tumbuh besar," tuturnya melanjutkan.

Baca Juga: Bobotoh Maung Bandung 'Bukan Kaleng-kaleng' di Pangandaran, Punya Tiga Putri Semuanya Pakai Nama Persib

Dari empat keahlian tersebut, sambung Galih, hal mendasar yang harus dipahami dan disadari adalah melakukan liputan di alam bebas bagi seorang jurnalis risikonya tinggi. Karena itulah jurnalis harus meminimalisir risiko itu dengan persiapan yang matang. "Jangan kita undang bahayanya dengan kecerobohan, dan yang paling bahaya itu adalah sikap kita, kesombongan," ujarnya.

Ia pun menceritakan pengalamannnya saat diajarkan oleh pemandu (guide) dan serva di Nepal, "Katanya, Galih, gunung itu mahluk hidup. Mereka memilih siapa yang berhak naik ke puncaknya. Sampai segitunya, saya percaya bahwa mereka yang meninggal atau celaka di Mount Everest bukan karena ketidakmampuan mendaki tapi mungkin gunungnya tak menerima dia. Karena mungkin gunung tahu, alam tahu, bahwa pada saat berjalan dia sombong, mungkin berbuat tidak baik. Gunung itu memilih," kata anggota Ekspedisi 7 Summits Indonesia dan Ekspedisi Black Borneo itu.

Gunung, 'Mahluk Hidup yang Bertasbih dalam Diam'

Dalam bahasa yang lain, lanjut Galih, sebagai Muslim dirinya membaca juga bahwa gunung adalah "mahluk hidup yang bertasbih dalam diam". Karena itulah para pendaki perlu menghargai gunung. "Jadi, guide atau serva di Nepal itu tak ada yang berantem karena naik gunung itu sebagai ziarah
mereka. Makanya di atas puncak Everest itu bukan sampah, tapi itu adalah kain doa yang mereka selipkan sebagai rasa syukur gunung tersebut bisa menerima kita," kata Galih.

Baca Juga: Kemah Dua hari, 320 Siswa Baru MTsN 2 Kota Tasikmalaya Ikuti Permata Kepramukaan di Pasir Pataya Cibeureum

Galih pun memberikan tips pendakian. Jika seseorang akan mendaki gunung, hal pertama harus dicari adalah informasi dan data, lokasi gunungnya dimana, berapa ketinggiannya, cuaca seperti apa, bagaimana karakter jalurnya. Selain itu dengan siapa kita berjalan, apakah ekstrem perjalanannya, hingga menginapnya berapa lama.

"Itu nanti penting untuk mengikur perbekalan kita. Kalau satu hari satu malam atau tiga hari dua malam ya sesuaikan saja. Cari informasi juga puskesmas dan kantor polisi terdekat dimana, sehingga kalau terjadi apa-apa kita sudah tahu tempat yang dituju. Juga data pos pendakian serta nomor telepon darurat," tutur Galih.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah