Baca Juga: Sakola Motekar di Ciamis Ini Kembalikan Sistem Among Ki Hajar Dewantara dalam Proses Pendidikan
Pencapaian tersebut tentu bukan hal instan dan semudah membalik telapak tangan. Semua merupakan buah dari proses keuletan dan tekad kuat Deni Weje serta jejaring yang ia milik. Deni mengaku dirinya memang senang sekali ngawangkong atau ngobrol sambil berinteraksi dengan banyak komunitas. Sejak kuliah dia aktif di berbagai organisasi.
Kesupelan Deni yang membuatnya memiliki banyak dukungan dalam membangun Sakola Motekar. Baik yang bersifat moril maupun materil. Ia bahkan mengatakan bahwa sekolah tersebut lahir dari pertemuan Nujuhlikuran, ajang silaturahmi yang membahas satu tema tertentu.
Dari diskusi-diskusi tersebut munculah keresahan tentang penyesalan pada kehidupan yang telah lalu dan bagaimana cara untuk memaksimalkan potensi diri. Karena kesadaran itulah kemudian muncul solusi untuk saling belajar satu sama lain atau transfer ilmu.
Baca Juga: Seru dan Asyik! Kegiatan Minggu Ulin di Lembur Kaulinan Barudak Cibunar Ciamis
Transfer ilmu yang ada di Sakola Motekar tak hanya bergerak di bidang pendidik, justru awalnya diawali dengan kegiatan budaya yang terinspirasi dari Komunitas Icikibung Tasikmalaya melalui kegiatan permainan tradisional. Kegiatan tersebut terus berjalan hingga saat ini dalam agenda Minggu Ulin, dan banyak sekali mendapat respon positif dari berbagai kalangan, baik warga Ciamis maupun luar Ciamis.
Kemudian merambah pada bidang ekonomi dengan program Pasar Kinanti yang menjajakan pangan sehat dan Bank Sampah. Kegiatan tersebut merupakan bentuk aktivitas ekonomi yang bertujuan memanfaatkan potensi masyarakat sekitar.
Deni merasa bersyukur karena keluarganya turut mendukung apa yang menjadi perjuangannya. Selagi itu baik, tidak merugikan diri sendiri, dan memberi manfaat bagi banyak orang. Ia juga berharap apa yang dilakukan oleh Sakola Motekar dapat menjadi inspirasi bagi orang lain. Sehingga nilai-nilai kebaikan dapat terus melebar dan berkembang.***