Filosofi Imlek dan Kue Keranjang di Tahun Politik Jadi Momentum Penguatan Kebersamaan

- 11 Februari 2024, 17:28 WIB
Koh Cong-Cong (74) warga Kota Tasikmalaya turunan etnis Tionghoa yang tinggal di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya bicara filosofi kue keranjang pada tahun baru Imlek.
Koh Cong-Cong (74) warga Kota Tasikmalaya turunan etnis Tionghoa yang tinggal di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya bicara filosofi kue keranjang pada tahun baru Imlek. /kabar-priangan.com/Irman S/

KABAR PRIANGAN - Dalam budaya Tionghoa, berbagi angpao dan menyiapkan suguhan makanan yang hidup di darat dan air merupakan salah satu tradisi yang sangat dihormati. 

Angpao, yang merupakan amplop merah berisi uang, diberikan kepada anak-anak, orang muda yang belum menikah, serta orang tua sebagai simbol kepedulian dan kebahagiaan di hari Imlek.

Hal itu dikatakan koh Cong-Cong (74) warga Kota Tasikmalaya turunan etnis Tionghoa yang tinggal di Kelurahan Kahuripan, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya. 

Baca Juga: Nian Gao, Kue Tahun Baru Imlek Pembawa Keberuntungan, Ini Arti, Sejarah, dan Resepnya!

Ia menceritakan makna dan filosofi tradisi bagi-bagi angpao dan kue keranjang di perayaan Imlek.

Menurut dia, tradisi ini menurutnya tidak hanya merupakan bentuk material dari pemberian, tetapi juga mengandung nilai-nilai sosial dan kebersamaan yang mendalam.

"Tradisi ngasih angpao diberikan pada anak-anak atau anak muda yang belum menikah atau belum bekerja sebagai simbol berbagi kepedulian dan kebahagiaan di hari Imlek, dari orang dewasa yang sudah mapan kepada saudara dan kerabat," ujar Tjong Hoa.

Baca Juga: 12 Makanan Pembawa Keberuntungan Untuk Tahun Baru Imlek 2024 Shio Naga Kayu, Nomor 5 Berarti Kekayaan

Kue yang memiliki tekstur kenyal dan rasa manis ini tidak hanya sekadar camilan, tetapi juga mengandung makna simbolis bagi masyarakat Tionghoa.

Menurut dia kue keranjang merupakan simbol dari tali persaudaraan. Bahannya yang terbuat dari beras ketan yang memiliki sifat lengket melambangkan hubungan yang erat dan abadi antara sesama. 

Dalam momen perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa berharap agar persaudaraan ini juga terjalin kuat di antara rekan dan tetangga.

Baca Juga: Jelang Imlek, Warga Tionghoa di Tasikmalaya Produksi Dodol Cina

Kemudian karena Momen Imlek tahun ini bertepatan dengan menjelang Pemilu 2024, tentunya ia berharap filosofi makna kue keranjang, dimana bahannya dari beras ketan yang memiliki karakter lengket, jadi makna terjalinnya persaudaraan dengan rekan juga tetangga. 

"Semoga makna ini mampu membawa ke posisi lebih tinggi, baik dari pekerjaan serta perkembangan diri hingga kehidupan di masa mendatang," ucapnya.

Dirinya berharap saat perayaan tahun baru Imlek kali ini, masyarakat Tionghoa tidak hanya merayakan dengan tradisi lama, tetapi juga menyambutnya dengan harapan baru. 

Baca Juga: 15 Benda Yang Tak Boleh Dijadikan Kado Imlek, Semuanya Hampir Berhubungan dengan Kematian

Makna di Momentum Pemilu

Di tengah momentum politik menjelang Pemilu 2024, harapan untuk persatuan, kebersamaan, dan kemajuan menjadi bagian tak terpisahkan dari perayaan ini.

Dengan mempertahankan tradisi-tradisi berharga dan merangkul perubahan dengan harapan yang membara, masyarakat Tionghoa memasuki Tahun Baru Imlek dengan penuh semangat dan optimisme untuk masa depan yang lebih baik.

Perayaan tahun baru Imlek menurut Tjong tjong bukan hanya sekedar tradisi, tetapi juga merupakan perwujudan dari nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, dan harapan baru. 

Baca Juga: Kue Pie Laris Manis Saat Imlek, Pengrajin di Tasikmalaya Raup Untung

"Dalam momen yang penuh kegembiraan ini, mari kita semua bersama-sama merayakan keanekaragaman budaya dan memperkuat ikatan sosial yang mengikat kita sebagai satu bangsa yang beragam. Semoga tahun baru Imlek ini membawa kebahagiaan dan kemakmuran bagi kita semua," katanya.***

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x