Bah Tamim juga mengaku masih ingat betul bagaimana susahnya kehidupan jaman dahulu waktu masih jaman penjajahan Belanda.
Belum lagi kesengsaraan rakyat akibat kekejaman kelompok DI/TII yang juga tak segan-segan membunuh rakyat yang dinilai berpihak kepada pemerintah atau tak mau membantu DI/TII.
"Ah pokokna mah kacau pisan jaman harita mah. Mun beurang sieun ku tentara Walanda, ari peuting sieun ku gorombolan DI. Loba pisan rakyat nu dipaehan boh ku tentara Walanda atawa ku DI," kata ayah dari 10 orang anak ini.
Ia mengaku sangat bersyukur dirinya bisa selamat dari keganasan tentara Belanda maupun gerombolan DI/TII hingga saat ini masih bisa menikmati sisa usianya.
Padahal tak sedikit teman, tetangga, maupun keluarganya yang telah terlebih dahulu meninggal dunia akibat ditembak tentara Belanda atau dianiaya gerombolan DI/TII.
Keganasan gerombolan DI/TII inlah, tambahnya yang menyebabkan dirinya kemudian memilih mundur dari gerakan perjuangan bersama para pejuang lainnya.
Padahal sebelumnya ia juga sempat aktif berjuang dengan berperang langsung untuk melawan tentara Belanda.