Pengalaman Guru Sepuh, H. Otong Soekarso (Bagian 1): Kenangan Bersekolah di SGB 1 Ciamis Tahun 1950-an

- 3 Maret 2023, 21:20 WIB
H. Otong Soekarso, pensiunan guru, difoto di halaman belakang rumahnya di Kampung Jagamulya, Desa Rajadesa, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, awal Februari 2023.*
H. Otong Soekarso, pensiunan guru, difoto di halaman belakang rumahnya di Kampung Jagamulya, Desa Rajadesa, Kecamatan Rajadesa, Kabupaten Ciamis, awal Februari 2023.* /kabar-priangan.com/Nazarudin Azhar/

Pada tahun 1950-an, ujian kelas VI SR se-Kabupaten Ciamis dipusatkan di SMP Ciamis yakni SMP satu-satunya di Tatar Galuh saat itu, yang kini menjadi SMPN 1 Ciamis. Jadi bisa dibayangkan, anak-anak SR kelas VI dari berbagai pelosok datang ke tempat tersebut untuk mengikuti ujian, dan pihak sekolah masing-masing menunggu hasilnya, yang baru bisa diketahui beberapa hari kemudian.

Sering kejadian, banyak sekolah yang muridnya semua tidak lulus pada ujian tersebut. "Dulu, itu hal biasa," kata H. Otong.

Baca Juga: Rumah Dinas Camat Cipaku Ciamis tak Terurus. Dedi: Seperti 'Rumah Hantu'

Setelah mendapat ijazah kelulusan dari SR, Otong lalu mengikuti ujian masuk SGB. "Dari SR Bebedilan ada belasan murid yang ikut ujian masuk SGB dan semuanya lulus. Bapak malah mendapat nilai bagus saat itu. Masih ingat, nilai ilmu hitung 10, Bahasa Indonesia 8, dan pengetahuan umum 7. Bapak masuk ranking kedua se-Kabupaten Ciamis dan lulus SGB dengan mendapat beasiswa," ujar H. Otong menerawang.

Saat itu di Ciamis ada dua SGB, yakni SGB 1 dan SGB 2, yang lokasinya kini menjadi SMAN 2 Ciamis. Otong saat itu masuk ke SGB 1. SGB yang kalau sekarang setingkat SLTP, didirikan di berbagai daerah oleh pemerintah untuk mencetak guru-guru pengajar di SR. Saat itu, bisa
dibilang pemerintah kekurangan guru untuk mengajar.

Meski demikian, tahapan menjadi guru tetap tidak mudah. Lama sekolah di SGB yakni empat tahun. Selama tiga tahun murid-murid ditempa dengan berbagai pelajaran, seperti aljabar, ilmu ukur, ilmu hayat, ilmu alam, bahasa Indonesia, sejarah, dan ilmu bumi. Pada tahun keempat fokus pelajaran yakni pada ilmu keguruan, atau didaktik metodik.

Sebagai seorang pelajar penerima beasiswa, saat itu Otong dari pemerintah setiap bulan menerima uang senilai 144 rupiah empat ketip. Dari jumlah tersebut, dipotong untuk biaya asrama Rp 60. Sementara semua kebutuhan pelajaran seperti alat tulis dan seragam, semua telah
disediakan sekolah.

Baca Juga: Simpel! Resep Cumi Kecap Daun Kemangi, Cocok Dinikmati dengan Nasi Hangat

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x