Heboh Bumi Diserang Badai Geomagnetik Matahari, Apa Akibatnya?

- 18 Maret 2022, 16:31 WIB
Letusan raksasa material matahari meledak dari permukaan di sisi kanan Matahari.*
Letusan raksasa material matahari meledak dari permukaan di sisi kanan Matahari.* /Kabar-Priangan.com/Instagram/@nasa

KABAR PRIANGAN - Bumi mengalami hantaman serangkaian badai geomagnetik ringan yang terjadi pada 14 dan 15 Maret 2022 lalu. Menurut BMKG Amerika Serikat dan Inggris beberapa hari yang lalu, suara ledakan keluar dari atmosfir matahari yang menimbulkan badai.

Terjadinya badai dan ledakan di Matahari tersebut kemungkinan akan mengacaukan transmisi radio dan memengaruhi stabilitas jaringan listrik di lintang tinggi. Namun tenang, badai geomagnetik tidak akan menyebabkan kerusakan di Bumi, hal ini dilansir Live Science.

Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) mengategorikan badai yang datang sebagai kategori G2 pada Senin 14 Maret, dan G1 pada Selasa 15 Maret 2022. Lebih lanjut NOAA memaparkan, aurora borealis dapat terlihat di lintang yang lebih rendah dari biasanya.

Baca Juga: HET Dicabut, Harga Minyak Goreng Langsung Melambung. Migor Kemasan Maupun Curah, Sama-sama Mahal

Sementara itu setiap dekade Bumi mengalami lebih dari 2.000 badai matahari kategori G1 dan G2. Dikatakan NOAA bahwa pada hari Minggu 13 Maret 2022, lewat pagi-pagi sekali tanpa banyak masalah badai G2 terbaru menyerempet Bumi.

Ledakan partikel bermuatan yang meninggalkan atmosfer terluar matahari, atau korona diprediksi pada hari Senin dan Selasa 14-15 Maret 2022. Ledakan partikel ini juga di sebut coronal mass ejections (CMEs) terjadi ketika garis-garis medan magnet di atmosfer matahari kusut dan patah.

Dari ledakan tersebut mengeluarkan semburan plasma dan medan magnet ke luar angkasa.

Baca Juga: Ciamis Kini Ditangani Kajari Perempuan, Ini Targetnya yang Bisa Membuat Koruptor di Tatar Galuh Ketar-ketir

Menurut NASA, CME yang lebih besar dapat memicu badai yang jauh lebih ekstrem - seperti Peristiwa Carrington 1859 yang terkenal, yang menyebabkan arus listrik yang begitu kuat sehingga peralatan telegraf meledak menjadi api.

Namun gumpalan besar partikel dan berlayar melintasi tata surya dengan angin matahari saat ini sebagian besar badai bersifat ringan, hanya merusak teknologi di ruang angkasa atau pada garis lintang yang sangat tinggi.

Live Science sebelumnya melaporkan menurut beberapa ilmuwan telah memperingatkan bahwa badai Matahari lain dengan ukuran itu dapat menjerumuskan Bumi ke dalam "kiamat internet". Hal tersebut membuat negara-negara offline selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Baca Juga: Kencur Jingkang Sumedang Pernah Kuasai Pasar Nusantara, Begini Kisahnya

Dilansir pikiran rakyat bekasi.com, Matahari telah memuntahkan CME hampir setiap hari sejak pertengahan Januari.

Seperti yang diharapkan saat kita menuju bagian dari siklus aktivitas 11 tahun matahari yang dikenal sebagai Solar Maximum, titik di mana badai matahari dan CME paling aktif. (Gama Restu Aprial Viear Saputra)*

Editor: Arief Farihan Kamil

Sumber: Live Science


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah