Mengembangkan Literasi sebagai Budaya Positif di Sekolah

29 Juni 2021, 10:05 WIB
Eti Nurhayati,S,S.,M.Pd, guru SMPN 1 Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya. /Dok SMPN 1 Sariwangi TSM/

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sikap/ budi pekerti siswa melalui budaya baca tulis, sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Oleh: Eti Nurhayati,S,S.,M.Pd 

KABAR PRIANGAN - Menurut Ki Hajar Dewantara, tujuan Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Dalam proses menuntun, guru berperan sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan tidak membahayakan dirinya dan anak dapat mendapatkan kemerdekaan dalam belajar.

Dengan demikian, budaya positif sangat penting diterapkan di sekolah agar terbentuk karakter siswa yang baik yang mencerminkan profil Pelajar Pancasila.

Baca Juga: Agus Sumitra Terpilih Menjadi Ketua Ikatan Alumni STISIP BP Periode 2021-2025

Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan nasional yang tercantum dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

Mengembangkan literasi adalah salah satunya upaya dalam menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah.

Budaya positif yang dikembangkan di sekolah berisi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama.

Apabila budaya positif sudah diterapkan, maka diharapkan karakter siswa yang literat terbentuk tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi juga di lingkungan masyarakat.

Baca Juga: Dampak Pemberitaan Covid- 19 yang Gencar, Pusat Kota Tasikmalaya Bak Kota Mati

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan sikap/ budi pekerti siswa melalui budaya baca tulis, sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat.

Untuk menumbuhkembangkan kesadaran berliterasi, perlu kerjasama yang solid dari berbagai pihak, di antaranya guru, dan orang tua dengan memberikan dorongan/ motivasi pada siswa.

Meskipun pada dasarnya motivasi intrinsik dipandang lebih utama, namun motivasi ekstrinsik tetap diperlukan agar budaya positif tersebut terlaksana dengan baik.

SMP Negeri 1 Sariwangi  merupakan salah satu sekolah yang melaksanakan kegiatan literasi sebagai sebuah budaya positif di sekolah.

Baca Juga: Tertimpa Pohon, Rumah Warga di Sodonghilir Tasik Rata dengan Tanah

Kegiatan ini terdiri dari membaca senyap (membaca buku non pelajaran pada awal pembelajaran), readathon (kegiatan membaca secara massal yang biasanya dilaksanakan sebulan sekali), mereview buku (setiap selesai membaca satu buku maka siswa membuat review buku) dan presentasi (siswa yang sudah membuat review buku mempresentasikannya, baik di hadapan rekan satu kelompok, maupun pada kegiatan readathon).

Inilah aktivitas rutin yang menjadi agenda kegiatan GLS SMPN 1 Sariwangi:

  1. Pembimbing Literasi melakukan pertemuan dengan siswa anggota GLS untuk memotivasi mereka supaya mau membaca buku selain buku pelajaran.
  2. Pembimbing mengarahkan siswa untuk memilih buku yang akan dibacanya dengan memberikan contoh seperti novel atau kumpulan cerita pendek.
  3. Pembimbing memberikan teori secara bertahap tentang teknik membuat review buku, diawali dengan membuat review buku dengan menggunakan teknik Fishbone disertai teknik review lainnya pada waktu berikutnya.
  4. Siswa diminta untuk mengumpulkan review tersebut setiap selesai membaca satu buku.
  5. Setiap minggu kedua diselenggarakan READHATON. Perwakilan dari anggota GLS mempresentasikan buku yang telah dibacanya dengan membawa hasil review bukunya.
  6. Setiap minggu ketiga seluruh anggota GLS secara berkelompok wajib mengumpulkan reviewnya dan mempresentasikannya dengan dibimbing oleh guru pembimbing masing-masing
  7. Menerbitkan buku antologi minimal satu buku dalam setahun.

Baca Juga: Catat! Ambulans Bagi Pasien Covid-19 Gratis

Dalam pelaksanaannya, terlebih dahulu dilakukan Langkah-langkah berikut:

  1. Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah
  2. Melakukan sosialisasi kepada semua warga sekolah
  3. Menguatkan budaya positif yang sudah ada
  4. Merancang program tambahan untuk menguatkan budaya positif yang sudah ada
  5. Bersama-sama dengan peserta didik melakukan kesepakatan
  6. Melakukan refleksi dan evaluasi.

Baca Juga: Diskursus 'Pemajuan Kebudayaan Melalui Literasi Sastra' di Tasikmalaya

Semua pihak yang terlibat dalam pendidikan telah memahami dan memaklumi kondisi pandemi yang sedang berlangsung dimana hampir semua aktivitas terganggu, pertemuan dalam pembelajaran/ pembelajaran tatap muka dibatasi, bahkan ada yang dilarang sama sekali.

Demikianlah, pandemi yang berkepanjangan membuat sebagian kegiatan literasi seperti membaca senyap, diskusi kelompok dan readathon terhenti.

Sebagai solusi atas permasalahan yang terjadi, akan diterapkan tagihan literasi dalam bentuk lain, siswa mengirimkan video yang berisi presentasi review buku yang telah dibacanya atau memposting review bukunya di media sosial (Facebook/ Instagram).

Baca Juga: Puting Beliung Melintas di Gunung Cupu, Belasan Rumah Rusak Tersapu

Dengan cara ini diharapkan siswa tetap mendisiplinkan diri untuk selalu melaksanakan kegiatan literasi membaca dan menulis.

Besar harapan semoga budaya positif ini dapat berjalan dengan baik dan pandemi Covid-19 segera berlalu. Wallahu’alam bisshawab.

Penulis adalah Calon Guru Penggerak Angkatan 2 Kabupaten Tasikmalaya dan pembina Literasi di SMPN 1 Sariwangi.***

 

 

 

 

 

Editor: Sep Sobar

Tags

Terkini

Terpopuler