Ditantang Bermain Jujungkungan dan 'Kaulinan Baheula' di Ciamis, Mahasiswa Bule dari Australia Antusias

4 Desember 2022, 23:04 WIB
ara mahasiswa dari ITB dan Queensland Australia antusias saat memainkan kaulinan barudak Jujungkungan di Sakola Motekar, Kampung Cibunar RW 03, Desa Sukajadi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, Minggu 4 Desember 2022.* /kabar-priangan.com/Agus Pardianto/

KABAR PRIANGAN - Salah satu sekolah nonformal yang merupakan wadah edukasi untuk semua kalangan, Sakola Motekar (Modal Tekad Kadaek Rampak)di Kampung Cibunar RW 03, Desa Sukajadi, Kecamatan Sadananya, Kabupaten Ciamis, dikunjungi 35 mahasiswa dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas Queensland Australia.

Kunjungan ke Ciamis tersebut merupakan kegiatan bertajuk Perilaku Inklusivitas Masyarakat dengan tujuan untuk merasakan dan mengalami langsung keharmonisan masyarakat di lapangan yang berlangsung 3-5 Desember 2022.

Para mahasiswa tersebut mengikuti berbagai kegiatan yang difasilitasi Sakola Motekar Ciamis, dengan rangkaian kegiatan antara lain yaitu kaulinan barudak baheula dengan berbagai permainan tradisional, gelar karya dan bermusik gamelan. Mereka berbaur dengan warga dalam diskusi interaktif bertajuk "The Power of Ngariung".

Baca Juga: Tim Bola Voli Putra dan Putri SMK Al-Huda Sariwangi Tasikmalaya Sukses Kawinkan Gelar 'Tampar Bola Unper 2022'

Ada juga Pasar Kinanti yang menyajikan olahan pangan sehat dan sayuran dari kelompok wanita tani dan pekarangan rumah, sebuah kegiatan rutin lima mingguan. Lalu memilah sampah di Bank Sampah Sakola Motekar, ngobeng ikan di kolam, berkebun dan pemeriksaan kesehatan gratis.

"Mereka menginap di rumah-rumah warga. Di tempat ini berbagai sektor terintegrasi, berbagai program dikolaborasikan lintas sektor, lintas usia. Ini yang menjadi daya tarik mengapa SBM ITB dan QS melakukan studi lapangan di sini,” ungkap salah seorang Pegiat Sakola Motekar Ciamis Deni WJ, Minggu 4 Desember 2022.

Melalui kegiatan ini, lanjut Deni, Sakola Motekar Ciamis turut menebarkan nilai-nilai kebudayaan Nusantara berupa tradisi kasundaan melalui musik gamelan, kesenian, dan kaulinan barudak (permainan anak-anak) tradisional Sunda.

Baca Juga: Ratusan Disabilitas Jajal Kawasan Malioboro-nya Kota Tasikmalaya, Sudahkan Ramah Difabel? Ini Penilaiannya

Tampak para nahasiswa itu antusias saat diperbolehkan memainkan musik gamelan dan ikut bermain "kaulinan barudak" bersama anak-anak. Bahkan mereka juga asyik mencoba bermain jujungkungan dengan peralatan berbahan bambu. 

Deni menyebutkan, sebelumnya dirinya diundang ke ITB untuk memaparkan pendahuluan tentang Sakola Motekar Ciamis. Menurutnya, dengan adanya program ini para mahasiswa ITB dan Universitas Queensland Australia mendapat kesempatan untuk sama-sama belajar.

"Kami memainkan kaulinan barudak bersama para mahasiswa ITB dan Queensland Australia, ada pesan untuk memperkuat identitas anak-anak dan pemuda melalui kebudayaan," ujarnya.

Baca Juga: Akibat Gempa Episentrum Garut, Pergeseran Tanah di Pamarican Ciamis Bertambah, Retakan di 3 Rumah Kian Besar

Ditambahkan Deni, mengenai kiprah Sakola Motekar Ciamis dalam upayanya melestarikan budaya tidak pernah menutup kolaborasi dengan siapapun. "Selama ini kami tidak pernah menutup diri untuk berkolaborasi dengan siapa pun. Silahkan, termasuk pemerintah," tuturnya.

"Dengan kemandirian dan gotong royong yang dilakukan selama ini, secara tidak langsung kami melakukan promosi wisata, melestarikan kebudayaan lokal, memberikan pendidikan kemasyarakatan, peduli lingkungan, pertanian, pemberdayaan, kesehatan, UMKM dan seterusnya," ucap Deni menambahkan.  

Adapun pesan dari kegiatan ini, selain tentang nilai kebudayaan yakni menanamkan nilai toleransi satu sama lain. "Semoga pesan toleransi bisa tertanam karena sudah berkali-kali berkolaborasi dalam bingkai seni budaya dan persaudaraan, termasuk dengan mahasiswa ITB dan Universitas Queensland Australia dalam kegiatan ini," ucap Deni.*


P

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler