Wah, Ada Bank Pakan di Pagerageung untuk Kembalikan Kejayaan Sapi Perah

31 Maret 2021, 13:29 WIB
Bahan baku bank pakan berupa rumput siap dikirim ke lokasi pengolahan.* /kabar-priangan.com/Ema Rohima/

KABAR PRIANGAN - Desa Guranteng, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya sebagai daerah potensial dalam bidang pertanian, perkebunan dan peternakan.

Bahkan desa yang terletak di ujung Utara wilayah Kabupaten Tasikmalaya itu pernah dikenal sebagai sentra sapi perah.

Sebagian besar masyarakat di desa tersebut berkebun dan berternak sapi perah. Populasi sapi perah di desa itu jumlahnya mencapai puluhan ribu.

Namun kini, populasi itu semakin berkurang karena banyak yang berhenti berternak sapi.

Baca Juga: Dewan Pers Minta Polisi Usut Kasus Penganiayaan Terhadap Nurhadi, Wartawan Tempo

Cara berternak yang konvensional membuat masyarakat berat dalam mengadakan pakan.

Sebesar 60 hingga 80 persen biaya pemeliharaan sapi dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan pakannya.

Hal tersebut tentunya menjadi beban tersendiri bagi peternak, sehingga memutuskan berhenti.

Atas permasalahan itu, Koperasi Mitrayasa Pagerageung mendirikan bank pakan.

Tujuannya untuk meningkatkan kualitas produksi ternak, sekaligus mengembalikan kejayaan Desa Guranteng sebagai desa penghasil susu sapi.

Sapi sedang makan pakan yang sudah diolah

"Ketersediaan pakan, menjadi permasalahan tersendiri bagi peternak. Sulitnya mendapatkan pakan dan biaya pakan menyebabkan banyak peternak berhenti," kata Ketua Bank Pakan, Farid Aroemni kepada kabar-priangan.com, Rabu 31 Maret 2021.

Baca Juga: Duel Berdarah di Tasikmalaya, Ini Fakta-fakta tentang Kedua Pelaku

Menurutnya, dengan dibentuknya bank pakan diharapkan menjadi solusi ketersediaan pakan, sekaligus mendukung swasembada protein hewan. Karena kesuksesan berternak tergantung kesiapan atau ketersediaan pakan.

"Bank pakan berharap bisa bergerak membantu para peternak, menjadi solusi yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani dan peternak," ucapnya.

Dikatakan Farid, saat ini bank pakan sedang mengembangkan budidaya rumput dengan kualitas baik untuk pakan ternak di lahan seluas 40 hektar.

Nantinya, lahan tersebut bukan saja menjamin ketersediaan pakan ternak, namun membuka peluang usaha budidaya rumput bagi masyarakat.

Baca Juga: Posisi Jabatan Kepala Kantor dan Sekretaris BPBD Garut Kosong

Karena budidaya rumput dengan jenis pakcong, momboka, janjibar dan indigopera selain mudah dibudidayakan juga memiliki nilai ekonomis. Jenis rumput tersebut memiliki nutrisi yang lebih baik dari jenis rumput lainnya.

"Dalam lahan seluas satu hektar, rumput bisa diproduksi hingga 600 ton per tahun. Dengan kesiapan lahan seluas 40 hektar, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pakan dan mengembalikan kejayaan Desa Guranteng sebagai penghasil susu sapi," tuturnya.

Farid yang pernah belajar berternak di Newzeland mengaku optimis dengan ketersediaan pakan di bank pakan, akan mengurangi beban peternak dalam ketersediaan pakan. Selain itu biaya produksi sapi perah akan lebih murah.

Baca Juga: Tiga Orang Dipanggil KPK Terkait Dugaan Suap Proyek di Dinas PUPR Kota Banjar

Khususnya lagi, peternak tidak akan dipusingkan lagi dengan mencari pakan yang bisa menyita waktu. Karena selama ini peternak menghabiskan waktu untuk mencari rumput untuk pakan ternak. Peternak bisa menghemat waktu, karena tidak setiap hari mencari rumput.

"Kelebihan lainnya, bank pakan akan mengemas pakan tersebut yang bisa disimpan hingga lamanya 3 tahun," ujarnya.

Selain menyediakan pakan, lanjut Farid, bank pakan juga bisa dijadikan tempat menyimpan pakan disaat pakan ternak sedang melimpah. Atau bisa saja menerima jika ada masyarakat yang hendak menjual rumput.

Kini Bank pakan memiliki mesin baller yang berfungsi untuk mencacah rumput dan mengemas. Nantinya rumput bisa disimpan hingga bertahan 3 tahun.

Untuk kebutuhan pakan, peternak harus menyediakan minimal sebanyak 40 kg per ekor atau 10 persen dari bobot tubuh. Pakan yang tersedia, tentunya pakan yang berkualitas dan berkuantitas.

Baca Juga: Tidak Temukan Asal-usul Covid-19 di Wuhan, WHO Didorong Meneliti di Banyak Negara

Keberadaan Bank Pakan merupakan solusi bagi peternak dalam mengatasi keterbatasan hijauan, khususnya pada saat musim kemarau. Peningkatan jumlah sapi yang dipelihara peternak juga merupakan tantangan bagi peternak untuk menyediakan hijauan dalam jumlah yang lebih banyak, tahan lama, dan berkualitas.

"Kami mendirikan bank pakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi agar sapi dapat tetap mengonsumsi hijauan pada saat musim kemarau," kata Farid.

Metode ini, selain mengefektifkan waktu karena peternak tidak harus menghabiskan waktu untuk sekedar mencari rumput, juga menjamin ternak tetap mengkonsumsi hijauan sepanjang tahun tanpa mengenal musim.

Metode yang dikenal dengan silase atau proses pengawetan hijauan basah, dikemas sehingga kedap udara. Ini merupakan proses permentasi tetapi tanpa menggunakan bakteri starter melainkan bakteri bawaan dari hijauan itu sendiri, ungkapnya.***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler