Lestarikan Batik Tradisional, Rumah Batik CV Agnesa Cigeureung Tasikmalaya Bangkit Pascapandemi

22 Mei 2023, 17:53 WIB
Rumah Batik CV Agnesa di Jalan Ciroyom, Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmala, Jawa Barat.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara /

KABAR PRIANGAN - “Geus, ulah nyebut-nyebut deui eta!" (Sudah, jangan sebut-sebut itu lagi-Red)” merupakan kalimat pembuka dari Hj. Enok Sukaesih ketika ditemui oleh kabar-priangan.com, Sabtu 25 Maret 2023, untuk wawancara seputar kondisi perusahaannya ketika masa pandemi Covid 19.

Pemilik Rumah Batik CV Agnesa Tasikmalaya itu mengaku trauma dengan peristiwa yang terjadi ketika Covid 19 melanda Indonesia karena dampak mengerikan dari pendemi yang pernah ia alami. Kala itu, salah seorang pengrajin batik yang bekerja di dapurnya positif terkena virus corona, sehingga CV Agnesa ditutup untuk beberapa lama.

Situasi di sekitar rumah batik itu terasa mencekam dan mengancam. Akibat mewabahnya Covid 19, semua pekerjaan dihentikan. Menutup pintu rezeki tak hanya bagi pemilik perusahaan, tapi juga seluruh pekerja. Mulai dari juru gambar, juru canting dan cap, juru celup atau warna, juru cuci dan jemur, penjahit, pegawai toko, hingga bagian pemasaran.

Baca Juga: Distribusi Pakai Layanan Pengiriman Logistik, Strategi Pabrik Tahu Bulat Melati di Tasikmalaya Lewati Pandemi

Hal itu memperburuk kondisi penjualan yang memang sudah merosot sejak virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, Cina, pada 2019 tersebut, dinyatakan resmi masuk ke Indonesia pada Maret 2020.

Banyak pesanan yang dibatalkan karena banyak acara yang menggunakan seragam batik buatan CV Agnesa tidak jadi digelar. Seperti pesta pernikahan, acara ritual dan adat seperti tujuh bulanan dan tedak sintren, kegiatan lokakarya pemerintah atau perusahaan swasta, dan lainnya. Penjualan di outlet pakaian jadi milik CV Agnesa pun menurun tajam karena pada awal pandemi banyak yang orang yang ketakutan dan tak berani keluar rumah, sehingga tak ada yang membeli pakaian jadi.

Pekerja laki-laki mencetak gambar batik di Rumah Batik CV Agnesa Tasikmalaya.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Dapur Rumah Batik CV Agnesa yang biasanya dipenuhi oleh asap dan aroma pembakaran lilin, para pekerja wanita yang sibuk menulis diatas kain dengan canting, para lelaki yang berpeluh keringat karena hawa panas ketika mencetak gambar, dan 70 orang pekerja di bidang lain, menjadi lenglang dan sepi.

Baca Juga: Bukan Hanya Kelapa Sawit! Bunga Ini Bisa Menjadi Bahan Baku bagi Produsen Minyak Goreng Dunia

Hanya diisi oleh sekiranya empat orang pekerja yang masih mengerjakan beberapa pesanan. Itu pun tidak setiap hari. Mereka hanya mengerjakan 10 lembar kain batik dalam satu minggu. Padahal sebelum pandemi, CV Agnesa memproduksi 25 helai kain batik tulis dan cap dalam sehari.

Rumah Batik yang biasanya dikunjungi sebagai tempat lokakarya atau field trip oleh siswa sekolah dan kelompok yang ingin mengetahui cara pembuatan batik pun ditutup. Apalagi ketika salah satu pegawainya positif Covid-19, orang enggan masuk, menginjak halamannya pun tak berani.

Hj. Enok mengaku tak ada yang bisa ia lakukan pada saat itu. Ia hanya berdoa, semoga seluruh keluarga dan pekerjanya dilindungi oleh Allah Swt, diberikan kesehatan, dan kondisi terpuruk itu segera membaik. Kala itu, ia harus merumahkan para pekerja, karena memang tidak ada pekerjaan.

Baca Juga: Marak Kekerasan pada Perempuan, Sebagian Besar oleh Eks Pacar. Berikut Faktor Penyebab yang Perlu Diketahui

Padahal niat awal ketika ia membuka perusahaan batik tersebut, tak semata untuk mencari rezeki untuk dirinya saja. Tapi juga berbagi dan turut membangun perekonomian masyarakat sekitarnya Ia juga mendedikasikan perusahaan itu untuk melestarikan batik, terutama batik tradisional. Yang diturunkan dari orang tuannya.

Para pekerja itu kemudian mencari pekerjaan lain dengan menjadi tukang cuci, asisten rumah tangga, dan penjual makanan keliling. Tak hanya para pekerja, Hj. Enok sendiri pun tak memiliki penghasilan. Sementara jumlah pengeluaran sehari-hari tetap sama. Mau tak mau, ia harus mengambil uang dari modal usaha untuk membiayai kebutuhan harian keluarganya.

Suasana Dapur Batik CV Agnesa.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Tapi ia masih bersyukur karena tidak memiliki utang modal usaha ke pihak lain, sehingga Hj. Enok tak memiliki beban lain. “Untungna teh, Ibu mah teu gaduh hutang ka bank, jadi teu diudag-diudag (Untungnya ibu tidak punya utang ke bank, jadi tidak dikeja-kejar (bayaran)-Red,” tutur Hj. Enok, mengenang.

 

Sekilas Rumah Batik CV Batik Agnesa

Rumah Batik CV Batik Agnesa didirikan oleh Hj. Enok Sukaesih bersama dengan suaminya H. Cacu Darsu pada tahun 1970. Awalnya rumah produksi tersebut bernama Batik Tasik, namum kemudian diubah menjadi singkatan dari nama kelima anak mereka yaitu Agis, Gina, Neli, Erik, dan Salsa, pada tahun 2000.

Baca Juga: Result & Reunion Malam Ini! Berikut Bocoran Bintang Tamu, Jadwal Tayang, Link Streaming Indonesian Idol XII

CV Batik Agnesa merupakan satu dari 30 perusahaan batik yang tersisa di Kota Tasikmalaya. Padahal, dahulu tempat ini merupakan sentra batik terbesar di Jawa Barat. Terdapat 400 pengusaha batik yang tergabung di Koperasi Mitra Batik yang berdiri sejak 17 Januari 1939, kemudian tanggal tersebut dijadikan Hari Lahir Koperasi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia Muhammad Hatta yang turut hadir dalam acara peresmian tersebut.

Namun karena adanya modernisasi dan tekstil hasil impor dengan harga yang jauh lebih murah, kain batik Tasikmalaya tak mampu bersaing, dan tinggal papan nama. Kejayaan tersebut kini hanya menyisakan nama Jalan Mitra Batik dan beberapa gelintir pengusaha yang berada di sekitar wilayah Mitra Batik, tepatnya Cigeureung, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya.

Rumah Batik CV Agnesa terletak di Jalan Ciroyom, Cigeureung, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Keberadaannya saat ini bukan tanpa alasan. Orang tua Hj. Enok dulu menyiasati gempuran krisis dengan membuat batik cap yang harga dan proses pembuatannya lebih murah jika dibanding dengan batik tulis, sehingga harga jualnya bisa terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah.

Baca Juga: Meninggal Dunia di Tahun ke-40 Karirnya, Ini 13 Sinetron Top yang Dibintangi Aktor Senior Eeng Saptahadi

Meski begitu, rumah produksi tersebut tetap memproduksi batik tulis sebagai identitas dan kualitas. Terbukti hingga kini perusahaannya masih hidup dan dapat bersaing di kencah tekstil nasional.

Hj. Enok mengatakan, keberhasilan menjaga eksistensi tersebut tak hanya didasarkan pada modal yang kuat, tetapi juga dedikasi, visi, dan semangat yang kuat. Apalagi batik merupakan kain yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia, bahkan menjadi ikon. Kemampuan membaca pasar dan peluang juga menjadi salah satu keahlian yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha. Menciptakan jaringan dan relasi pun harus dilakukan.

CV Agnesa juga merupakan mitra pariwisata. Hj. Enok kerap berpartisipasi dalam pameran tekstil yang diselenggarakan oleh pemerintah. Di sanalah batik yang berharga jutaan rupiah dari rumah produksinya berhasil dipasarkan. Nilai jual dan harkat martabat batik dijunjung tinggi melalui program-program pemerintah.

Bangkit Pascapandemi 

Ketika Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sedikit longgar, masyarakat mulai melakukan transaksi jual beli atau belanja, terutama di market place digital. Aktivitas jual beli online sangat hidup dan ramai. Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukan angka pengguna internet di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 215.626.156 jiwa dari jumlah total populasi 275.773.901 jiwa, artinya 78,19 persen penduduk Indonesia menggunakan internet.

Baca Juga: Pemdes Karangpakuan Sumedang Bakal Kembangkan Kawasan Agrowisata di Pesisir Waduk Jatigede

Data dari Ikatan Ekonomi Digital Indonesia (IdEA) menunjukkan bahwa jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang telah memasuki dunia e-commerce meningkat menjadi 11 juta dari total 59,2 juta pelaku UMKM antara Mei 2020 hingga Juni 2022.

CV Agnesa menjadi salah satu UMKM yang juga memasarkan produknya dalam jejaring pasar digital. Ia membuka lapak dagang di beberapa media sosial miliknya, seperti Facebook dan Instagram, juga platform e Commerce seperti Lazada, Shopee, Tokopedia, dan lainnya.

Pekerja perempuan membuat batik tulis dengan canting.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Rumah Batik tersebut tak hanya menjual pakaian jadi, tapi juga kain batik. Ia melihat ada banyak masyarakat yang melakukan hobi baru ketika masa pandemi. Seperti membuat masker, dekorasi peralatan rumah tangga, cendramata, atau hobi unik lain yang menggunakan kain batik untuk mengisi kegiatan isolasi mandiri di rumah.

Baca Juga: Hadapi Persaingan Usaha, Kini di Kakapean Ciamis Ada Cireng hingga Cipuk Selain Ramyeon, Kimchi dan Tteokbokki

CV Agnesa menangkap peluang itu. Perusahaan ekspedisi menjadi mitra penting untuk menghubungkan penjual dan pembeli dalam rantai jual beli online tersebut. Umumnya para pembeli yang menentukan perusahaan ekspedisi untuk mengantarkan pesanan mereka. Tapi Hj. Enok lebih mempercayakan pengiriman barangnya dengan menggunakan JNE karena memiliki beragam jenis layanan.

Pemesanan dan pemantauannya pun dapat dilakukan melalui My JNE, aplikasi serba-guna berbasis android yang membantu pelanggan untuk mengecek tarif kiriman, menelusuri posisi paket, lokasi konter terdekat, sekaligus tempat transaksi jual-beli antara penjual dan pembeli individual.

Aplikasi tersebut memudahkan CV Agnesa untuk melakukan pengiriman barang karena perusahaan batik tersebut selalu berkomitmen menjaga kepercayaan pelanggan. Mereka berusaha memastikan bahwa produk yang dipesan, dikirim tepat waktu sesuai dengan tanggal yang ditentukan. Keandalan dan konsistensi dalam pengiriman menjadi prioritas untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan.

Baca Juga: Tips Diet Ala Karina Aespa: Makan Banyak tapi Badan Tetap Ideal, Ini Rahasianya

Selain itu, JNE juga sering memberikan diskon atau gratis ongkos kirim (ongkir) pada hari-hari tertentu, misalnya pada ulang tahun JNE, atau moment Shopee 11-11, juga memberikan diskon khusus kepada pelanggan yang memiliki kartu member.

Sejalan dengan permintaan yang mulai naik dari masyarakat, CV Agnesa juga mengeluarkan produk-produk baru yang diminati dan sedang tren di masyarakat, sebagai salah satu siasat agar produktivitas perusahaan tersebut kembali bangkit. Diantaranya pakaian sarimbit yang ready to wear dan mukena Lesti Kejora berbahan batik yang sedang tren pada Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah lalu.

Meningkatnya jumlah penjualan, menjadikan Rumah Batik itu kembali hidup, para pekerja mulai kembali, dan aroma lilin yang terbakar tercium lagi. Hj. Enok pun mengaku terharu karena bisa bertemu lagi dengan para pekerja yang dulu di rumahkan. Meski saat ini, kondisi perusahaan belum benar-benar pulih, karena modal yang terpakai ketika pandemi. Tapi Hj. Enok bersyukur karena setidaknya 30 orang sudah bisa ia pekerjakan kembali.

Bersinergi dengan Pemerintah

Setiap kali pemerintahan Kota Tasikmalaya memperkenalkan produk-produk karya UMKM dari derahnya, baik pada masyarakat regional, nasional, maupun internasional, batik dari CV Agnesa selalu diikut sertakan. Hal itu merupakan bentuk dukungan dan kerjasama pemerintah dengan perusahaan batik tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Hj. Enok menyuplai batik dengan harga tinggi setiap pemerintah daerah mengadakan pameran, yang dimulai dari harga Rp 2 juta per helai.

Baca Juga: Aktor Senior Eeng Saptahadi Meninggal Dunia, Keluarga Besar Sinetron Takdir Cinta yang Kupilih Berduka

Selain itu, CV Agnesa pun bekerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya. Rumah Batiknya dijadikan salah satu destinasi wisata edukasi dan lokakarya.

Hj. Enok yang kini bersusia 70 tahun namun masih tampak sehat bugar itu mempersiapkan dapur produksi batiknya dengan kondisi yang bersih, tertata rapi, ventilasi udara dan pencahayaan yang baik, serta menyediakan pemandu untuk memberikan penjelasan terkait kegiatan dan proses pembuatan batik di CV Agnesa.

Pascapandemi, kegiatan pameran dan kunjungan lokakarya kembali bergeliat, tentu hal itu merupakan suntikan semangat untuk Rumah Batik CV Agnesa untuk bangkit dan lebih produktif. Pihaknya sebagai pelaku usaha berkolaborasi dengan pemerintah, menghidupkan kembali aktifitas ekonomi masyarakat yang mati suri karena pandemi Covid 19.

JNE Dorong Digitalisasi UMKM

Ketepatan waktu pengiriman dan sikap kurir yang sopan, ramah, serta selalu memakai seragam yang rapih, membuat perusahaan ekspedisi tersebut dipercaya oleh masyarakat. Terbukti sudah 32 tahun, JNE ada dan dapat bersaing dengan perusahaan ekspedisi lainnya, ketika ada banyak perusahaan serupa yang gulung tikar.

Baca Juga: Kisah Sukses Kikit Rintis Usaha Mainan Kayu Modal Rp1 Juta, Kini Omzetnya Mencapai Puluhan Juta Rupiah

32 tahun JNE menemani masyarakat Indonesia di bidang ekspedisi. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk mengantarkan pesanannya. Apalagi di saat pandemi, para ksatria JNE, panggilan untuk para kurir, tetap setia menjalankan tugasnya. Padahal mereka salah satu kelompok yang sangat mudah terjangkit virus yang konon berasal dari kelewar tersebut.

Mereka adalah kelompok dengan mobilitas yang tinggi dan menjalin koneksi dengan banyak orang. Tapi beruntungnya, pemerintah mempersiapkan upaya preventif dengan vaksinasi, gerakan kebiasaan hidup bersih dan sehat, serta penggunaan wajib masker dan alat pelindung diri yang lain.

Hj. Enok pemilik Rumah Batik CV Agnesa Tasikmalaya, terharu melihat dapur produksinya beroperasi kembali.*/kabar-priangan.com/Rika Rostika Johara

Pada masa kebangkitan ini, JNE selalu menemani pelaku UMKM, salah satunya CV Agnesa, untuk menghubungkan perjumpaannya dengan konsumen. Meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mencabut status Pandemi Covid 19, namun berbelanja online dengan menggunakan jasa ekspedisi sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat saat ini. Platform e comerce menjadi wadah bagi UMKM untuk memperlihatkan eksistensi dan kemampuannya bersinergi dengan perkembangan zaman.

Baca Juga: Suho EXO Berulang Tahun, Member Paling Sabar Hingga Dijuluki ATM Berjalan. Intip Fakta Menarik Lainnya

JNE menyadari pentingnya dukungan dan edukasi bagi para pelaku UMKM dalam memasarkan produk mereka secara digital. Untuk itu, digelar beberapa program seperti edukasi digital marketing melalui roadshow webinar yang diberi nama JNE Ngajak Online di berbagai wilayah di Indonesia.

Tujuannya untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada pelaku UMKM dalam memanfaatkan media sosial dan platform digital lainnya untuk meningkatkan visibilitas dan penjualan produk. Hal itu dengan memberikan pengetahuan mulai dari cara pengemasan, branding, dan strategi pemasaran yang efektif.

JNE juga menjalin kolaborasi dengan UMKM melalui program Fulfillment Center yaitu layanan yang meliputi warehousing, order fulfillment, pengembangan teknologi, manajemen pengiriman, dan pengantaran. Sehingga pelaku UMKM dapat fokus pada pengadaaan kualitas produk dan stategi pemesaran, sementara pengepakan dan pengiriman akan dilakukan oleh JNE. Hal itu untuk mempermudah pelaku usaha dalam memasarkan produknya. Sehingga dapat bersaing dan berkembang lebih baik lagi.***

 

 

 

 

 

Editor: Arief Farihan Kamil

Tags

Terkini

Terpopuler