'Subarkah' Jadi Pasword Pelaku Pemotongan Dana Hibah Bansos di Tasikmalaya, LBH Ansor : Ada Aktor Besar!

18 Februari 2021, 20:14 WIB
Tujuh lembaga pendidikan dan keagamaan yang menjadi korban pemotongan bantuan sosial kembali mendatangi kantor LBH Ansor dan diterima di ruangan rapat PC NU Kabupaten Tasikmalaya, Kamis, 18 April 2021. /Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Ada yang menarik dalam kasus dugaan pemotongan dana hibah Bantuan Sosial (Bansos) yang terjadi terhadap para lembaga pendidikan dan keagamaan di Kabupaten Tasikmalaya.

Dimana pelaku pemotongan bantuan yang bersumber dari Anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Barat tahun 2020 tersebut memakai pasword nama "SUBARKAH".

Nama Subarkah ini diyakini merupakan nama samaran belaka. Sebab dari ketengan para penerima bantuan yang mengaku telah dipotong, didatangi seseorang yang mengaku Subarkah.

Baca Juga: Waduh! Ada Lagi Dugaan Pemotongan Hibah Bansos di Kabupaten Tasik, Besarnya Capai 50 Persen

Dirinya meminta jatah uang bantuan sebesar 50 persen dari jumlah yang diterima. Ditambah Rp 5 juta sebagai dalih biaya transportasi dirinya.

Namun anehnya, dari keterangan penerima pula secara ciri-ciri fisik dan perawakan yang mengaku bernama Subarkah ini selalu berbeda-beda.

Kadang ada yang berperawakan kecil, namun ada pula yang bertubuh tinggi. Sehingga diyakini nama Subarkah hanya sebagai pasword penghilang jejak dari jaringan pelaku pemotongan hibah.

"Jadi para penerima ini mengaku setelah mereka mencairkan bantuan, maka tidak lama ditelepon dan didatangi seseorang yang mengaku bernama Subarkah. Dirinya itu yang melakukan eksekusi pemotongan bantuan," jelas Ketua LBH Ansor Kabupaten Tasikmalaya, Asep Abdul Rofiq, Kamis 18 Pebruari 2021.

Baca Juga: Duh Miris! Kecanduan Game Online Penyebab 11 Pelajar di Tasikmalaya Nekat Lakukan Aksi Pencurian

Nilai bantuan yang dipotong memang tidak tanggung-tanggung. Sebab hasil penghitungan LBH Ansor saja dari 7 lembaga pendidikan dan keagamaan yang meminta perlindungan hukum pada pihaknya mencapai Rp 1,359 Miliar. Sebab satu lembaba penerima saja nilainya rata-rata Rp 300 juta hingga Rp 400 juta.

Di Kabupaten Tasikmalaya jumlahnya pun diperkirakan mencapai puluhan lembaga. Namun yang berani membuka dan melaporkan hal ini ke aparat penegak hukum hanya 7 lembaga saja dari kecamatan Sukarame.

Pada Kamis 18 Pebruari 2021, ketujuh lembaga pendidikan dan keagamaan ini kembali mendatangi kantor LBH Ansor dan diterima di ruangan rapat PC NU Kabupaten Tasikmalaya.

Baca Juga: Sebelum Gugur Pratu Anumerta Ginanjar Berencana Bertunangan

Mereka kembali meminta bantuan hukum dalam menjalani proses yang kini sedang berjalan di Polres Tasikmalaya.

Pasalnya diketahui mulai Jumat 19 Pebruari 2021, para penerima ini bakal dimintai keterangannya sebagai saksi oleh Polres Tasikmalaya. Hal inipun merupakan salah satu proses penyelidikan yang kini mulai berjalan di intitusi baju coklat tersebut.

Kepada LBH Ansor, para penerima bantuan yang merupakan pemilik lembaga Taman Kanak-kanak Al-quran (TKA) dan Taman Pendidikan Al-quran (TPA) ini mengaku sangat terpukul mentalnya atas kejadian yang dialami mereka.

Hingga dalam beberapa waktu ini untuk sekedar tidur dan makan pun menjadi tidak enak.

Baca Juga: Duuuuh ! Bukannya Belajar, 11 Pelajar di Tasikmalaya Malah Kompak Mencuri di Sekolah

Mereka selalu terpikirkan oleh adanya imbas dari kejadian pemotongan. Sebab pasca dipotong oleh pelaku bernama Subarkah, rentetat peristiwa terus terjadi.

Mulai dari didatangi oknum dari sebuah Ormas, hingga oknum yang mengakukan diri sebagai wartawan.

Namun ujung-ujungnya mereka hanya datang untuk menekan penerima bantuan dan meminta jatah bantuan. Nilai besarannya yang diminta pun sangat fantastis, yakni jutaan hingga puluhan juta rupiah.

"Terus terang pak saya terus kepikiran hingga tidak enak makan dan tidur. Bahkan saat shalat pun kadang terlintas dan membuat tidak khusu. Pasalnya banyak yang datang ke tempat saya," ujar salah seorang penerima yang enggan dibuka identitasnya.

Oleh karena itu dirinya bersama sejumlah penerima bantuan lainnya yang bernasib sama dipotong bantuannya meminta perlindungan hukum ke LBH Ansor Kabupaten Tasikmalaya.

Mereka mengaku takut dan baru pertama kali mengalami nasib seperti ini. Apalagi kali ini bersentuhan dengan aparat penegak hukum.

Baca Juga: Kader NU Dituntut Berikan Kontribusi Positif untuk Bangsa

Ketua LBH Ansor Kabupaten Tasikmalaya, Asep Abdul Rofiq mengaku siap mendampingi para penerima bantuan yang dipotong ini hingga tuntas.

Pasalnya dalam kasus ini ia melihat ada aktor besar yang berperan penting menyalurkan dan mengkordinir bantuan hingga akhirnya dipotong. Namun ia belum bisa menduga-duga siapa aktor tersebut sebab harus melalui pembuktian hukum.

"Kami siap membantu para penerima yang menjadi korban ini hingga kasusnya tuntas," jelas Rofiq.***

Editor: Teguh Arifianto

Tags

Terkini

Terpopuler