Kampung Unik di Garut, Tiap Pasutri Rata-rata Punya Belasan Anak. Biasanya Mereka Melahirkan ‘Tunji’

28 Februari 2022, 21:26 WIB
Sejumlah warga Kampung Siderang Legok, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut dengan pemandangan khas menggendong bayi dan menuntun anak.* /kabar-priangan.com/Aep Hendy/

KABAR PRIANGAN – Ada beberapa daerah di Kabupaten Garut yang bisa dikategorikan sebagai kampung unik karena memiliki ciri khas.

Sebut saja di antaranya kampung unik tersebut adalah Kampung Babakansari yang ada di wilayah Desa/Kecamatan Leles, Garut yang terkenal dengan sebutan Kampung Bendera.

Selain itu, ada juga kampung unik lainnya, yaitu Kampung Parung di Desa Bagendit Kecamatan Banyuresmi, Garut yang dikenal sebagai kampung tukang cukur.

Baca Juga: Polemik TKSK dan Kades Pasirkiamis Garut Terus Berlanjut. Camat Pasirwangi Langsung Temui ke Dua Belah Pihak

Di wilayah Kecamatan Cigedug, tepatnya di Desa Cintanagara Garut pun ada salah satu kampung yang masuk kategori unik karena memiliki ciri khas yang tak dimiliki kampung lainnya.

Kampung unik tersebut adalah Kampung Siderang Legok yang berada di bawah kawasan kaki Gunung Cikuray.

Jika kampung yang lain terkenal dengan ciri khas produk yang dihasilkannya, lain halnya dengan kampung ini.

Baca Juga: Menelisik Kampung Kerupuk Seblak di Sumedang, Lebih 200 Orang Menggantungkan Hidup di Sana

Kampung ini terkenal dengan jumlah anak-anaknya yang berada di atas rata-rata kampung yang lain. Bagaimana tidak, tiap pasangan suami   isteri (pasutri) di kampung ini rata-rata memiliki anak sampai belasan.

Hal inilah yang menyebabkan Kampung Siderang Legok dinilai unik karena memiliki ciri khas yang tak dimiliki kampung lain.

Hal ini pula yang menjadi salah satu pertimbangan Yayasan Senyum Indonesia menyelenggarakan kegiatan khitanan massal di kampung ini.

Baca Juga: Puluhan Mahasiswa Kota dan Kabupaten Tasikmalaya Deklarasikan KMLT, Ini Tujuannya

"Warga kampung ini memang dikenal dengan jumlah anak-anaknya yang banyak. Hal ini dikarenakan pasutri di sini rata-rata punya anak di atas 10 orang," ujar Ketua RW 04, Desa Cintanagara, Kecamatan Cigedug, Indin Jalaludin, Senin 28 Februari 2022.

Ia mencontohkan, di usianya yang saat ini menginjak 50 tahun, dirinya sudah dikaruniai 11 anak. Dibanding warga lainnya, jumlah anak yang dimilikinya terbilang sedikit karena yang lain ada yang sudah memiliki 15 bahkan 16 anak.

Oleh karenanya, ia menilai hal yang sangat wajar apabila populasi anak-anak di kampung tersebut terbilang banyak.

Baca Juga: Konflik Antara Petugas TKSK dengan Kades Pasirkiamis Garut Memuncak. Simak Fakta-faktanya Berikut Ini

Dari 200 kepala keluarga (KK) yang ada di kampung tersebut, jumlah anak kecilnya mencapai 450 orang.

Dikatakan Indin, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab warga di kampung itu memiliki banyak anak.

Salah satunya pola genetik dengan tingkat kesuburan reproduksi warga yang terbilang tinggi dan hal ini  berlangsung secara turun menurun.

Baca Juga: Nadran di Situs Ki Buyut Mangun Tapa Baregbeg Ciamis Bakal Lebih Meriah, Siap Digelar Jelang Bulan Ramadan

"Di sini juga masih kuat keyakinan akan pepatah orang tua dahulu ‘banyak anak banyak rezeki’. Ditambah lagi cuaca pegunungan yang dingin dan tak begitu banyaknya aktifitas warga yang mendorong pasutri lebih sering melakukan hubungan suami isteri," katanya.

Selain faktor-faktor itu, diungkapkan Indin, adat budaya masyarakat yang melangsungkan pernikahan pada usia relatif muda juga menjadi penyebab lain tingginya populasi anak-anak.

Mayoritas warga di kampung ini sudah menikah pada usia 17-18 tahun dan ini juga merupakan adat turun temurun yang sulit dirubah.

Baca Juga: Ini 6 Tips Menjelajahi Dunia Bawah Laut dengan Snorkeling di Pasir Putih Pantai Pangandaran

Indin menyebutkan, sama halnya dengan di daerah lainnya, program pemerintah seperti penyuluhan keluarga berencana (KB) serta kegiatan Posyandu di Kampung Siderang Legok berjalan sebagaimana mestinya.

Namun hingga saat ini program-program tersebut belum mampu menembus atau melawan kuatnya tradisi yang sudah berjalan secara turun temurun.

Ditanya apakah warga tidak merasa kesulitan akibat banyaknya anak yang harus mereka urus, Indin menegaskan selama ini hal tersebut tak pernah menjadi permasalahan serius.

Baca Juga: Pasar Buhun di Kabupaten Tasikmalaya Bangkitkan Kreativitas Warga Desa Selawangi

Meskipun secara ekonomi, warga di kampung tersebut terbilang tak ada yang menonjol karena kebanyakan berprofesi hanya sebagai buruh atau berjualan

“Tapi mereka tetap bisa mengurus dan membesarkan anak-anaknya yang rata-rata dilahirkan ‘tunji’ atau sataun hiji (setahun lahir satu),” katanya.

"Setiap warga di kampung ini percaya setiap anak yang dilahirkan membawa rezekinya sendiri-sendiri,” tambahnya.

Baca Juga: KA Garut-Cibatu akan Mulai Beroperasi Maret, Warga Sekitar Stasiun Lakukan Ini

Makanya, kata dia, warga kampungnya tak pernah merasa takut tidak akan bisa mengurus dan membiayai atau memberi makan anak-anaknya.

“Sepanjang mereka percaya akan kebesaran Alloh SWT," ucap Indin.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler