Dampak Merebaknya PMK, Penjualan Daging Sapi Merosot 30 – 40 Persen. Pedagang: Pembeli Jadi Rewel

18 Mei 2022, 22:05 WIB
Penjualan daging sapi di Pasar Singaparna Kabupaten Tasikmalaya kini mengalami penurunan pasca merebaknya kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak di Kabupaten Tasikmalaya, Rabu 18 Mei 2022* /kabar-priangan.com/Aris MF/

KABAR PRIANGAN - Akibat meluasnya penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku yang menyerang ternak sapi, kini dampaknya dirasakan oleh para pedagang daging sapi di sejumlah pasar di Singaparna.

Mereka mengaku, akibat merebaknya wabah PMK, penjualan daging sapi menurun drastis 30 hingga 40 persen dari situsi normal.

Para pedagang menduga, bahwa penyebab penurunan penjualan daging ini tiada lain akibat kehawatiran warga akan penyebaran PMK yang kian meluas.

Baca Juga: Pembunuhan Janda Cantik Asal Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya Diduga Dilakukan Saat Mati Listrik

Bahkan hingga Rabu 18 Mei 2022, data dari Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya mencatat sudah 129 ekor hewan ternak sapi dan kerbau yang terjangkit PMK.

"Sejak ada isu penyebaran PMK, penjualan daging sapi potong menurun antara 30 - 40 persen. Biasanya saya menjual itu 100 kilogram perhari. Sekarang mah paling banyak 60 kilogram sehari,” jelas Setiawan, salah seorang pedagang daging sapi di Pasar Singaparna, Rabu 18 Mei 2022.

Meski demikian, Setiawan mensyukuri penurunan penjualan daging sapi ini, karena berdampak pula pada turunnya harga.

Baca Juga: Sambil Terisak, Wanda Hamidah Beberkan Alasannya Melabrak Rumah Mantan Suami. Ternyata Demi Malakai

Ketika lebaran Idulfitri kemarin, pedagang menjual daging sapi seharga Rp160.000 perkg, namun kini mulai berangsur turun kembali ke harga semula Rp140.000 - Rp130.000 perkg.

“Alhamdulillah kalau untuk harga sekarang mulai turun. Justu kalau harga terus naik, kami pedagang lebih kerepotan. Mudah-mudahan PMK-nya segera selesai, biar pembeli tidak khawatir,” lanjut Setiawan.

Pedagang daging sapi lainnya, Nunung, memiliki keluhan lain. Dimana gara-gara PMK, konsumen pembeli daging sapi menjadi lebih selektif bahkan sering rewel.

Baca Juga: Ini Alasan Pemerintah Singapura Menolak Kedatangan Ustadz Abdul Somad. UAS Dianggap Sebarkan Ajaran Ekstrimis

Mereka kini lebih teliti bahkan ragu-ragu ketika hendak membeli daging. Meski begitu, hal tersebut dinilai wajar sebagai bentuk kehati-hatian dan kewaspadaan masyarakat dalam membeli daging.

"Kini calon pembeli lebih rewel, suka tanya-tanya, ini daging sapi segar atau tidak? Kalau biasanya mereka langsung aja beli, kini lebih waspada. Mudah-mudahan saja PMK cepat selesai,” jelas Nunung.

Seorang pembeli daging sapi, Siti Rukoyah (42) mengaku dirinya memang lebih khawatir saat membeli daging sapi.

Baca Juga: Putus Cinta, Pemuda Asal Cibalong Tasikmalaya Sebarkan Video Mesum Mantan Pacar di Media Sosial

Sebab tidak mustahil, daging yang dibelinya merupakan daging sapi potong paksa dari hewan ternak yang terjangkit PMK. Ia pun memeriksa lebih teliti dan bertanya lebih detail terkait asal usul daging tersebut.

"Kebetulan setiap hari beli daging untuk keperluan warung nasi. Namun kini lebih khawatir, pasca munculnya penyakit yang menyerang sapi itu," jelas dia.

Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan pada Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Tasikmalaya, Heri Kusdiana menyatakan, untuk daging sapi yang terjangkit PMK aman untuk dikonsumsi.

Baca Juga: Ratusan Karyawan Perum Perhutani Garut Demo ke Kementrian LHK di Jakarta

“Asalkan untuk bagian organ tertentu, seperti jeroan, bagian mulut, lidah dan bagian kaki tidak ikut dikonsumsi,” katanya.

Sementara  untuk bagian lainnya aman, dengan memasak secara benar diatas suhu 70 derajat selama 30 menit, maka kata Heri, virusnya akan mati.

"Sebab PMK ini bukan penyakit Zoonosis, dalam artian tidak menular dari hewan ke manusia. Hanya saja, manusia bisa sebagai penular ke hewan," jelas dia.

Baca Juga: Ini Link Thread Sewu Dino yang Dinilai Lebih Horor dari KKN di Desa Penari

Meski begitu, pihaknya menyarankan untuk pemotongan hewan ternak yang terkena PMK harus tetap dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH). 

Untuk mengantisipasi terus menyebarnya kasus PMK, 4 Pasar Hewan di Tasikmalaya diintruksikan ditutup sementara, sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Penutupan itu dilakukan untuk memutus mata rantai penyebaran PMK pada hewan.***

Editor: Zulkarnaen Finaldi

Tags

Terkini

Terpopuler