KABAR PRIANGAN - Terminal Tipe A Kota Banjar yang berdiri megah dan sudah mulai beroperasi sejak 1 Januar 2023, ternyata menyisakan sejumlah permasalahan.
<iframe>
<!--
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4552716111294309"
crossorigin="anonymous"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:inline-block;width:320px;height:100px"
data-ad-client="ca-pub-4552716111294309"
data-ad-slot="9075698603"</ins>
<script>(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});</script>
-->
</iframe>
Selain menyisakan utang piutang hingga ratusan juta rupiah, terminal yang dibangun dengan dana Rp 57 miliar ini ternyata mengundang protes dari pedagang, awak angkutan, hingga ormas. Protes itu terkait kebijakan-kebijakan dalam pengoperasian Terminal Kota Banjar ini.
Atas hal itulah, ratusan massa gabungan pedagang Terminal Banjar, perwakilan awak angkutan umum, perwakilan Organda Kota Banjar bersama pengurus ormas Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) Jaya DPC Kota Banjar mendatangi Pengurus Terminal Tipe A Kota Banjar, Kamis 9 Maret 2023.
Kedatangan ratusan massa ini diterima langsung oleh Koordinator Satuan Pelayanan Terminal Tipe A Banjar, Jenny Maria Wirandani. Selain itu, hadir juga Perwakilan Dishub Provinsi Jabar, Tofan Muis dan Kepala Dinas Perhubungan Kota Banjar, Asep Sutarno.
Massa yang bergerak ke Terminal Tipe A Kota Banjar di kawasan Parunglesang, Kelurahan Banjar ini mempermasalahkan sejumlah aturan yang diberlakukan sejak Terminal Tipe ini mulai beroperasi.
Beberapa hal yang menjadi sorotan adalah dilarangnya angkot untuk menaikan dan menurunkan penumpang di dalam Terminal.
Baca Juga: Banyak Kesalahan! Buku 'Kandaga Winaya Sunda' Ditarik dari Sekolah, Termasuk di Tasikmalaya
Akibatnya, angkot terpaksa menaikan dan menurunkan penumpang di luar terminal, sehingga hal ini membuat suasana menjadi semrawut.
Massa juga mempertanyakan kebijakan dari pemerintah yang melarang pedagang asongan berjualan di dalam Terminal Kota Banjar.
Di sisi lain, pihak terminal telah menyediakan foodcourt di dalam terminal. Namun faktanya, sewa kios untuk foodcourt ini sangat mahal dan tak terjangkau oleh pedagang kecil di Kota Banjar.
Seperti yang dikatakan oleh salah seorang perwakilan massa, Didon yang menyebutkan, sewa foodcourt di Terminal Banjar, sangat mahal dan tak terjangkau oleh pedagang kecil di Kota Banjar.
"Jelas biaya sewa jutaaan sampai puluhan juta sangat mahal di Banjar. Kami harap jangan seenaknya memberlakuan biaya sewa yang mahal, apalagi disamakan dengan biaya sewa di Terminal Indihiang Tasikmalaya," ucapnya.
Selain itu, Didon juga meminta kepada pengelola maupun pemerintah agar pedagang asongan yang biasa berjualan di Terminal Banjar lama, bisa kembali berjualan.
“Kemudian, angkot kembali dapat menaikan dan menurunkan penumpang di terminal. Tidak semrawut di luar Terminal Banjar,” tegasnya.
Utang Material
<iframe>
<!--
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4552716111294309"
crossorigin="anonymous"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:inline-block;width:320px;height:100px"
data-ad-client="ca-pub-4552716111294309"
data-ad-slot="9075698603"</ins>
<script>(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});</script>
-->
</iframe>
Sekjen GRIB Jaya Kota Banjar, Ryan Rosdiana Mutofa menambahkan, bangunan Terminal Tipe A Kota Banjar yang mentereng, ternyata menyisakan masalah utang piutang berupa material proyek dari pemborong ke pengusaha material. Utang tersebut, kata dia, berkisar antara Rp 400 juta hingga Rp 500 juta.
"Kenyataan utang matrial proyek yang mencapai Rp 500 jutaan itu sungguh ironis. Ada apa dibalik kemegahan pembangunan Terminal Tipe A Banjar yang menghabiskan anggaran sampai Rp 52 miliar ini?” tanya dia.
Logikanya, kata dia, saat pembangunan terminal sudah rampung dan terminal mulai beroperasi awal Tahun 2023, seharusnya segala hutang piutang kepihak ketiga atau sub kontrak sudah dibayarkan.
Menurut informasi yang diterimanya, proses penyelesaian pembayaran utang piutang itu sempat deadlock, akibat pihak perwakilan Dishub Jabar tak mampu mendatangkan kontraktor proyek Terminal Banjar.
Audiensi antara massa dengan pihak pengelola terminal sempat memanas dan deadlock. Bahkan, massa yang berniat hearing ini nyaris menduduki Terminal Banjar.
Didon menegaskan, massa yang datang hari ini, dijadwalkan datang kembali ke Terminal Banjar dengan jumlah lebih besar.
Karena, ada permasalahan utang piutang terkait pekerjaan pembangunan yang belum dilunasi sampai sekarang ini.
"Tidak menutup kemungkinan, kedatangan kami nanti, bukan hearing lagi. Tetapi, demontrasi besar sampai mendudukinya. Jikalau tak kooperatif," tandas Didon.***