Syahid menyebutkan, pola hidup sehat mengonsumsi obat secara teratur memengaruhi sistem metabolisme tubuh ODHA.
"ODHA yang tidak disiplin melakukan kontrol pelayanan kesehatannya di Poli Soka (Support ODHA Keluarga) RSUD Kota Banjar, tidak melakukan perawatan ARV sesuai jadwal yang ditetapkan. Itu berakibat terputusnya mengkonsumsi obat. Selanjutnya, mengalami kematian," ujarnya.
Baca Juga: Tebing Longsor Timpa Asrama Santri di Pondok Pesantren Sabilunajat. Tiga Bangunan Ambruk
Terakait alokasi anggaran untuk penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS di Kota Banjar tahun 2021, diakui dia, mengalami anjlok dibanding tahun 2020.
"Tahun 2021 itu hanya Rp 50 juta atau turun sekitar 66 persen. Padahal, anggaran percepatan dan penanggulangan HIV/AIDS tahun sebelumnya Rp 150 juta," ujar Syahid.
Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjar H. Andi Bastian, didamping Kabid P2P Banjar H. Agus Budiana, mengatakan, penyebab berkurangnya anggaran dari Rp 150 juta tahun sebelumnya menjadi Rp 50 juta tahun 2021 sekarang.
Hal itu diantaranya karena terdampak refokusing anggaran untuk Covid-19. Kendati mengalami penurunan gegara refokusing, pemeriksaan kesehatan HIV/AIDS di setiap puskesmas di Kota Banjar masih tetap berjalan.
"Pelayanan kesehatan terhadap ODHA di RSUD Kota Banjar maupuan puskesmas tetap berjalan selama ini," ujarnya.*