"Mudah-mudahan bisa tercapai akhir bulan. Kalau kemarin kami targetkan enam bulan karena kami pikir pelaksanaam vaksinasi anak harus melalui berbagai tahapan," katanya.
Alasan kenapa enam bulan, lanjut Uus, pertama proses sosialisasi ke organisasi perangkat daerah (OPD) terkait, sekolah, guru dan orangtua. Kedua, rencana dilakukan skrining terpisah karena anak sulit apabila ditanya di lokasi terkait riwayat kesehatannya.
"Sebelum kami merencanakan skrining dilakukan kepada anak, orangtua mesti mengisi formulir sebelum si anak divaksin. Setelah itu dianalisis oleh nakes. Namun, model itu dianggap terlalu lama, kalau seperti itu bisa memakan waktu 5-6 bulan," katanya.
Sekarang, lanjut Uus, atas arahan wali kota, proses vaksinasi kepada anak diperkenankan didampingi orangtua sehingga bisa lebih efisien waktunya. Apalagi anak sekarang sudah sekolah sehingga intervensinya akan lebih mudah karena bisa langsung dilakukan di sekolah.
"Yang penting bisa cepat selesai dan aman. Dan tim KIPI juga sudah setuju," ujar Uus.
Sebelum diluncurkan program ini, sejauh ini vaksinasi anak di Kota Tasikmalaya sudah dilaksanakan di puskesmas maupun di balai kesehatan TNI-Polri. "Alhamdulillah, antusias warga cukup tinggi. Saat ini ada 3.000 anak di Kota Tasikmalaya yang sudah divaksin," ucap Uus.*