Wajib Tahu! Begini Perjalanan Seni Kuda Renggong Sumedang Sebelum Dikenal Masyarakat Luas

- 21 Maret 2022, 18:10 WIB
Seni helaran kuda renggong, sedang ditampilkan pada salah satu acara khitanan di wilayah Kabupaten Sumedang.
Seni helaran kuda renggong, sedang ditampilkan pada salah satu acara khitanan di wilayah Kabupaten Sumedang. /kabar-priangan.com/Taufik Rohman /

KABAR PRIANGAN - Seni Kuda Renggong merupakan salah satu kesenian tradisional khas Kabupaten Sumedang, yang kini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Seni helaran kuda renggong ini, biasanya selalu ditampilkan masyarakat Sumedang, dalam setiap acara hajatan khitanan (sunatan), atau penjemputan pengantin.

Berbicara soal kuda renggong, Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disparbudpora) Kabupaten Sumedang, Budi Akbar, menyebutkan bahwa seni kuda renggong ini murni diciptakan oleh warga Sumedang.

Baca Juga: Kabar Baik! Mulai Sekarang Wajib Pajak di Sumedang Bisa Bayar Tagihan Melalui Hape Masing-masing

Sebagaimana yang tercatat dalam dokumentasi potensi seni budaya Sumedang, kata Budi Akbar, seni kuda renggong ini diciptakan oleh Sipan, salah seorang seniman asal Desa Cikurubuk, Kecamatan Buahdua, sekitar tahun 1910. 

Sipan sang pencipta seni kuda renggong ini, menurut Budi, tiada lain merupakan anak laki-laki dari Midin salah seorang petugas pemelihara kuda milik Pangeran Aria Soeriaatmadja atau Pangeran Mekah (Dalem Sumedang Periode 1882-1919).

"Kenapa kami bisa mengklaim kalau kuda renggong ini merupakan kesenian tradisional asli Sumedang, karena pencipta kuda renggong sendiri memang merupakan warga asli Sumedang, yaitu Sipan, anaknya dari Midin pemelihara kuda milik Pangeran Mekah," ujar Budi.

Baca Juga: Pemdes Pakualam Darmaraja Layangkan Surat ke Kejari Sumedang, Ada Apa?

Sebagaimana dikisahkan, sambung Budi, semasa kecil, Sipan (pencipta kuda renggong) selalu diajak ayahnya (Midin) untuk membantu mengurusi kuda-kuda milik Dalem Sumedang.

Karena hampir setiap hari selalu hidup bersama dan dekat dengan kuda, Sipan pun akhirnya bisa mempelajari karakteristik kuda. Bahkan menurut cerita, semua kuda milik Dalem Sumedang itu, sampai patuh dan tumut terhadap perintah Sipan.

Budi menjelaskan, memasuki usianya yang ke-40 tahun tepatnya pada tahun 1910, Sipan pun mulai mencoba untuk melatih sebagian kuda peliharaan agar bisa menari mengikuti alunan musik.

Baca Juga: Bapenda Sumedang Diminta Lebih Lincah Dalam Menggali Potensi Pendapatan

Upaya Sipan untuk melatih kudanya menari ini, kata Budi, ternyata membuahkan hasil. Kuda peliharaannya itu, ternyata dapat menari sesuai keinginan Sipan. 

Berawal dari sana, akhirnya muncul nama kuda renggong, yang berarti kuda ngarenggong atau menari. "Menurut cerita, kuda renggong ini awalnya hanya diiringi musik pencak silat, bukan diiringi dengan musik tanjidor seperti sekarang," ujar Budi.

Seiring waktu, kabar kuda bisa menari ini ternyata terus meluas dan menjadi bahan pembicaraan warga di sekitar wilayah Kecamatan Buahdua, Tanjungkerta, dan Conggeang.

Baca Juga: Ketua DPD RI Mengaku Kaget Masih Ada Warga Sumedang Laporan Soal Ganti Rugi Tol Cisumdawu

Sampai akhirnya, kata Budi, kabar itupun terdengar pula oleh Dalem Sumedang, yakni Pangeran Aria Soeriaatmadja.

Karena penasaran dengan kabar tersebut, maka Pangeran Mekah, akhirnya mengundang Sipan untuk datang ke ibu kota, guna menampilkan seni kuda renggong ciptaannya pada acara sunatan cucu Dalem Sumedang.

Berawal adanya undangan tersebut, akhirnya setiap kali ada anak yang sunatan, masyarakat Sumedang pasti akan menampilkan seni helaran kuda renggong untuk menghiburnya.

Baca Juga: Kencur Jingkang Sumedang Pernah Kuasai Pasar Nusantara, Begini Kisahnya

"Awalnya kuda renggong ini ditampilkan dalam acara khitanan cucunya Dalem Sumedang. Sejak itu, masyarakat Sumedang akhirnya mengikuti kebiasaan tersebut, setiap kali ada acara sunatan pasti hiburannya kuda renggong," tutur Budi.

Budi menambahkan, dalam upaya menjaga kelestarian seni kuda renggong, Pemerintah Kabupaten Sumedang, sejauh ini telah mengusulkan agar keberadaan seni tersebut bisa menjadi salah satu WBTB.

"Sekarang Alhamdulillah seni kuda renggong Sumedang ini telah ditetapkan sebagai WBTB," ujar Budi.***

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah