Kerajinan Anyaman Sukaratu Tasikmalaya Jadi Basis Pemulihan Ekonomi Rakyat, Tak Terimbas Merebaknya Pandemi

- 21 Maret 2022, 21:14 WIB
Perajin anyaman dari mendong dan bambu di Kampung Jalan Cagak, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, terus meningkatkan produksinya untuk memenuhi pasar internasional.*
Perajin anyaman dari mendong dan bambu di Kampung Jalan Cagak, Desa Linggajati, Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, terus meningkatkan produksinya untuk memenuhi pasar internasional.* /Kabar-Priangan.com/Erwin RW

Sebagai perajin anyaman Elis mengaku, barang-barang kerajinan produksinya banyak merupakan pesanan dari mancanegara. Bahkan di puncak masa pandemi, lanjut Elis, usaha yang dilakoninya itu kebanjiran pesanan.

Sebingga warga pun merasa terbantu, karena bisa menambah penghasilan. Per harinya para pekerja bisa mendapatkan upah rata-ratanya Rp50.000 sampai Rp100.000.

Baca Juga: Selain Susah Didapat, Harga Minyak Goreng Curah di Kota Tasikmalaya Kini Tembus Rp 20.000 per Kg

Salah seorang pengepul barang hasil kerajinan di Kecamatan Sukaratu, Kabupaten Tasikmalaya, Akmal menyebutkan, dirinya menampung beragam kerajinan yang dibuat oleh para pelaku usaha rumahan.

Barang-barang hasil anyaman tersebut, nantinya ditampung di sebuah pabrik. Pabrik penampung tersebut nantinya untuk memenuhi permintaan dari mancanegara. Seperti Singapura, Arab Saudi, Eropa dan Amerika.

Barang pesanan kerajinan diantaranya tempat sampah bahan anyaman mendong, tempat tisu anyaman bambu, gantungan lampu dan berbagai anyaman lainnya.

Baca Juga: Jasanya Tak Terhingga, Pemkot Tasikmalaya Perlu Jamin Kesehatan Ribuan Guru Ngaji

Sementara itu Kepala Desa Linggajati, Hidayat mengatakan, pihak pemerintah desa pun memberikan dorongan kepada warganya yang awalnya kehilangan pekerjaan saat dilanda pandemi Covid 19.

Mereka rata-rata bekerja atau berjualan di kawasan objek wisata Gunung Galunggung untuk diberdayakan di salah satu usaha atau industri rumahan. Warga dipekerjakan menganyam atau membuat anyaman kerajinan dari bambu dan mendong.

"Warga mengandalkan kunjungan wisata sementara saat objek wisata Gunung Galunggung ditutup, mereka otomatis kehilangan pekerjaan dan menganggur," katanya.

Halaman:

Editor: Arief Farihan Kamil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x