"Dengan mensupport mereka, pengidap memiliki harapan sembuh yang cepat," ucapnya.
Kata Runia, selama dua tahun melakukan penanganan terhadap pengidap TBC di wilayah Cisitu, tidak menemukan kendala dalam penanganan pasien TBC.
Baca Juga: Peringati Harlah ke 88, Pemuda Ansor Sumedang Bersihkan 88 Masjid
Hanya saja kendala justru muncul dalam pencarian suspek TBC. Karena kurang pedulinya pemerintah di tingkat bawah dari mulai desa hingga RT dan kurangnya kesadaran masyarakat yang bergejala TBC untuk ikut melakukan pemeriksaan, contohnya dalam pemeriksaan dahak.
Pola-pola penanganan bisa dilakukan dengan baik dan berjalan lancar. Bahkan saat ini, dirinya dan tim, kini sedang intensif melakukan pencarian terhadap potensi adanya pengidap TBC yang belum terdata.
"Dari data yang ada di Cisitu pada tahun 2022 ini sebanyak 13 pengidap TBC yang sedang dalam pemberian OAT (obat anti tuberkulosis). Usia pengidap dari remaja, dewasa hingga usia tua," kata Runia.
Baca Juga: Satpol PP Sumedang Ungkap Polemik Perizinan Pemanfaatan Air di Cimanggung
Terakhir Runia menyatakan, kegiatan utama progam yang berkaitan dengan TBC di wilayah Cisitu, bukan pengobatan tapi menemukan suspek kasus TBC di setiap desa.
Untuk tahun 2022, pihaknya, menargetkan 365 orang suspek penyakit TBC di wilayah Cisitu yang harus diperiksa dahaknya.
"Nah perlu diketahui untuk pemeriksaan dahak dan pengobatan gratis baik pengguna BPJS atau pun umum," ujar Runia.***