Pengelola TK di Garut Keluhkan adanya Paksaan Pembelian Buku untuk Siswa

- 13 September 2023, 20:21 WIB
Adanya jual paksa buku untuk anak TK di Garut dianggap sangat memberatkan mengingat tidak ada anggaran untuk kegiatan pembelian buku.
Adanya jual paksa buku untuk anak TK di Garut dianggap sangat memberatkan mengingat tidak ada anggaran untuk kegiatan pembelian buku. /kabar-priangan.com/DOK/

KABAR PRIANGAN - Sejumlah pengelola taman kanak-kanak (TK) di Kabupaten Garut mengeluhkan adanya paksaan untuk membeli buku. Hal ini dianggap sangat memberatkan mengingat tidak ada anggaran untuk kegiatan pembelian buku. 

Para pengelola TK menyebutkan, pembelian buku diharuskan bagi seluruh TK sesuai jumlah siswa yang ada oleh Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Kabupaten Garut. Alasannya, buku tersebut penting untuk dipelajari isinya karena nantinya akan dilombakan pada ajang festival literasi tingkat Kabupaten Garut. 

"Harga satu bukunya Rp30 ribu dan semua sekolah TK diharuskan membeli sesuai jumlah siswa. Ini tentu sangat memberatkan karena tidak ada anggaran khusus untuk pembelian buku tersebut," ujar salah seorang pengelola TK yang minta tak disebut jati dirinya. 

Baca Juga: Tantang Warga dan Pamer Kebal Senjata, Tiga Preman di Garut Tumbang Dihajar Massa

Apalagi, tuturnya, informasi yang diterimanya menyebutkan jika uang pembayaran untuk pembelian buku tersebut akan diambil dari biaya operasional pendidikan (BOP) PAUD ketika cair nanti.

Bagi lembaga kecil seperti yang dikelolanya ini, kebijakan itu tentu sangat berat karena akan sangat terasa dampaknya mengingat banyaknya kebutuhan sarana prasarana yang harus dibiayai dari BOP. 

Ia pun meminta ada kebijaksanaan dari pihak IGTKI untuk lembaga pengelola TK yang kecil agar jangan terlalu dibebani dengan adanya kewajiban-kewajiban untuk membeli buku dan sebagainya. Apalagi pembayarannya langsung dipotong saat pencairan BOP sehingga bantuan yang diterimanya hanya tinggal sedikit dan tak cukup untuk membiayai kebutuhan sekolah. 

Baca Juga: Dampak Kekeringan Belum Tertangani, Pemkab Garut Perpanjang Status Tanggap Darurat Kekeringan

Menurutnya, BOP yang diterima pihaknya sudah dianggarkan untuk membiayai sarana prasarana yang rusak. Jika sering ada pemotongan karena harus membayar kewajiban membeli buku dan yang lainnya, tentu perbaikan sarana prasarana yang rusak tidak akan bisa dilaksanakan sehingga dampaknya sangat mengganggu. 

"Kami kurang tahu buku apa lagi yang harus kami beli saat ini. Hanya yang kami dengar, buku tersebut katanya karangan Bunda PAUD yakni Bu Diah yang merupakan isteri Bupati Garut," katanya. 

Menanggapi hal itu, Ketua IGTKI Kabupaten Garut, Beti Nurbaeti, membenarkan adanya penjualan buku untuk siswa TK. Namun ia membantah jika pihaknya telah mewajibkan hal itu dilakukan tiap sekolah.

Baca Juga: Pemkab Garut Apresiasi Unpad dan Perusahaan Buka Training Center Garut

Buku yang dijual menurut Beti merupakan karangan Diah Kurniasari sebagai Bunda PAUD Kabupaten Garut. Buku tersebut penting dimiliki siswa untuk bahan festival literasi yang akan dilaksanakan di Garut 

"Kami tidak mewajibkannya, jika memang ada yang tidak mau membelinya, silahkan saja. Hanya memang buku tersebut penting untuk bahan festival literasi yang nanti akan dilaksanakan," kata Beti saat dihubungi Rabu, 13 September 2023.

Ia pun memastikan tidak akan ada sanksi bagi pihak sekolah yang tidak membeli buku tersebut. Hanya saja mungkin pihak sekolah yang tidak membeli buku itu akan merasa malu karena tidak kompak dengan yang lain serta tidak akan bisa mendapatkan informasi serta kegiatan lainnya.

Baca Juga: Ini Laporan Masyarakat yang Paling Banyak ke Dinas Pemadam Kebakaran Garut

Berbeda dengan pengakuan pihak pengelola TK, Beti menyebutkan buku tersebut dijual dengan harga Rp27.500. Dari harga tersebut, sebagian uangnya memang akan ada cashback untuk IGTKI akan tetapi Beti tak menyebutkan besarannya.

Selain itu, imbuhnya, uang yang didapatkan IGTKI dari hasil penjualan buku juga tidak akan dipergunakan untuk kepentingan pribadi, melainkan untuk kepentingan organisasi IGTKI. 

"Uang cashback yang saya terima dari hasil penjualan buku itu ingin saya gunakan untuk membereskan sekretariat IGTKI," ucap Beti.

Baca Juga: Polisi ungkap Penyebab Kebakaran Gunung Guntur Garut, Ini Pelakunya

Masih menurut Beti, program literasi ini bukan merupakan program yang dilaksanakan hanya di Kabupaten Garut. Program serupa juga dilakukan di daerah lain di Jawa Barat. 

Dengan demikian, tuturnya, bukan hanya isteri Bupati Garut yang membuat buku seperti itu tapi juga isteri-isteri bupati lainnya. Apalagi ada program latihan menulis buku untuk para inohong, termasuk isteri bupati.***

Editor: Nanang Sutisna


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah